16 January 2013

Kepada Penjaga Senja

Apa kabarnya senja sekarang?
Masihkah dia tetap cantik dan memukau,
seperti foto-foto yang selalu kau kirimi dulu?

Mengapa berhenti mengirimi aku fotonya?
Tugasmu kan menjaga senja.
Atau sudah beralih pekerjaan?
Atau justru senja telah menghilang,
sehingga kau berhenti menjaganya,
dan tidak pula mengirimi aku fotonya.

Senja di pinggir pantai selalu terlihat indah.
Eksotis.
Dapat kubayangkan buih putihnya,
menyapa ujung sepatumu,
Membuatmu terpaksa bertelanjang kaki,
bercengkrama bersama pasir.
Deburan merdu ombak,
menemanimu yang menantikan kehadirannya.
Tugas harus dilaksanakan, menjaganya.

Di sini senja keliatan pucat.
Keelokkan terhalang dengan bukit-bukit gedung pencakar langit.
Makanya aku sedikit memaksa padamu,
jangan berhenti mengirimi aku foto.

Aku masih ingat terakhir kali kau mengirimi fotonya.
Senja yang masih malu-malu perlahan mulai menjingga.
Langit begitu cerah dan awan-awan columbus berbaris 
bak pedang padora,
menyambut datangnya senja.
Ia muncul tepat membayang di atas permukaan laut.
Layaknya cermin.

Kau mengumpat, celanamu basah.
Demi mengejar sudut yang pas mengabadikan senja untukku.

Aku rindu pada senja yang selalu kau abadikan dalam foto.
Karna kaulah senja begitu cantik dan memukau, sempurna.
Kau memang penjaga yang baik.
Hey, jadi kapan kau akan mengirimi aku fotonya lagi?

Eh, tunggu!
Sebentar, aku berubah pikiran.
Tidak usah kau kirimi aku fotonya lagi. Bosan!
Kali ini biarkan aku yang melihatnya langsung.
Tunggu aku di sana, penjaga senja.

Tertanda
-Pengagum Senja-



2 comments: