19 December 2016

Kura-Kura dalam Tempurung

Foto dari sini


Kura-kura adalah jenis reptil yang memiliki tempurung kokoh sebagai rumah dan pelindung dari predator. Ketahanan tubuhnya kuat mungkin karena habitatnya dapat hidup di darat dan air, jenis omnivora, pemakan tumbuhan dan campuran. Kalau kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang kura-kura berarti kamu salah blog. Saya ngga tahu apa-apa tentang kura-kura. He he he

Lain halnya dengan kura-kura dalam tempurung yang sudah lama ingin saya bahas di sini, di blog ini. Kamu masih penasaran sama kura-kura? Pindah blog gih.

Banyak kejadian yang begitu bikin gemesnya ingin saya tuliskan di sini, tapi kok yah setelah sampai pada penutup, emosi sudah tenang, dibaca ulang, ngga jadi lah dihapus saja. Saya percaya tulisan yang bagus serta inspiratif adalah tulisan yang ditulis dengan kesadaran penuh si penulis bukan karena emosi semata. Tulisan yang saya maksud adalah artikel atau berita dan sejenisnya yah. Bukan sekedar tulisan status di sosial media yang isinya share berita ini, berita itu, yang sumbernya pun masih dipertanyakan, atau berisi kata-kata kasar seperti bajing pakai akhiran an.

Ya, itulah kemajuan teknologi, di mana informasi dapat dengan mudah diakses hanya dengan klik sini, klik sana, ketika dirasa atau ya mungkin sedikit dipikir bagus tinggal klik share di sini, share di sana. Saya yakin malah beberapa di antaranya belum benar-benar membaca isi kontennya cuma baca judulnya yang dibuat spetakuler mungkin!

Eh, bentar .... oh iya, saya tuh mau bahas kura-kura dalam tempurung kok malah nyindir sih?! Memangnya kamu ke sindir?

Tapi ini masih berhubungan kok sebenarnya, ketika ada yang gila teramat gila dengan teknologi dan selalu berusaha menjadi yang terupdate ... ada pula yang sepertinya tidak peduli atau tidak mau peduli. Begitu asyik dengan dunianya sendiri tanpa mau melirik ke kanan atau ke kiri, begitu merasa pintarnya tanpa harus mendengarkan dari ngana dan nganu, begitu merasa hebatnya hingga tidak peduli akan fakta-fakta yang diberikan. Asyik dalam tempurungnya sendiri.

Contoh yah, saya kasih contoh yang terjadi di kehidupan saya sendiri ngga perlu lah ambil contoh yang hampir semua media menuliskannya, entah media terpercaya, entah media diperdaya. Kejauhan, ketinggian, level pemikiran saya masih jauh dibawah lah.

Sekilas info, saya suka menonton acara Net TV karena program acaranya menarik, tidak biasa, lain dari yang lain, selalu baru, dan seru! Salah satunya adalah Ok Jek, sitkom komedi dikemas dengan bahasa dan konflik sehari-hari. Setelah Kesempurnaan Cinta tamat, lahirlah sitkom baru tentang di balik layar pembuatan sinetron judulnya Drama Queen. Drama Queen inilah menjadi drama tersendiri bagi saya soal kura-kura tempurung.

Begini ceritanya ...

"Itu cewek yang main di Ok Jek yah?" tanya saya sambil menunjuk layar tv yang menampilkan pemeran Ceu Mar Drama Queen.

"Iya!" jawabnya tegas dan percaya diri.

"Ah, masa? Tapi asa beda yah?" tanya saya agak ragu, sambil mengetikkan sesuatu di hp.
(Saya cek instagramnya Net Tv, mencari tentang pemeran Ceu Mar Drama Queen dan pemeran Selly di Ok Jek)

"Sama ah, kamu tuh suka begitu! Itu kan Lia Waode." jawabnya lebih menyakinkan lagi.

"Siapa? Lia Waode?" tanya saya untuk memastikan memang benar adanya bahwa yang memerankan Ceu Mar adalah Lia Waode.

"LIA WAODE!" ujarnya dengan lantang.

"Lia Waode itu yang ini!" jari saya menunjuk ke layar yang masih menyiarkan Drama Queen, "kalau yang di Ok Jek itu Chika Waode."

"Ya itu sama saja, satu orang. Waode, mau Lia kek mau Chika Kek, sama aja kan dulu suka main lenong bocah. Masa ngga tahu?" hardiknya

"Bukan ih, itu mereka kakak adik. Sama-sama main di lenong bocah! Beda orang tahu" protes saya.
(Sengaja saya mencari foto mereka berdua lalu disandingkan sebagai pembuktian).



Sumber dari Google


"Nih lihat nih, beda kan?" saya tunjukkan foto ini kepadanya, "Chika itu kakaknya, ada gingsulnya. Lia adiknya, ngga ada gingsul." ujar saya.

"Ah, itu beda angle foto doang. Mereka adalah orang yang sama Lia Waode." ucapnya tetap pada pendiriannya bahwa ini adalah orang yang sama.


" ... " (Saya diam tidak menimpali sebab sedang mencari akun Ig nya Lia Waode dan Chika Waode)

"Udah kalah mah udah aja atuh, yuk sini nonton lagi!" rayunya.

"Bentar! Bentar, nih lihat ...."

Saya perlihatkan akun Ig mereka berdua sambil menjelaskan bahwa Lia suaminya orang Bule anaknya perempuan tuh suka posting berdua mereka. Ignya Lia penuh dengan foto anaknya sama syuting Drama Queen. Sedangkan Chika nikahnya sama orang Indonesia dan anaknya laki-laki, Ignya juga penuh sama postingan para pemain Ok Jek. So?


"Ah, bisa saja itu dia bikin double akun!"

Grgrgrgr!



*



Ini baru contoh sebuah kasus (kecil) persoalan bahwa Lia Waode dan Chika Waode adalah orang yang berbeda. Perlu fakta untuk membuktikannya.
Mengutip sebuah dialog dalam Film Could Atlas, 
"Truth is singular. Its 'versions' are mistruth".
Fakta kebenaran itu satu, jika ada banyak versinya maka itu bukan lagi kebenaran.
Bayangkan sebuah kasus besar yang menyangkut banyak hidup orang. 
Ketika fakta yang disuguhkan begitu jelas dan benar tapi banyak yang masih menutup indra mereka.
Akhir kata saya cuma mau bilang,
Hey, keluar dari tempurungmu kura-kura!

10 November 2016

Petualangan Sepatu di Bukittinggi


Setelah kemarin si abu berpetualangan ke  Kota Medan, Sumatera Utara, kini si abu ditemani si hitam singgah ke Bukittinggi, Padang, Sumatera Barat.

Si abu dan gembolannya

Si abu mendarat Bandara Minangkabau

Si abu baru pertama kali nih menginjakkan solnya di Sumatera Barat, tapi petualangannya bukan di Kota Padang melainkan Kota Bukittinggi, dari Bandara Minangkabau sekitar dua jam.

Sekilas info mengenai Kota Bukittinggi yang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat bahwa kota ini pernah menjadi Ibu Kota Indonesia pada masa Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock, Parijs van Sumatera. Whua ... saingan sama Bandung yah sebagai ikon Paris van Java hingga sekarang.

Secara geografi, luasnya 145.29 km2 namun secara de facto hanya seluas 25.24 km2 sebab masyarakat Kabupaten Agam menolak perluasan wilayah. 
Kota Bukittinggi mengingatkan si abu pada Bandung dengan terletak pada rangkaian bukit barisan yang membujur sepanjang Sumatera dan dikelilingi oleh dua gunung, Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Udaranya juga sejuk, dingin karena berada di ketinggian 909-941 meter.
Sebab jarak dari Kota Padang ke Bukittingi sekitar 95 km, si abu mulai kelaparan. Dalam perjalanan ada Sate terkenal yang harus dicicipi. Ha ha ha, sambil wisata kulinerlah!


Sate Mak Syukur

Maaf yah sakin kelaparannya lupa foto sate padang yang enaknya fantastis banget!

Menjelang Malam menuju Bukittinggi

Sampai hotel sudah malam, tidak ada kegiatan yang dapat si abu lakukan selain beristirahat menyimpan tenaga untuk besok. :D

*

Sarapan Pagi, Campago Hotel

Udara dingin sejuk dengan pemandangan pepohonan dan bukit-bukit menjadi menu utama sarapan si hitam. Lah ke mana si abu? Si abu biar istirahat dulu, biar si hitam saja yang melanjutkan petualangannya. :)

Si hitam ready!!

Campago Hotel

Nikita Palace Hotel

Grand Rocky Hotel

Novotel Hotel

Pusako Hotel

Royal Denai Hotel

Keliling hotel di Bukittinggi sungguh melelahkan sekaligus menyenangkan, bangunan hotel mulai dari bintang tiga sampai bintang lima desainnya tidak pernah lepas dari sisi khas minang. Orisinalitas budaya tetap kuat dan terus dipertahankan. Oh iya, jangan harap kalian akan menemukan Indomaret, Alfamart, Seven Eleven, CK, Lawson, dan lainnya sebab Pemerintah Daerah Sumatera Barat melarangnya. Tapi jangan takut sebab tetap ada mini market yang akan menyediakan kebutuhan sehari-hari kok. Actually, this is a very good regulation. Usaha kecil dan menengah jadi bisa berkembang. 

Mau makan di restoran Padang
Bukan berarti harus ke Padang

Masih ingat petikan lagu di atas?
Lagu yang pernah dinyanyikan oleh Enno Lerian ini terkenal pada masanya. Kalau kalian tahu lagunya berarti seangkatan sama si abu dan si hitam. Tahun 90-an memang banyak lagu-lagu hits termasuk produksi lagu anak-anak. Nah, karena si hitam ada di Padang sudah kewajiban untuk merasakan the real nasi padang! Mari ...

Simpang Raya Bukittinggi

Nasi Simpang Raya

Jembatan Limpapeh

Si hitam kembali berkeliling menyelesaikan tugasnya dan melewati Jembatan Limpapeh yang merupakan jembatan gantung melintas di atas Jalan Ahmad Yani, menghubungkan kawasan Benteng Fort de Kock dan Taman Margasatwa, Budaya Kinantan. Dibangun dengan kawat baja, pelat alumunium yang panjangnya sampai 90 meter dengan lebar 3.8 meter. 

Jam Gadang

Fun Fact! Ikon terkenal dan terletak di Pusat Kota Bukittinggi ini terbuat dari campuran kapur, putih telur dan pasir putih! Wow, berapa lusin telur yah itu bisa bikin bangunan menara setinggi 26 meter. Menara Jam Gadang luasnya 13 x 4 meter dan terdiri dari beberapa tingat, ada 4 jam yang diameternya 80 cm. Jam ini didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda. Jam Gadang ini selesai dibangun tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris yang menjabat di Bukittinggi pada waktu itu. Konon, mekanisme menara jam itu hanya ada dua di dunia, Jam Gadang Bukittingi dan Bigben di London. Wih, keren dan patut dibanggakan! Tak heran Menara Jam Gadang ini memang dijadikan sebagai atraksi wisata di Bukittinggi.

Si hitam di Jam Gadang

Menjelang sore memang alun-alun Bukittingi dipadati oleh pengunjung, baik pengunjung lokal maupun pengunjung nusantara seperti si hitam. Sebelum kembali ke hotel yang jaraknya agak jauh dari kota si hitam mampir dulu ke tempat ngopi yang katanya memang terkenal di kalangan anak muda. Wah! Harus banget ini ke sini. 

Bukittinggi Coffee & Tea
Iced Cappuccino Bukittinggi Coffee & Tea

Sayang yah, penampilannya memakai cup plastik padahal si hitam minumnya di tempat bukan take away.



Pemandangan di jalan menuju Kota Padang

PDIKM Bukittinggi

PDIKM singkatan dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau adalah salah satu museum di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Museum ini didirikan di atas tanah seluas 2 Ha dengan arsitektur bentuk Rumah Gadang dan diresmikan pada tanggal 17 Desember 1990, berisi berbagai macam informasi dan koleksi mengenai kebudayaan Minangkabau baik berupa dokumentasi audio maupun visual. Untuk yang berminat dengan sejarah kebudayaan minang ada guidenya yang akan menjelaskan dan memberi arahan spot foto keren. He he he.



Aliran sungai di sepanjang jalan

Atraksi Wisata Alam murah meriah juga dapat dinikmati di Lembah Anai Air Mancur, tiket masuknya cuma Rp 3.000. Tiga Ribu Rupiah saja! Yaah ... jangan terlalu high exceptation soal fasilitas yah namanya juga wisata pinggir jalan murah. But, the view is lovely! Enjoy it!

Pintu Masuk Lembah Anai Air Mancur

Tiket Masuk Lembah Anai Air Mancur

Si hitam di Lembah Anai Air Mancur

Air Mancur Lembah Anai

View Gunung Singgalang

Secangkir kopi di teras hotel

Sudah kewajiban bagi si hitam untuk bertamu ke empunya yaitu Dinas Pariwisata Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Berikut adalah foto kenang-kenangan si hitam bersama mereka. 
Ada juga beberapa foto pemandangan dan tempat ngopi asyik di lembah yang terlalu indah untuk tidak diunggah. Tak lupa pula menyantap durian dan teh yang dibuat dari daun kopi. Selamat menikmati :))


Foto bersama di Dinas Pariwisata Kota Padang


Festival Sate dan Soto 

Atraksi Wisata Taman Muaro Lasak


Icip-icip Durian 

Foto Bersama Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi



Rumah Pohon, tempat ngopi baru di Bukittinggi

Pemandangan dari Rumah Pohon

Santai Sore Si Hitam

Pemandangan Sepanjang Jalan Bukittinggi

Tugas si hitam sudah selesai, saatnya kembali pulang. Eits, tetapi ada satu tempat yang harus dikunjungi di daerah Payakumbuh. Apakah itu? Ini dia ....

Si hitam di Kelok 9


Kelok 9 Payakumbuh

Kelok 9 yang ada di Kota Payakumbuh ini adalah ruas jalan berkelok yang menjadi penghubung Provinsi Sumatera dengan Provinsi Riau. Jalan ini diapit oleh dua perbukitan cagar alam, cagar alam air putih dan cagar alam harau. Kelok 9 juga merupakan bagian dari atraksi wisata makanya si hitam menempuh perjalanan sekitar 90 menit untuk menyaksikan keindahan pemandangan alam dari atas kelok 9.



Gerbang Selamat Jalan

Cukup seru juga jalan-jalan ke Payakumbuh, melihat kelok 9. Tetapi, tiket pesawat sudah ditangan. Waktunya kembali pulang, ke Bandung. Gerbang selamat jalan sudah di depan mata, si abu dan si hitam bersiap cek in di Bandara. Sampai berjumpa lagi yah kalau ada kesempatan.

Monyet di tepi jalan

Padang Menyambut Tour de Singkarak

Pemandangan Sepanjang Jalan Menuju Bandara

Bandara Minangkabau

Si Abu dan Si Hitam Kembali Pulang

Terima kasih sudah mampir dalam petualangan sepatu di Bukittinggi, sampai bertemu petualangan sepatu di kota lainnya. 


***



17 October 2016

Petualangan Sepatu di Kota Medan


Petualangan Sepatu is back!!!

Dan kemana kah Converse Abu ini akan berpetualang?

Si Abu Siap Berangkat!

Kali ini converse abu ada di Kota Medan!

Sekilas mengenai Kota Medan yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara ini, memiliki luas 26.510 hektar. Wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan wilayah lainnya dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2016, tercatat ada 2.210.624 jiwa, Ada beberapa fakta menarik mengenai Kota Medan, terdiri dari sembilan etnis dan etnis yang paling besar persentasenya (masih menurut BPS Kota Medan) adalah Etnis Jawa 33%, Etnis Batak 20%, Tionghoa 10%, Mandailing 9%, Minangkabau 8%, Melayu 6%, Karo 4%, Aceh 2%, Sunda 3%, dan lainnya 5%. Jangan tanya termasuk kategori lainnya itu etnis apa yah? Si abu pun bingung! :)

Petualang dimulai di sini!

Bandar Udara Internasional Kuala Namu

Si abu mendarat di Medan! Tapi rasanya ada yang aneh! Jangan-jangan salah Kota?!?!
Waktu tahun 2009 datang ke Medan bentuk dan penampakan Bandaranya lain sekali dengan Bandara yang sekarang. Dulu, namanya Bandara Polonia. Usut punya usut ternyata Bandara Polonia yang berada di Jantung Kota Medan, yang sudah beroperasi 85 tahun dipindahkan ke Kabupaten Deli Serdang dan sudah diresmikan tahun 2013 menjadi Bandara Kuala Namu. 

Perlu kalian tahu (atau sudah tahu?), nama Polonia berasal dari nama negara pembangunnya, yaitu dari Negara Polandia. Pemindahan Bandar Udara ini sebetulnya sudah direncanakan dari tahun 1997. What? Lama bener yah baru diresmikannya enam belas tahun kemudian. Memangnya pindahan kostan bisa sehari? He he he. Yang pasti ada banyak faktor lah mengapa akhirnya Kuala Namu baru bisa diresmikan dan digunakan pada tahun 2013. Ternyata eh ternyata Bandar Udara Polonia ini menyebabkan perkembangan Kota Medan agak sedikit terhambat sebab tidak bisa membangun gedung tingkat tinggi yang tentu saja akan berpengaruh terhadap pesawat yang akan mendarat. Well, apa pun itu Kota Medan punya wajah Bandar Udara yang lebih canggih, keren, rapi, bersih, dan berkualitas. Lanjut yuk ah malah bahas tentang bandara. :D

Stasiun Medan

Sekali lagi deh mengenai bandara, terakhir yah ... sebab letaknya yang jauh sekitar 35 km dari pusat Kota Medan maka dibangunlah jalan tol dan kereta yang menghubungkan stasuin Medan dengan Bandara Kuala Namu, Jadwal keberangkatan setiap jam dan jarak tempuh hanya 30 menit. 


Persiapan Berpetualang
Cendramata dari Saung Mang Udjo

Si abu pun sampai hotel dan langsung mempersiapkan keperluan untuk berpetualang. Oh iya, jika sebelumnya petualang sepatu bercerita tentang atraksi wisata alam, kali ini petualangan sepatu berbeda. Petualangannya ke hotel-hotel sebab sasarannya adalah wisata MICE (meeting, invention, conference, exhibition).

Madani, Medan
Garuda Plaza, Medan

Grang Anteres Medan

Swiss Bell In, Medan

Grand Angkasa, Medan

PHRI SUMUT

Ada 15 hotel yang dikunjungi oleh si abu, mulai dari hotel tua hingga hotel baru, dari yang bintangnya satu sampai bintangnya lima. Data hotel yang abu kunjungi selain diperoleh dari pencarian google juga dari PHRI (Persatuan Hotel Restoran Indonesia) Sumatera Utara yang kebetulan kantornya berada di Garuda Plaza. 

Sedikit cerita mengenai pengalaman si abu di beberapa hotel, sebagian hotel bintang lima menolak dengan halus khususnya hotel chain mengenai keperluan data yang dibutuhkan si abu. Justru hotel bintang 3 lah yang lebih friendly malah di antara mereka menawarkan agar si abu menginap di tempatnya dengan harga "pertemanan". he he he.

BPS SUMUT

Selain kunjungan ke hotel-hotel untuk memperkuat kebutuhan data yang diperlukan, si abu pun mendatangi Kantor Badan Pusat Statistik Provisi Sumate Utara. Sekarang semua data sudah terkomputerisasi, isi buku tamu, isi form, ketak-ketik, langsung keluar semua data yang dibutuhkan. :D


Petualangan si abu ini mengemban misi kepariwisataan jadi sudah sepantasnya lah mengunjungi tuan rumah Dinas Pariwisata Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara

Foto Bersama KaDisPar Kota Medan

Dinas Pariwisata Provinsi SUMUT
Foto Bersama KaDisPar Provinsi SUMUT

Suguhan Special Khas Medan, Kopi Sidikalang dan Bika Ambon

Lagi, lagi permasalahan yang si abu temui adalah data yang tidak lengkap dan update. Tapi setidaknya si abu bisa mencicipi hidangan khas Medan yaitu Kopi Sidikalang dan Bika Ambon. Unik yah Khas Medan tapi namanya Bika Ambon. Ada yang tahu mengapa namanya bika ambon??

Mumpung ada di sini, si abu pun mengajak meet up beberapa teman yang kebetulan domisili di Medan. Semesta pun mengiyakan karena mereka bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dan kebetulan teman si abu pun menjadi narasumber untuk menggenapkan data. Sekali mendayung pulau-pulau terlampaui. Hihihi.


Foto Bersama Bang Ucup, Praktisi EO

Sedikit penjelasan foto yang diambil so-soan candid alhasil pemilik si abu pun tertangkap kamera lagi merem. Hihihi. Bang Ucup ini lah yang membantu pemilik si abu menggelar event di Medan tahun 2009. Tujuh tahun kemudian baru diberi kesempatan bertemu lagi dan sudah pensiun di dunia per-eo-an. Hasil bincang-bincang dengan Bang Ucup menghasilkan koneksi komunitas EO yang memang spesialitynya dibidang MICE. 

Sedangkan foto dibawah bersama Bang Joey yang dulunya adalah Pendiri sekaligus Ketua Teater Topeng Maranatha. Kiprahnya pada dunia seni dan budaya dari dulu sampai sekarang tidak pernah padam. Mendirikan Aron Production dan masih aktif mengelar seni panggung dan narasumber dalam kajian Budaya Sumatera Utara khususnya Budaya Karo.

Terima kasih kepada Bang Ucup, Bang Joey, dan Bang Hendra (tidak ada fotonya) yang sudah banyak membantu si abu berpetualang.

Foto Bersama Bang Joey, Owner Aron Production

Saatnya keliling-keliling Kota Medan!
Daerah Kesawan, Medan memang dijadikan sebagai kawasan wisata budaya sebab bangunan dan ruko-ruko tuanya khas bangunan Belanda. Berkeliling di sini serasa lagi jalan-jalan di Belanda (padahal ke Belanda aja belum, hihihi). Menghadirkan suasana perkotaan wajah Medan yang berbeda. Yuk intip foto-fotonya.

Istana Maimun, Medan

Bangunan Tua, Kawasan Kesawan


Rumah Tjong A Fie


Tempat Ngopi, Kesawan

Restoran Tip Top


Tiba saatnya hunting oleh-oleh Khas Medan. Yeay!!!
Belum ke Medan rasanya kalau tidak mampir ke Durian Ucok sebab Medan memang terkenal dengan Kota Durian. 

Dan satu lagi yang tidak boleh ketinggalan adalah Bolu Meranti yang tiada duanya! 

Durian Ucok Medan

Bolu Meranti

Tidak terasa si abu sudah lima hari di sini, walaupun masih belum puas tetapi tiket pulang sudah di tangan, Ini adalah akhir dari perjalanan petualangan sepatu di Medan dan setiap akhir merupakan awal yang baru. Sampai bertemu di petualangan sepatu di kota berikutnya.


Saatnya pulang 

***