22 February 2012

Coretan Pemimpi Untuk Pemburu Mimpi

Para Pemburu Mimpi


Balasan Untuk Tulisan Hujan dan Malam yang Menggulirkan Cerita

Kali ini aku bertekad untuk datang terlambat hanya sejam saja! Masih dengan prinsip yang tidak mau menunggu, walaupun aku tahu, orang lainpun enggan menunggu. Demi Tuhan, ini sekedar gathering, pertemuan dengan orang-orang yang sama sekali tidak kukenal. Bercakap seadanya di twitter dan surat cinta di blog masing-masing, tidak lantas membuatku dekat dengan seseorang. Memang ada seseorang yang kukenal disana, Eva, dia penyebab, penyeret, dan awal mula alasan aku mengikuti kegiatan surat menyurat itu, #30HariMenulisSuratCinta.

Eva adalah sosok teman yang hadir dengan lucunya, lagi-lagi karena alasan kami sama-sama perokok. Modernisasi tidak cukup kuat membuat para perokok perempuan bisa merokok dimanapun dan kapanpun. Dulu kami bekerja di kantor yang sama. Walaupun berada dalam divisi yang berbeda, tapi kami sama-sama mengerjakan event. Jam istirahat adalah waktu favorit, aku bisa merokok untuk mengendorkan otot-otot tegang. Kemudian Eva adalah satu-satunya teman perempuan yang sama-sama merokok. Tidak saja pada jam istirahat, kami juga sering curi-curi waktu dan kucing-kucing dengan para bos hanya untuk sekedar merokok. Pada sore hari, kami akan menikmati segelas kopi dan rokok sambil memandangi jalan dengan latar matahari terbenam. Dari sanalah segalanya bermula, kami menemukan kesamaan yang lain. Kami menyukai teater, menulis, membaca, dan hujan. Kami memiliki sahabat yang sama, yaitu kopi dan malam.

Kembali pada kejadian gathering itu, aku sukses terlambat tidak sesuai rencana, sekitar sembilan puluh menit. Eva sudah duduk manis menghadap panggung. Ada bangku yang sepertinya sengaja disiapkan untukku. Kami menikmati acara, sesekali bercakap ringan. Kami tidak sering bertemu, hanya sesekali saling menyapa di twitter. Awalnya terasa kaku, namun ramuan ajaib bernama kopi dan rokok telah mencairkan segalanya.

Setelah selesai acara, kami menyempatkan diri untuk bercakap. Awalnya hanya segelas cappuccino, kemudian hadirlah bandrek dan cappuccino lagi. Sebungkus rokok milik kami masing-masing telah tandas terhisap hingga ujung malam. Hujan terus turun diluar sana, seperti hendak mengurung kami. Tapi kami sama-sama tahu, hujan merupakan kawan melarutkan kesedihan sebesar apapun, kami tidak pernah takut menembus hujan. Obrolan kami mengalir, seperti aliran sungai, kadang menemukan celah sempit. Ada jeda dalam percakapan kami.

Kami bercerita banyak tentang pasangan masing-masing, tentang masa depan yang ingin kami kejar. Ada satu hal yang aku lupa sampaikan padanya. Aku tidak suka dongeng putri dan pengeran berkuda putih. Semua itu omong kosong. Kenapa seorang perempuan harus diangkat martabatnya oleh seorang laki-laki. Tengok kembali dongeng sebelum tidur itu, Cinderala, Putri Salju, Putri Duyung, bahkan cerita rakyat kita seperti Purba Sari dan Purba Rarang. Mereka menanti pangeran berkuda putih. Tidak Eva, aku lebih suka film Shrek, aku lebih suka sejarah Diah Pitaloka. Film Shrek itu begitu manusiawi, bagaimana sebuah dongeng merasa bosan dengan ending “Bahagia Selamanya”, pada hematku, dongeng itu adalah sesuatu yang manusiawi. Diah Pitaloka adalah perempuan yang penuh harga diri, dia tidak menyerah dilutut laki-laki. Dongeng dalam imajinasiku adalah cerita tentang kehidupan walaupun tetap menghadirkan Ibu Peri dengan konsep yang berbeda. Dalam kenyataannya, aku telah memiliki Shrek dan memilih sosok Shrek ketimbang Prince Charming.

Kami membicarakan proses penulisan yang tidak pernah sama. Kau tahu, kaulah yang memberi banyak inspirasi dalam proses menulis. Aku memiliki seribu satu alasan untuk tidak menulis. Bekerja membuat imajinasiku tumpul, bekerja membuatku tidak memiliki waktu untuk menulis. Coba lihat, kau tetap menulis meski bekerja. Menulis adalah soal kemauan.

Selepas dari kantor tempat kami dulu bekerja, aku dan Eva sama-sama memutuskan menjadi freelancer. kehidupan yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Entah berapa lama, kami akan bertahan hidup seperti ini. Semuanya perjalanan akan bermuara pada tujuan hidup dan impian.

Lalu aku mengajukan sebuah pertanyaan, “Apa Impianmu?”

Kau tidak menjawab, entah bingung, entah tidak ingin. Lalu kau bicara seolah-olah impian adalah mimpi dalam tidur. Bicara seolah-olah impian adalah sesuatu yang tidak terjangkau, seolah-olah mimpi itu bukanlah realitas. Seolah-olah realitas hanya masalah bertahan hidup, seolah-olah impian itu bukan sesuatu yang indrawi. Mari kulanjutkan kisah tentang The Old Tree And A Leaf. Sebatang pohon berkata pada selembar daun:

Manusia sering mendefinisikan Mimpi
Manusia sering mendefinisikan Realitas
Seakan-akan dua hal itu berbeda
Sesuatu akan indah ketika Mimpi dan Realitas itu menjadi satu
Dimana tidak ada batas antara mimpi dan realitas
Hidup adalah mimpi dan realitas, keduanya bukan hal yang terpisah

-Isna Chapter-

Apakah kau mengerti? Ada banyak impian manusia yang dipisahkan dari realitas, seperti menerangi kegelapan, bisa terbang, melihat kedalaman laut, dan masih banyak lagi. Zaman dulu semua itu barangkali diibaratkan impian dengan pengertian yang kau katakan, zaman sekarang, semua itu biasa saja. Kau bisa terbang dengan pesawat terbang, malam hari ada lampu yang bersinar, dan kedalaman laut bisa kau lihat dengan kapal selam, walaupun masih banyak keterbatasan. Impian itu bukan sesuatu yang terpecah dari realitas. Kau dan aku adalah para pemburu mimpi.


Diposkan oleh Evi Sri Rezeki di 21:44

-Tulisan di ambil dari MyFairytaleMyTale.blogspot.com-

20 February 2012

Sekedar berkata - kata

Membaca novel terkadang membuat saya lupa waktu. Begitu membaca lembaran pertama matahari baru mengeluarkan jurus - jurus teriknya, tak terasa sudah menjelang malam saat saya membaca kalimat penutup. Novel yang bagus biasanya membuat rasa penasaran muncul hingga tak ingin beranjak sampai semua kisah terkuak. Pemilihan kata - kata yang tepat akan mengalir deras hingga tak terasa sudah bermuara di samudera dan akhirnya menemukan kata -tamat-

Kata - kata iyah kata - kata itulah yang membuatmu nyaman duduk seharian; dengan pose yang sama. Sejumlah kata dapat membuatmu menangis, tertawa, marah, rindu, atau hanya senyum simpul.

Linimasa adalah pentas yang penuh kecamuk.
Kata - kata kadang bisa mengagetkan pembaca.
Celakanya, banyak orang meremehkan kata.
Menganggap ia hanya dekor dari sebuah kalimat.
Padahal kata punya sayap.
Ia bisa terbang kemana - kemana,
Jauh dari kepala pelontar dan penerimanya.


-Dikutip dari Pacar-Pecas-Ndahe nya ndorokakung.com @ndorokakung-

Akhir - akhir ini jarang sekali saya membaca novel, padahal begitu banyak list novel yang ingin saya beli. Beberapa penulis favorit saya sudah melahirkan novel baru lagi. Semakin keringat dingin ingin segera beli.

Namun, seiring dengan perkembangan social media yang terkadang membuat saya ber-wah wah wah. Kebiasaan membaca novel itu menjelma menjadi membaca blog tetangga. Blogwalking. Awalnya iseng, hanya ingin mengetahui profil seseorang, karena di situ tercantum link, secara tidak sengaja langsung klik.

Blogwalking ini seru sekali, membuat saya tetap lupa waktu; sama seperti membaca novel. Jika sudah mendarat di blog (blogspot, wordpress, tumblr, website, media apa pun) seseorang, membaca tulisan pertamanya, keduanya, ketiganya, dan seterusnya sampai akhirnya kelelahan atau mengantuk. Semua tulisan yang pernah di posting akan saya baca semua sampai habis. Rahasianya terletak dalam kata - kata. Banyak sekali tulisan - tulisan yang menceritakan kisah dengan tema yang sama; tema cinta. Namun sedikit pula yang menyimpan kesan di hati pembacanya. Bukan karena ceritanya, tokoh di dalamnya, apalagi latar belakang penulisnya melainkan melalui kata - kata.

Kata yang dipilih secara seksama,
seperti pedagang di pasar; dipilihnya dengan cermat mana dagangannya yang masih segar, dibuangnya yang sudah membusuk.
Kata yang disusun dengan rapi,
seperti pustakawan; semua buku diberi label dan di urutkan sesuai abjad untuk memudahkan pembaca mencari buku yang akan dibaca.
Kata yang dirangkai dengan indah,
seperti florist; bunga dengan tangkai panjang akan dipotongnya, disusunnya di vas bunga dengan aneka warna yang mempercantik ruangan.
Kata - kata lah yang melahirkan suatu kisah.

Selain blogwalking ini, saya juga jadi sering mengunjungi situs kamusbesar.com untuk mencari kata - kata yang tersirat atau sekedar menemukan kata - kata yang tersurat. Mencari arti kata atau sinonim dari kata itu juga sama menyenangkannya. Kemampuan Berbahasa Indonesia baik dan benar yang buruk membuat saya betah berlama - lama di sana.


Menemukan sesuatu yang baru itu menyenangkan bagi orang seperti saya; yang tidak menyukai perubahan apalagi perubahan yang datangnya secara mendadak.

Sudah akh, saya mau jalan - jalan lagi .. Jadi, siapa yang mau blognya saya kunjungi hari ini?

Hari Kasih Sayang yang Tertunda

Tanggal 14 Februari konon diperingati sebagai Hari Kasih Sayang. Menurut data statistik yang diambil secara sembarang tingkat penjualan produk – produk seperti: coklat, bunga, boneka, lilin dan kertas kado mengalami peningkatan sampai berkali – kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanggal 14 februari itu dijadikan momen untuk memberi hadiah special kepada orang yang special sebagai ungkapan rasa sayang.

Nah, Hari Kasih Sayang tahun ini kebetulan jatuh pada selasa kemarin. Tidak ada sesuatu hal yang istimewa selain berkumpul bersama teman yang kebetulan baru saja melepas status lajangnya. Bersama mereka walau hanya dalam hitungan menit sudah lebih dari cukup untuk membawa senyum pulang kerumah. Hari itu pun berlalu begitu saja.

Tidak! Saya tidak sedih apalagi kecewa. Berpasangan dengan pria skeptis yang memandang Hari Kasih Sayang bukan sebagai momentum rasa sayang selama bertahun – tahun menyadarkan satu hal penting dalam hidup saya, yaitu berhenti berharap. Dulu, saya selalu berharap akan mendapat sedikit kejutan manis di setiap Hari Special. Namun, kejutan itu tidak pernah muncul hingga akhirnya harapan – harapan itu pun memudar dan menghilang setiap tahunnya. Mungkin, dulu sekali saat hubungan kami masih bisa dihitung dengan satu tangan, dia masih menyempatkan waktu untuk membeli barang yang sesuai dengan tema kasih sayang untukku. Sekarang, semuanya hanya sepotong cerita di masa lalu.



***



Empat hari kemudian, saya mendapat BlackBerry Messager dari dia. Sekedar menanyakan apakah besok saya libur dan mengingatkan bahwa besok adalah pernikahan rekannya. Tiba – tiba dia menulis akan menjemput. Sesuatu yang sepele mungkin bagi kalian dan iya bukan hal yang patut digembor – gemborkan.
Sebagai perempuan yang biasa berkendaraan dengan motornya, prihal jemput-menjemput ini sudah lama tidak kami lakukan. Biasanya langsung bertemu di tempat tujuan untuk mempersingkat waktu, menghemat bahan bakar, dan tidak menghabiskan tenaga.
Jadi, membaca kalimat dari dia yang menurut kebanyakan orang tidak ada artinya sudah lebih dari cukup membuat hati saya tersenyum semalaman.







***


Terimalah telinga ini,
hanya untukmu,
kukirimkan dari jauh
karena aku kangen padamu.
Setiap kali melihat telinga ini,
ingatlah diriku yang kesepian.
Memotong telinga
adalah satu – satunya hiburan.

-Petikan surat dari Cerpen Telinga, Saksi Mata oleh Seno Gumira Ajidarma-


Kamu, aku, dan beberapa rekan lainnya duduk di luar Gedung Resepsi Pernikahan rekanmu sekedar mencari angin. Beberapa diantaranya akan segera kembali pulang, jalan – jalan, bertemu dengan rekan yang lain. Aku sangat yakin bahwa kau tidak punya rencana apa – apa dan memang tidak mau repot untuk memikirkan hal itu. Ingin mengajukkan satu tempat; sebuah coffee shop, namun aku hanya diam menunggu reaksimu saat rekanmu bertanya langsung padamu. Aku sudah berhenti merengek meminta kau menemaniku mencicipi secangkir cappuccino karena kau tidak begitu suka kopi. Sejujurnya, di coffee shop; walaupun menu utamanya menyediakan kopi selalu ada alternatif pilihan menu minuman selain kopi yang bisa cicipi; teh dan coklat. Mereka adalah tiga serangkai yang tak mungkin dapat dipisahkan begitu saja dalam daftar menu. Namun, aku menghargaimu dan berhenti mengajakmu lagi.

Sore itu kau malah membawaku ke suatu tempat di daerah dago, Kopi Ireng. Dapatkah kau tebak tempat seperti apa itu jika nama tempatnya saja sudah mewakili menu utama yang ada di dalamnya.

Berdua bersamamu, duduk di atas balkon dengan pemandangan bukit – bukit hijau, menikmati Cappuccino sementara kau Juice Strawberry bagiku seperti sedang merayakan Hari Kasih Sayang.



Boleh kutekankan lagi, hanya duduk berdua bersamamu di atas balkon tanpa ada kata yang terucap.

Aku rasa kau bosan, jenuh, muak, jengah mendengar celotehanku tentang semua hal yang tiba – tiba saja terlintas di dalam pikiranku lalu membahasnya denganmu secara detail. Apapun itu, baik tentang pekerjaanku, keseharianku, perasaanku terhadap sesuatu atau seseorang.

Demikian pula aku yang tak menyelami kegiatanmu dengan club – club motormu, apa yang telah kau lakukan pada motormu, sang legend, keseharianmu menjelajah tempat untuk mencari pernak – pernik mempercantik sang legend, apa pun itu yang selalu berkaitan dengan sang legend.

Jadi lebih baik kita nikmati saja momen ini tanpa kata. Ataukah aku harus memotong telingaku agar aku tak lagi mendengar kata – katamu, sehingga aku bisa terus menatap matamu dan tetap tersenyum lebar saat kau mulai bercerita mengenai sang legend itu?

Tentu saja tidak!

Duduk berdua denganmu di atas balkon ini, dengan pemandangan bukit – bukit hijau, memandang titik yang berbeda dengan pemikiran masing – masing, aku dengan cappuccinoku dan kau dengan juice strawberrymu adalah momen Kasih Sayang terindah bagiku.



Selamat Hari Kasih Sayang yang Tertunda.

17 February 2012

Hujan dan Malam yang menggulirkan Cerita

Hari itu, dia datang terlambat. Kami memang sudah berjanji akan datang ke sebuah acara gathering. Acara gathering dimana para penulis surat cinta bertatap muka. Lengkapnya bisa di baca di sini.

Terlambat, adalah kata yang sudah mendarah daging baginya. Terlalu dini menyimpulkan. Benarkah? Setidaknya dari beberapa kali kami membuat janji aku lah orang pertama yang selalu hadir lebih dulu.
Dia datang agak tergesa, duduk disamping kursi yang memang sudah kusiapkan untuknya. Menyapa dan bertanya kabar. Kami larut pun larut pada acara gathering itu.

Acara telah selesai, kami masih duduk bersebelahan karena baru saja memesan secangkir cappuccino. Para peserta satu persatu mulai meninggalkan tempat itu. Kami pun berpindah ke tempat yang lebih nyaman dan sekarang dia duduk dihadapanku. Perlahan hujan mulai turun di luar sana.
Berhadapan dengannya, saat itu, sungguh membuatku risih.
Kami adalah dua mahluk yang tercipta dari dua dimensi yang berbeda. Aku si realitis dengan pemikiranku yang terpusat pada masa sekarang, bukan masa lalu, tidak juga masa depan. Dia si pemimpi dengan pemikirannya yang dipenuhi dengan imajinasi dongeng sebelum tidur, yang terkadang saling tumpang tindih antara masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Hujan masih membasahi bumi, matahari perlahan undur diri. Kami masih duduk berhadapan, hanya ada satu cangkir cappuccino dan asbak yang tak dapat menampung lagi puntung – puntung rokok. Kopi dan rokok lah yang menyatukan kami. Ouh iya hujan tentu saja, bagaimana mungkin aku lupa. Kami adalah manusia hujan, begitu dia menyebutnya. Orang – orang mulai berlarian saat gegana hitam muncul, menghindar dari hujan. Kami akan duduk manis di teras menunggu dengan sabar sampai titik – titik air mulai berjatuhan membasahi bumi. Kemudian kami akan menari bersama hujan. Agar tak ada yang tahu bahwa sebenarnya kami sedang menangis, air mata menyaru dengan air hujan. Tapi aku tahu. Dia pun tahu. Hanya kita yang tahu. Kami berbagi rahasia melalui hujan. Malam itu hujan agak deras, aku bisa melihat di matanya bahwa dia ingin berlari ke sana, menyapa hujan. Tidak malam ini dalam benakku yang terbaca olehnya. Apa pun masalah yang menderamu, maaf, aku tidak bisa lagi menemanimu menari di bawah air mata hujan.

Membebaskan Hujan

Ada yang ingin menjaring hujan
Dengan pepatah-petitih tua
Yang tak lekang meski basa –
Hujan buru – buru menghapusnya.

Ada yang ingin mengurung hujan
Dalam sebuah aliena panjang
Yang tak kacau meski kuyup –
Hujan malah sibuk menyuntingnya.

Ada yang ingin membebaskan hujan
Dengan telapak tangan
Yang jari – jarinya bergerak gemas –
Hujan pun tersirap: air mata.

-kumpulan puisi hujan karya Sapardi Djoko Damono-


**


Matahari sudah ditelan malam, satu cangkir menjadi dua cangkir, satu gelas bandrek, sepiring kentang goreng dengan taburan keju, dan asbak yang baru saja diganti lagi oleh pelayan. Sudah dua kali pelayan itu mengganti asbak kami. Sebenarnya aku sudah ingin pulang, tapi dia terus bercerita tentang dongeng yang usang, bagiku. Apakah dia tidak menyadarinya saat itu bahwa kupingku mulai memerah, panas. Aku tidak suka dongeng. Jangan ceritakan padaku tentang dongeng seorang putri yang menikah dengan pangeran berkuda putih. Semua itu hanya ada dalam imajinasimu, pemimpi. Rasanya aku ingin mendobrak masuk dan mencabut semua akar imajinasi di dalam kepalamu. Sudah beberapa bulan kami tidak bertemu, tidak bertukar kabar, tidak adakah satu pun yang bisa dia ceritakan tentang kehidupannya. Jengah, bosan, dan mulai mengantuk. Aku ingin mengakhiri malam ini tanpa menaruh amarah dengannya. Saat aku mau beranjak, dia bilang tunggu sebentar lagi.

“Malam ini indah, kan? Sebentar lagi bintang pasti muncul.”

“Tidak mungkin akan ada bintang, hujan masih mengguyur.”

“Iyah yah, ouh iya aku hampir lupa. Aku ingin memberimu sesuatu.”

“Apa?”

“Ini! Novel terbaruku. Minggu depan baru akan mulai diperbanyak. Tapi aku ingin kau yang pertama memilikinya.”

“Novel?”


Waktu dia memberi Novelnya itu, lidahku kelu. Tidak ada satu kata pun yang terucap, bahkan terima kasih. Ingatanku beralih pada masa itu saat kami sama – sama mempunyai sejuta mimpi. Salah satunya adalah menjadi penulis. Setiap malam, saat kebanyakan orang terlelap dalam tidur. Kami sibuk menabung kata. Saat tabungan kata itu sudah penuh, tiba saatnya kami bersama – sama memecahkannya, menyusunnya kata demi kata hingga terangkai menjadi sebuah tulisan.

Malam demi malam hingga akhirnya kami bersahabat dengan malam. Suara malam lebih merdu, tidak ada kebisingan pekik kendaraan. Suara jangkrik kadang terdengar lirih, gemerisik daun yang tertiup angin malam. Tabungannya sudah penuh dengan kosa kata yang kadang menyembul keluar. Tabunganku masih sama, hanya diisi dengan kata – kata yang sama. Tidak heran mengapa dia dapat merangkainya menjadi sebuah Novel. Dia selalu dikelilingi oleh orang – orang yang menghargai seni. Melalui seni, kata – kata dapat digoreskan menjadi tulisan, lukisan, dan musik.


Hujan sudah berhenti, beberapa tetes masih tertinggal di dahan pohon dan atap tempat itu. Malam semakin larut. Memegang novelnya dalam tanganku seperti mengingatkanku pada masa – masa itu. Dihinggapi kerinduan yang mendalam untuk menabung kata kembali atau hanya sekedar rasa iri. Entahlah. Kesunyian menyergap diantara kami malam itu. Ada dinding – dinding kosong dalam pikiranku yang menagih janji, kapan akan kau penuhi?



***



“Dari tadi aku yang terus berceloteh. Kau tidak bosan yah mendengarnya?”

“Sejujurnya, Tidak. Semenit yang lalu aku tersadar bahwa aku ingin terus mendengarnya. Mulai hari ini aku akan selalu menyediakan telingaku untukmu.”

“Untuk apa? Justru kau yang membutuhkannya daripada aku. Lagipula aku sudah punya sepasang telinga yang akan menemaniku sepanjang usiaku. Tidak hanya sepasang telinga, mulut yang berbicara, jemari yang mengetik, imajinasi yang terbagi, kaki yang akan melangkah bersamaku.”

“Maksudmu?”

“Aku akan menikah! Tidak sekarang, mungkin dua bulan setelah ia mendapat pekerjaannya.”

“Maksudmu? Akhirnya kau temukan si pangeran berkuda putih itu?”

“Hahahahahaa .... aku bukan lagi seorang putri di dalam istana yang menunggu pangeran datang. Aku hanya perempuan tua yang ingin menikah. Perempuan tua yang ingin mempunyai anak perempuan yang kelak memanggilku Ibu. Jangan tertawa sinis padaku. Kerealitasanmu mengajarkan aku untuk mempunyai visi dan misi dalam hidup, dalam hubungan. Tapi, bukan berarti aku meninggalkan mimpiku begitu saja. Jadi, hey kau si realitis apa visi misimu.?”

“Visi misi?”

“Iyah, apakah setiap pertanyaanku harus kau jawab dengan tanya juga?”

“Menghasilkan uang tentu saja.”

“Apakah kau tidak ingin menikah? Aku tidak ingin berlama – lama pacaran, sepertimu. Jangan membuang waktumu untuk hal – hal yang tidak bermasa depan. Rasanya kau telah kehilangan mimpi. Aku tahu pemikiranmu yang serba atau so realitis itu, namun kau harus punya mimpi, mimpi yang bisa kau kejar, yang bisa kau capai.”


Dia mengambil sebatang rokok dan mulai menyalakannya, menghisapnya dengan dalam, menghembuskannya dan mulai menceritakan suatu dongeng yang berjudul The Old Tree and a Leaf


Apakah kau tahu bahwa impian dari sebatang pohon tua
adalah melihat banyak hal yang mengagumkan.
Bertualang ke berbagai dunia menjadi seorang pengembara.
Apakah kau juga tahu impian selembar daun
hanyalah hidup di dunia fantasi, dunianya sendiri.
Ini bukanlah sebuah dongeng tentang putri dan pangeran berkuda putih,
ini tentang kisah sederhana
pohon tua dan selembar daun yang dengan setia
menemaninya bertualang,
menggembara ke dunia yang penuh fantasi.

Dimana tumbuh sebuah pohon
distu pulalah tumbuh dedaunan.
Ribuan kali, aku akan tumbuh di dahanmu
Dalam kekokohan, dalam tunggul
Menjadi legenda tentang pohon tua dan selembar daun
Sampai bumi tidak lagi membutuhkan kita
Sampai waktu lenyap dari semesta

-MyFairyTaleMyTale.blogspot.com-



Malam itu si pemimpi mengajarkan satu hal penting dalam hidupku. Jangan pernah meninggalkan mimpi – mimpimu membusuk. Mati namun tetap hidup di dalam urat nadimu. Menunggu untuk kau seru namanya.

Akan kupanggil mimpi itu nanti, suatu saat kelak. Jika tabungan kataku sudah cukup.

Terima kasih kepada hujan dan malam yang menggulirkan cerita.

15 February 2012

Pupus

Sedari dulu, sudah ada kata - kata "Gantungkanlah cita - citamu setinggi langit" bersemayam di dalam otak.

Semakin tinggi cita - citamu semakin bagus! Artinya kamu punya tujuan dalam hidup. Ambisius.

Semakin saya bertambah usia cita - cita itu semakin sulit digapai.

Semakin berharap, semakin jauh pula ia dicapai.
Lalu pupus ... berguguran seperti daun kering yang tertiup angin dan entah akan bermuara dimana. Terlalu sulit untuk melacaknya.

Hingga tiba di usiaku yang sudah banyak ini, masih bingung jika ada pertanyaan "Sudah tercapai cita - citanya?". Lah justru saya tidak tahu apa sebenarnya cita - cita saya! Tidak punya tujuan hidup!

Cita - cita itu sudah pupus karena terlalu tinggi untuk digapai.



Satu hal yang saya pelajari, "Gantungkanlah cita - citamu setinggi langit - langit rumahmu". Kenapa? Agar kau dapat menggapainya. Ada banyak benda yang bisa menopangmu untuk menggapainya.
Tangga, agar kau tidak perlu bersusah payah.
Meja, kau hanya perlu jinjit sedikit dan rentangkan tanganmu.
Kursi, loncat sedikit sambil ulurkan tanganmu, mungkin harus berkali - kali mencoba.
Nah, setelah kau berhasil meraihnya ... Gantungkanlah cita - citamu yang lain.

Semacam pembelajaran yang terlambat, tak apa asalkan tidak sama sekali.
Citaku yang terdahulu sudah pupus dan biarkan tetap begitu adanya.
Sekarang adalah saatnya berjalan kedepan dan melihat ke atas langit - langit rumah karena ada citaku di sana yang baru yang akan segera kuraih sebelum akhirnya ia ikut pupus juga bersama yang lain.

13 February 2012

#Gathering30HariMenulisSuratCinta jadi Ajang Menangis



Projek #30HariMenulisSuratCinta berakhir pada hari ini, hari ke-30, hari terakhir yang kebetulan dirayakan dengan mengadakan gathering, dimana kita bisa bertatap muka dengan peserta lainnya dan tentu saja para tukang pos.

Acara gathering ini diadakan di The Food Opera, Jl. H. Juanda No 72, Bandung. Dimulai pada pukul 11.00-15.00. Hanya dengan membayar Rp. 45.000 kita bisa makan siang bersama, ketemu dengan wajah – wajah yang suratnya sering kita baca, bertukar surat cinta dan baca surat cinta, dan dihibur oleh suara - suara indah dengan petikan gitar dan kecapi.

Saat menginjakkan kaki di sana saja, saya sudah menangis (dalam hati tentunya) dengan datang ke acara itu berarti selesai sudah rangkaian menulis surat cinta selama 30 hari. Sebagian peserta tahun lalu ada yang dengan setia ikut lagi. Beberapa diantaranya justru ada yang baru pertama kali menulis (gara – gara mau ikutan). Malah, teman saya sengaja membuat blog supaya bisa ikutan, tulisan pertamanya diposting di blog poscinta membuat dia semangat untuk menulis setiap harinya. Beberapa dari kami ada yang “bolos” selama 30 hari itu dengan sejuta alasan namun ada juga yang “lulus” bahkan sampai menulis di kereta api. Saya sendiri sudah 4 kali membolos :D

Saat para tukang pos memperkenalkan diri di panggung, saya menangis lagi (dalam hati lagi tentunya) karena tujuan saya datang kan ingin melihat tomat, @hurufkecil si tukang posku. Saya sudah siapkan surat untukmu lho yang akan dibacakan nanti, Aku Hanya Padamu.
Selain ingin melihat wujudmu, hurufkecil, saya malu sebagai orang Bandung masa tidak ikut serta karena sebagian dari mereka datang dari luar kota untuk ikut hadir. Sebut Palembang, Yogyakarta, Salatiga, Malang, Bekasi, Jakarta ... mereka semua datang demi acara ini.

Kami juga merayakan Hari Ulang Tahun @galuh bersama - sama



Suara - suara indah bernyanyi dengan petikan gitar ...



dan petikan kecapi



Surat – surat mulai dibacakan ...



Saat suratnya @heykila dibacakan oleh @starlian saya tidak tahan untuk menangis (kali ini tidak di dalam hati). Entah karena isi suratnya yang begitu dalam, entah karena cara membacanya dengan hati, entah karena alunan musiknya yang pilu, entah karena rinai hujan yang mulai turun. Saya tidak suka! Saya tidak suka menangis di depan orang banyak yang baru saya kenal beberapa jam lalu. Setelah surat itu selesai dibaca, selama beberapa detik kami semua terdiam lalu perlahan riuh rendah tepukan tangan terdengar. Lalu semua sibuk mencari tissu dan memelukmu, heykila.

Tak terasa acara pun berakhir.

Kalian, para tukang pos (sadar atau tidak) telah memunculkan bakat – bakat yang mungkin sudah berdebu dan berkarat. Terima kasih telah mengingatkan kami (saya khususnya) untuk lebih sering menyapu supaya tetap ada keinginan untuk menulis. Walaupun mungkin rasanya tidak lagi sama karena tidak ada lagi yang akan RT surat kami, tidak ada lagi tema di hari selasa, dan surat kaleng di hari jumat.

Inilah kami para peserta dan tukang pos


Itulah mungkin yang kalian juga rasakan ... maka dari itu mulai sekarang kami bisa tetap menulis apa saja tentang cinta, tidak hanya surat, puisi, esai, prosa, artikel .. pokoknya apapun tentang cinta.

Ayo, kita menulis lagi tentang cinta dan kirimkan tulisanmu ke poscinta.com

11 February 2012

Surat Terakhir

Dear Kekasih Andry Utu Tulung

Seperti yang kamu tahu bahwa aku sedang ikut #30harimenulissuratcinta iyah selama 30 hari ini aku menulis surat cinta ... surat yang aku kirim kepada orang – orang yang aku kagumi ... surat yang kadang hanya berisi celoteh saja .. surat yang bahkan jumlahnya tidak mencapai 30 buah ... surat yang tidak semuanya aku kirim kepadamu .. bukan berarti aku tidak cinta padamu, hanya saja aku membagi cintaku (dengan takaran yang jauh lebih banyak tentunya untukmu) kepada yang lain.

Seperti yang kamu tahu aku cinta pada cappuccino yang tidak begitu kamu sukai. Aku tidak suka coklat, dia manis, aku tidak suka teh, dia meninggalkan rasa dilidah sesudahnya, aku tidak suka kopi hitam yang berampas, dia pahit, aku suka cappuccino karena dia perpaduan antara pahit dan manis.

Seperti yang kamu tahu aku suka menulis ... terkadang aku menulis apa yang aku lihat – dengar – rasakan ... terkadang aku juga menulis apa yang ada di pikiran ... terkadang aku juga menulis apa yang ada di alam bawah sadarku. Tidak semua dari tulisanku itu adalah 100% fakta kehidupanku.

Seperti yang kamu tahu ini adalah surat yang terakhir .. kamu tahu kenapa aku mengiriminya khusus untukmu? Karena angka 30 itu mewakili aku dan kamu, kita. 30 April kita secara resmi berpacaran, tanggal sakral menurutku. Hehehee. Jadi, karena ini angka 30 yang sakral menurutku, siapa lagi yang berhak menerimanya selain kamu, kekasihku.

Seperti yang kamu tahu kita sudah bersama dengan status pacaran selama 10 tahun 9 bulan. Aku tidak ingin mendesakmu tentang prihal perkawinan. Jangan lamar aku sebelum kamu mendapat penghasilan tetap yah. Aku tidak mendesakmu untuk segera mendapat pekerjaan. Tidak masalah kamu tidak punya pekerjaan tetap yang penting penghasilanmu tetap :D. Jangan lamar aku sebelum kamu punya rumah, bukannya aku tidak mau tinggal bersama ibumu, hanya saja aku tidak ingin wilayah pribadiku terbagi, walaupun itu terbagi dengan ibumu. Apakah aku terlalu muluk? Tak apa jika kamu menganggap aku sebagai perempuan yang matrealistis. Tapi bagi aku perkawinan bukan hanya sekedar pemberkatan dan pesta resepsi, tanggung jawab akan 80% dipikul olehmu sebagai kepala rumah tangga. Jadi ini bukan perkara matrealistis, ini perkara realistis.

Seperti yang sudah aku jabarkan di atas ... jika kamu sudah mampu memenuhi syarat itu ... aku tunggu lamaranmu dirumahnya.


Pssstt : Aku lebih suka pake cincin emas putih lho!

aku hanya padamu

dear hurufkecil

sengaja aku nulis surat ke-28 ini untukmu dan hurufnya kecil – kecil semuanya sesuai dengan nama account twittermu. sejujurnya aku dipaksa untuk follow akunmu karena akunku berawalan dari c. bukan menjadi suatu masalah apalagi beban, kicauanmu selalu merdu dan tampaknya kita dihinggapi penyakit suka begadang berlama - lama, kicauanmu pula yang menemani malam – malam yang lama hingga pagi dan kantuk datang bersamaan.

sebagai tukang posku aku ingin mengenal lebih jauh dan lebih dekat lagi. ternyata dirimu memang jauh di makassar sana, dan kedekatan kita cuman sebatas suratku di rt olehmu. dari semua tukang pos yang ada (yang akhirnya aku follow semua) kenapa cuman kamu doank yang aneh. misteri! hanya hurufkecil yang entah perempuan atau lelaki? lalu tomat yang bisa menjelma jadi buah atau sayur?

kenapa hurufkecil? kenapa tomat?

penasaran atau cenderung kepo aku mulai menyimak timelinemu ... siapa yang kau follow, siapa followersmu, dengan siapa kau berkicau, apa saja kicauanmu. ada hurufkecil lain rupanya di sana yang mengidolakanmu dan hurufkecil yang berjualan kecil – kecilan. aku juga memasuki rumahmu yang penuh dengan aksarakecil. mengintip pada setiap celah pintu dan membuka semua jendela, takjub pada isi rumahmu. sakin takjubnya aku bertamu di sana sampai berjam – jam dan berhari – hari untuk melihat setiap sudut rumahmu. sampai – sampai aku membolos mengeposkan surat cinta (alasan belaka).

hey, tukang posku ... hurufkecil, tomat, aan, nankinan, (masih adakah sebutanmu yang lain?) kini aku tahu walaupun tidak yakin bahwa yang pasti kamu adalah lelaki.
lelaki yang suka bermain – main dengan huruf, yang merajutnya menjadi puisi, yang masih suka ngompol hingga 5 SD, yang dekat dengan ibunya dan (mungkin sudah tidak) membenci ayahnya, yang ditinggal mantan diam – diam agar mantannya jadi kekasih penulis novel, yang pasti suka tomat, yang suka tidur berlama – lama setelah begadang berlama – lama, yang ingin punya jendela lebar dikamar, yang suka membaca-menulis-menonton berjam – jam (apalagi kalau sakit), yang suka menjadi anti-sosial karena malas mandi kalau lagi sakit, yang suka membuat surat dan puisi, dan yang pasti membuat aku betah bertamu di sana.

rasa penasarannya sekarang sudah (agak) teredam, masih tersisa sedikit untuk melihat wujudmu. mungkin kah dalam beberapa hari ini kita akan bertemu?

terima kasih yah hurufkecil ... mengenalmu tidak membuat aku jadi suka padamu, terlebih lagi tidak juga menjadi aku cinta padamu, tapi bukan berarti aku benci padamu, aku hanya padamu.

08 February 2012

Pah, Aku Hanya Ingin Bilang ...

Pah, Aku ingin bilang sesuatu nie ... ingin curhat” kataku dalam hati, selalu dalam hati setiap saat ada masalah yang menganggu pikiranku. Tapi tidak pernah terucap sepatah kata pun saat kita sedang berhadapan. Entah lah mengapa hal itu bisa terjadi .. sepertinya lidah tiba – tiba menjadi kelu, semacam ada jarak yang membentang jauh diantara kita, kau sebagai orangtua dan aku yang hanyalah anak, titik.

Konon kata orang, anak perempuan biasanya dekat dengan ayah dan anak laki – laki dekat dengan ibu. Toh pada kenyataannya aku sebagai anak perempuan tidak mengalami kedekatan seperti itu. Atau mungkin defini kedekatan yang aku pikir salah? Beberapa teman khususnya teman perempuan sangat dekat dengan ayahnya. Pergi bersama hanya berdua, jalan – jalan berdua, makan berdua, bahkan sampai curhat pengalaman pribadi. Iyah definisi kedekatan yang seperti itu yang tidak aku dapatkan. Bagaimana mungkin bisa pergi bersama berdua, waktu papah sudah habis untuk bekerja.

Nah, ini bicara mengenai bekerja. Ternyata kita mempunyai konsep yang berbeda mengenai arti kata “kerja” ini. Dengan backgrond pendidikan, budaya, dan mindsetnya papah bekerja itu yah kerja di pabrik atau di kantor. Kerja dengan memakai seragam, pergi jam 8 pulang jam 5, libur di hari sabtu dan minggu, mendapat gaji setiap bulannya, THR di hari raya, bayar pajak dan asuransi. Iyah itu namanya baru kerja! Mindset seperti itu pula yang papah terapkan pada aku dan terus mendorong aku untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bekerja selama 7 hari setiap minggunya, bulannya, tahunnya. Disaat kami ke Gereja hari minggu papah sudah sibuk bekerja. Dalam satu minggu tidak bisa meluangkan waktu yang hanya beberapa jam untuk beribadah di hari minggu.

Maaf, mindset yang papah terapkan dari kecil itu perlahan terkikis bersamaan dengan bertambahnya usiaku. Mindset itu akhirnya menguap saat aku melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri. Terlebih lagi setelah aku mengalaminya sendiri mindset itu dengan sendirinya menghilang.

Pah, aku hanya ingin bilang bahwa untuk apa bekerja mati – matian setiap harinya jika kita tidak punya waktu untuk bersama keluarga. Masih terngiang di kepalaku dulu papah dan mamah sering bertengkar. Mamah yang mengeluhkan papah hanya sibuk bekerja dan bekerja, selalu menomorsatukan pekerjaan. Iyah papah selalu berdalih pekerjaan itulah yang menghidupi kita sekeluarga sampai hari ini. Pekerjaan itu juga lah yang (mungkin) menjadi sebab bentangan jarak itu ada diantara kita.

Pah, aku hanya ingin bilang di dalam surat ini bahwa aku tidak ingin menjadi seperti papah yang sudah menghabiskan sisa hidup papah untuk bekerja. Setelah pensiun apa yang didapat selain uang pensiun yang pada akhirnya akan habis dalam hitungan hari saja. Aku tidak ingin selamanya bekerja untuk orang lain. Justru orang lain lah yang bekerja untuk kita.

Pah, aku hanya ingin bilangpercayalah terhadap anak perempuanmu ini”. Setelah pertengkaran semalam yang berujung protes keras dan gebrakan meja. Aku jadi berpikir, berpikir dan berpikir.
Apakah aku harus mengikuti kemauan papah untuk bekerja layaknya orang bekerja di kantor? Atau ... Apakah aku harus bersikukuh terhadap pendirian aku dan membuktikan pada papah bahwa aku bisa dan akhirnya aku akan berhasil?

Pah, aku hanya ingin bilang bahwa ada pekerjaan lain di luar sana ... pekerjaan yang bisa kita kerjakan di rumah ... pekerjaan yang tidak menyita banyak waktu ... pekerjaan yang tidak mengharuskan kita bangun pagi ... pekerjaan yang tidak menganggu waktu ibadah kita di hari minggu ... pekerjaan yang papah bilang hanya main – main ... pekerjaan aku sekarang.

Pah, aku hanya ingin bilang itu.

07 February 2012

Gara-gara Kamu

Dear Nita Sellyasyalalalalala ... https://twitter.com/#!/NitaSellya

“Gak Usah Stalk, Follow ajah langsung, gak gigit. Nyepet doang sekali – sekali”

Yuhu ... knock knock knock ... punteun ... spada!

Nitaaaa ... apakah dirimu masih mengingat aku? Aku? Aku tentu saja mengingatmu, secara ibu – ibu para comic. Hehehee. Ouh iya, kita jadi saling mengenal karena salah satu ehmp bukan satu – satunya comic arab di Bandung yang berwujud teko ajib itu temanku. (semoga yang dimaksud tidak baca). Eh, tapi lupa nie kita bertwitteran dulu apa ketemu dulu yah? Ya sudahlah tak penting lagi toh akhirnya kita jadi saling mengenal. :D

Semenjak, malam itu (biar agak dramatis) tanpa pikir panjang aku langsung klik follow dirimu. Gayung bersambut dirimu juga follow aku. Kita follow – followan dech. Okay ini mulai ngaco dan ngga penting sebenarnya kita kembali ke topik dan mulai serius.

Ehmmppp ... jadi inti dan tujuan aku bikin surat cinta ini yang sebenarnya ngga ada unsur cinta – cintaan (maaf, bikin kecewa yah?) hanyalah untuk berterima kasih kepadamu, untukmu seorang.

Kenapa?

Kalau saja waktu itu aku merasa bimbang dan akhirnya tidak follow akun twittermu yang artinya twit darimu tidak akan muncul di timeline aku (ya iya lah). Aku tidak pernah pernah tahu bahwa di dunia twitter sana ada @PosCinta dengan tukang – tukang posnya yang lagi bikin rangkaian acara menyambut Hari Valentine. Iyap, #30HariMenulisSuratCinta. Yang waktu itu pernah di RT olehmu.

Gara – gara membaca timelinemu itu, aku jadi tahu dan secara impulsif langsung ikutan. Merasa tertantang karena selama 30 hari menulis ... menulis surat cinta lagi!

Kalau bukan karenamu, aku tidak akan tahu ada blog Kring! Pos! Pos! Yang isinya semua surat cinta. Entah siapa pencetus idenya tapi mereka sudah memulainya tahun lalu. Banyak sekali tulisan – tulisan yang bagus. Beberapa diantaranya kadang membuat hati jadi mengharu biru, memicu amarah, senyum simpul, bahkan tawa yang membahana.

Kalau bukan karenamu, aku tidak akan tahu ada para tukang pos di sana ... @hurufkecil adalah tukang posku, dengan setia selalu RT semua tulisan yang masuk, dan kau tahu jumlahnya melebihi jari tangan dan kaki.

Hehehee ... aku mungkin belum pantas disebut sebagai blogger hanya karena aku punya blog dan beberapa tulisan picisan. Aku memang belum pantas disebut penulis hanya karena aku sering menulis yang sebagian besar tulisan kosong belaka. Tapi, suatu saat nanti entah kapan aku juga ingin disebut seperti itu, ingin menjadi blogger dan seorang penulis. Toh, dengan ikut #30HariMenulisSuratCInta saja blogku jadi dilirik orang (lihat statistiknya meningkat dengan dratis) dan ada saja follower baru. Jadi iyahh aku berjalan menuju ke jalan itu ... jalan yang secara tidak langsung sudah kau bukakan untukku :D

Terima kasih yah Nita telah membuat aku melihat dan mengetahui bahwa di sana banyak sekali penulis – penulis hebat ... membuat aku yang kecil ini jadi termotivasi dan ingin seperti mereka .. sepertimu .. Semua ini gara - gara aku follow kamu!



Psst : update lagi donk tulisannya di blog, aku kangen baca nie!

05 February 2012

Ungkapan 129 Bulan

Teruntuk Kekasihku

Tampak sedikit aneh rasanya mengirimimu surat yang bahkan dikirim melalui dunia maya. Yah, anggap lah ini hanya sekedar suatu ungkapan saja. Untuk apa aku mengirimimu surat cinta, kau tidak butuh pengakuan cinta di atas selembar kertas, bukan? Kau bisa melihatnya langsung di mataku ... apakah kau melihatnya? Hehehe .... tampaknya agak susah yah ber-puitis dan ber-romantis ria denganmu. Dasar pria tidak romantis! Tapi, dibalik ketidakromantisanmu itu kadang samar – samar kulihat kelembutanmu. Mungkin ini sebabnya aku menyukaimu sejak sepuluh tahun sembilan bulan yang lalu, 129 bulan!

Hahahhaa ... iyah kemarin kita sempet beradu mulut mengenai angka itu. Iyah, aku yang salah ... salah hitung. Whuuuaaa .... kadang aku tercengang sendiri betapa sudah 129 bulan kita habiskan bersama. Walaupun perjalanannya tidak semulus jalan tol tapi kita masih berpegangan tangan sampai sekarang. Eh, jalan tol juga sekarang banyak yang rusak kok jalannya :D

Sebenarnya, tidak ada hal yang penting sie di dalam surat ini.
Seperti yang tadi sudah aku bilang di awal ... ini hanya sekedar ungkapan saja. Ungkapan terima kasihku untuk kekasihku yang sudah mau menemaniku selama 129 Bulan. Walaupun banyak kerikilnya tapi semuanya berhasil kita lewati. Hehehhe. Bayangkan Sepuluh Tahun Sembilan Bulan ... kalau sudah menikah kira – kira anaknya sudah dua tuh :D.

Ouh iya, bicara tentang pernikahan ... bukan maksudku untuk memojokkanmu dengan segudang pertanyaan “kapan” dan “kapan” ... biarlah waktu saja yang menjawab itu. Tapi, satu hal yang harus di ingat adalah umur kita yang tak lagi muda dan sang waktu juga tidak akan peduli. Jadi, mari kita nikmati bersama sang waktu.

Sudah kah aku bilang terima kasih? Ehehee ... sekali lagi terima kasih yah untuk menjadi kekasih terindah di sepanjang hariku. Terucap doaku untukmu, untukku, dan untuk kita.

Dryva2001

03 February 2012

XL Blaast Media Launch : Behind The Scene

Jumat, 6 Januari lalu kantor saya mendapat email yang cukup menggemparkan. Email itu dari seorang teman yang kebetulan bekerja sebagai copywriter di Blaast, maradila. Inti dari emailnya adalah membuat proposal konsep beserta budget untuk acara Media Launching yang akan diselenggarakan pada tanggal 24 Januari 2012 di Jakarta. Saya tekankan yah 24 Januari.

Selintas mengenai klien; Blaast merupakan aplikasi mobile yang memberikan akses fitur ke beragam pilihan aplikasi seperti jejaring sosial, games, chatting, berita, dll kepada pengguna low-end phone. Artinya pengguna hp yang bukan smartphone (bb, iphone, android) dapat menggunakan fasilitas yang ditawarkan oleh smartphone, hanya dengan men-donwloadnya. Dalam hal ini provider yang digandeng adalah XL.

Selintas lagi mengenai acaranya; Kebetulan target utamanya adalah Indonesia, maka dari itu acara launching produk dikemas dengan menggandeng media. Salah satu hal yang menarik dan baru bagi saya dalam acara media launch ini adalah adanya kompetisi HackDay. Nah, HackDay itu adalah sebutan bagi hacker yang sengaja dikumpulkan untuk me-ngehack suatu system atau aplikasi tertentu. Dalam acara ini para hackers yang disebut developer membuat suatu aplikasi mobile dalam waktu 8 jam. Peserta yang ikut dibagi menjadi 8 grup yang masing – masing terdiri dari 4-5 orang. Kategori aplikasi yang dibuat pun bebas, para peserta bebas menentukan kategori aplikasi yang akan dibuatnya seperti; games, news, fun, social media, messenger, dll. Di akhir acara media launch akan diumumkan pemenang dari aplikasi yang paling bagus.

Nah, ini Behind The Scene nya ...
1. Pemilihan lokasi acara menjadi pertimbangan prioritas bagi kami. Semakin dekat dengan pusat kota semakin banyak yang datang. Tempatnya pun harus memiliki nilai prestige dengan tingkat keamanan tinggi. Apalagi klien kami mengundang para media untuk press conference dan tamu – tamu penting seperti Bapak Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia), Mr. Alexander Stubb (Menteri Urusan Uni Eropa dan Perdagangan Luar Negeri Finlandia), Mr. Peter Vesterbacka (Mighty Eagle, pencipta game Angry Bird), Bapak Hasnul Suhaimi (Presiden Directur XL), dan tamu lainnya. Protokol dan keamanan benar – benar harus diperhatikan. (ngelap keringat)

2. Konsep yang akan di ajukan kami diskusikan dengan tim produksi agar segala desain dan proses pembuatan dapat di eksekusi dengan baik, mengingat waktu persiapan hanya 18 hari. Setelah semua kelengkapan siap kami pun berangkat dari Bandung ke Jakarta sambil berdoa semoga goal. (batu loncatan bagi saya pribadi bisa terlibat dalam event yang tertaraf International, hehe)


3. Meeting pertama, kami bertemu dengan Mr. Martti (Kepala Marketing Blaast) dan Ms. Heini (Public Relation Blaast). Mereka adalah perwakilan dari Finlandia di Indonesia yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam acara Media Launching ini. Tim kami pun mempresentasikan konsep dan detail pelaksanaan. Proses diskusi cukup alot mengingat kami mulai meeting saat jam makan siang dan tanpa sadar sudah tiba jam makam malam.

4. Setelah konsep di setujui, tim kami pun langsung bagi tugas. Sekali lagi mengingat waktu yang tersisa 16 hari lagi. Tapi tidak semudah itu, karena konsep mengalami perubahan demi perubahan yang berpengaruh pada budget. Tim produksi berjalan tersedat – sedat menunggu keputusan final. Waktu kami pun banyak terbuang karena meeting hampir setiap hari dan setiap meeting menghabiskan waktu sampai 8 jam. Beruntunglah Tol Cipularang sudah selesai di bangun.


5. Singkat cerita, akhirnya konsep dan budget sudah final. Tim kami pingsan duluan sebelum memulai proses persiapan karena waktunya tinggal 10 hari lagi!!!!!!!!!!
Grand Ballroom dengan luas 860,7m kami tutupi semua dengan kain hitam yang dihiasi dengan lampu – lampu. Panggung kami set seperti landasan roket. Rangka rigging lengkap dengan miniatur roket (7m masih dibilang miniatur yah?). Backdrop ukuran 3X4m dipenuhi dengan 16 LSD Seamless. Drum bekas untuk pensuasanaan. Lampu follow dan strobo lengkap dengan gunsmoke (ceritanya) untuk mendramatisasi roket yang terbang.
Kebayang ga? Kalo ngga lihat gambarnya aja ...


Ini Gambar Roketnya



6. Kerja Rodi proyek roro jombrang akhirnya selesai juga. Biarpun kami jadi mata panda karna kurang tidur, badan pegel, kulit terbakar, napsu makan naik turun kadang napsu kadang ngga (tergantung menu), badan panuan (ga sempet mandi) tapi akhirnya XL BLAAST MEDIA LAUNCH ini berakhir dengan sukses. Sampai saat saya menulis ini belum mendengar atau mendapat email negative dari klien jadi yah sukseslah dan kami pun berjalan dengan mengangkat dagu agak atas, membusungkan dada ke depan. (lebih tepatnya saya kali yah bukan kami. :P).

7. Akhir cerita, sempat browsing dan melihat beberapa media ada yang sudah publish liputannya, yipppiee senangnya luar biasa. Walaupun sama sekali tidak disebutkan (nyerempet dikit juga ngga :D) bahwa adanya pihak EO yang membantu dan mewujudkan acara ini (memang biasanya juga ngga kok) tetap saja rasa bangga dan puas itu nempel. Melihat para petinggi berfoto bersama di bawah backdrop produksian kami. Heheheheheheeee ...


Ouh iya ini foto lagi HackDay Competition



8. Terakhir, ini bener terakhir ... saya mau mengucapkan terima kasih banyak kepada Bos Besar Dada.iDNA dan Bu Bos Sheila.iDNA yang sudah mau menampung saya di sarang iDNA. Tante Muli.iDNA yang mempercayakan saya untuk terlibat dalam tim inti dari awal sampai akhir. Tim – tim mata panda yang mewakili tim produksian (keren gila) Ferry.iDNA dan Kiwing.iDNA. Anggiya.iDNA yang ngurus makanannya kami. Hendry.iDNA yang menjadi ATM berjalan. Dan keluarga baru (iyes, posisi saya tergeser) Reyki.iDNA dengan segala segala kemalangan yang menimpanya untuk kesuksesan acara kita bersama. Saya eva.iDNA standing applause untuk kalian.

ssst : Ini foto Muli ama Peter si Angry Bird

01 February 2012

Kepada Sang Waktu

Kepada YTH : Sang Waktu

Apa kabarnya kamu, sang penguasa waktu.
Semenjak tahun sudah berganti nampaknya dirimu berjalan dengan sangat cepat. Tak terasa lagi sudah menginjak bulan kedua. Bulan Februari yang ditunggu – tunggu para pasangan baru, para single yang berharap setangkai bunga, sekotak coklat, atau hanya sebuah ucapan dalam kartu mini. Hahahhaa, untukku Bulan Februari tak ada bedanya dengan bulan – bulan yang lain.

Waktu yang terus berjalan, kadang aku mengejarmu dengan kaki yang terseret – seret namun tetap saja tak terkejar dan kau tidak mau berhenti untuk menengok ke belakang sebentar saja. Kadang pula aku menunggumu dengan kelelahan sampai tertidur kau tak kunjung datang.

Yah, kau adalah penguasanya waktu dan tidak ada yang dapat menghentikan langkahmu. Aku hanya senantiasa berpasrah pada dirimu.
Tahun kemarin sudah berlalu, diantara suka banyak pula duka yang kau berikan. Dua bulan lamanya waktu merangkak menghampiriku. Aku hampir mati kebosanan, menunggumu, waktu! Tapi tahun ini yang konon katanya Naga Air kau datang bagai air yang mengalir, begitu cepat dan derasnya. Aku hampir kewalahan menangkapmu agar tidak kehilangan momen.

Terima kasih waktu akhirnya kau datang tepat pada waktunya. Iyah, sesuatu yang indah itu memang datang tanpa di duga – duga. Datang dengan indahnya. Sekarang aku sedang menikmati waktu yang kau berikan untukku, betapa indahnya, betapa nikmatnya. Satu hal yang pasti, sesuatu itu akan datang indah pada waktunya.

Terima kasih Sang Waktu