05 August 2013

Puasa Day#27 : Buka Bersama

Selain makanan khas, yang fenomenal dari Bulan Puasa menurut saya terletak pada acara Buka Bersama-nya. Entah buka bersama keluarga besar, keluarga pacar, teman kantor, relasi, teman TK sampai Kuliah, teman se-genks, teman se-club, teman di dunia maya, dan golongan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Iya kan? Coba lihat lagi jadwal kamu kemarin, hari ini, dan besok buka bersama siapa saja?

Momentum ini pun membuat beberapa rumah makan dan hotel giat mempromosikan paket buka bersama. Hanya dengan membayar sekian mendapatkan makanan ini-itu serta free tajil. Dan hampir semua rumah makan menyediakan free tajil.
Tak jarang pula beberapa perusahaan mengadakan acara resmi seperti seminar, gathering, fashion show, charity dan acara lainnya yang diakhiri dengan buka bersama.
Banyak juga perorangan yang mengelar acara buka bersama di panti asuhan, di jalanan, di Masjid, atau di tempat lainnya dengan tujuan beramal.
Buka bersama memang menjadi suatu ajang temu kangen; reuni, ajang mempererat tali persaudaraan serta bisnis, waktunya berbagi, atau sekedar ngumpul-ngumpul hore. Dengan dalih bosan makan masakan rumah dan butuh suasana baru. 

Saya termasuk orang yang sering datang ke acara buka bersama. Di mana ada makanan saya pasti hadir! He he he. Mereka tahu saya bukan seorang Muslim yang menjalankan ibadah puasa, menahan lapar dan haus seharian. Tetapi, mereka tetap mengundang saya untuk datang berpartisipasi. (engga ada gue engga seru soalnya :P). Intinya kan menikmati dalam kebersamaan.

Namun, seiring dengan seringnya saya ikut buka bersama timbullah pertanyaan. Sebelumnya saya minta maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, dan bukan bermaksud untuk sok tahu apalagi menghakimi. Mengapa saat acara buka bersama hanya segelintir orang yang katakanlah ingat untuk melaksanakan ibadah sholat magrib? Padahal hampir di setiap rumah makan disediakan mushola. Katanya kalau beribadah di bulan puasa akan berlipat-lipat kali pahalanya? Belum lagi absen tarawih? 

Karena inilah yang saya tangkap dalam beberapa acara buka bersama. Setelah ngebatalin dengan tajil, sebagian ada yang permisi ke mushola, sebagian langsung makan, sebagian malah memilih bakar rokok. Yah, mungkin pemahaman saya terbatas dan hanya melihat di permukaan menjadikan saya kurang mengerti yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu itu yang mana? Lagipula nampaknya setiap orang mempunyai alasannya tersendiri. Akhir kata, semoga saja kamu termasuk ke dalam segelintir orang itu yah? Iya.

***

Ayo, jangan menyerah! Tinggal dua hari lagi loh, semangat! (00)9.
*Masih menanti kiriman parcel dan baju lebaran* :D

Puasa Day#26 : Kampung Gajah

Kampung Gajah

Tiba-tiba Papa menyodorkan dua tiket masuk ke Kampung Gajah. Wow! Ada sisa engga kepake dari bosnya yang pada waktu itu jalan-jalan sekeluarga. Wow lagi! 
Tanggal expirednya 08 Agustus 2013. Ya ampun! Jadilah hari ini kami pergi ke sana, berdua.

Selamat datang di kampung gajah yang engga ada gajahnya satu pun. Percayalah! Ada sih banyak tapi engga bergerak, engga napas alias patung. :D
Letaknya jauh, jauh banget dari rumah saya. He he he. Daerah parompong sana, ke atas dikit lembang deh. Ini beneran namanya wisata keluarga. Ada lebih dari 20 wahana yang bisa dimainkan oleh Ayahnya, Ibunya, serta Anaknya. Selain wahana yang mbanyak itu ada juga ragam makanan, oleh-oleh, dan lainnya di sana. Ibu-ibu demen tuh pasti di sana. Anak-anak? Whua apalagi.

Tapi eh tapi karena kami termasuk golongan remaja dewasa dinamis begitu menginjakkan kaki ke sana agak celingukan. Bingung mau naik wahana apa yang mana???
Oh iya, tiket terusan masuk senilai Rp 200.000 ternyata hanya untuk beberapa wahana saja. Sisanya yah bayar lagi. (dasar otak marketing nih). Masalahnya adalah wahananya untuk anak-anak. Helokkk!!!

Seperti side car macam bom-bom car. (agak geje yah gue main ini ama si Oki). Horse riding? Duh, kasian kudanya. Mini ATV? Mininya beneran mini, cuma cukup setengah pantat. (..")
Ada waterboom tapi kami engga bawa baju renang.

Alhasil kami cuma menikmati empat wahana (yang harus bayar di luar tiket masuk), yaitu;
- Bebek Gowes (entah namanya apa tapi saya menyebutnya gitu), keliling kolam yang cuma seuprit. Caielah romantis banget lah pokoknya.
- Mobil Keliling (ini juga sebutan asal saya), keliling kampung gajah yang amat luas dari atas sampai bawah sampai ke atas lagi. Cape sungguh kalo jalan kaki.
- 4D movie, nonton penggalan film kurang dari sepuluh menit pake kacamata dimensi gitu. Berasa naik roller coaster beneran, pas keluar langsung oleng.
- Futuristic Train, jangan heboh dulu karena namanya. Soalnya ini kereta biasa yang muter-muter doang. Baru juga duduk, ngobrol baru prolog eh udah sampe lagi.

Ya udah gitu doang terus pulang deh. Eh, jangan cancel planning kalian ke sini yah gara-gara baca tulisan ini (ya pede dikit boleh lah). Siapa tahu kalian malah menemukan keseruan yang engga kami temukan. Mungkin, kami memang bukan marketnya kampung gajah. Lagipula kan judulnya juga wisata KELUARGA. :D

Geje di Futuristic Train yang engga futuristic sama sekali

***


Puasa Day#25 : Sahabat

Rasanya saya tidak perlu menjabarkan arti sahabat itu apa? Kalian dapat mendefinisikannya sendiri secara gamblang menurut persepsi dan atau pengalaman masing-masing mengenai sahabat, persahabatan. 
Punya banyak teman, teman dekat, belum tentu memiliki seorang sahabat. Kadang kamu menganggap seseorang adalah sahabatnya kamu sementara orang itu hanya menganggap kamu teman biasa, ada. Pun sebaliknya. 
Bagi saya pribadi, sahabat mempunyai peringkat paling tinggi dibandingkan teman dekat. Bukan bermaksud untuk mengotak-ngotakan pertemanan. Hanya saja ada kalanya sesuatu (apa pun itu) tidak bisa diungkapan kepada seorang teman dekat apalagi sebatas kenalan. 

Sebelumnya saya pernah menuliskan "Kisah Empat Sahabat" di sini. Sebuah tulisan tentang para sahabat dan saya sendiri dalam proses pencapaian resolusi 2012 lalu. Tak terasa persahabatan kami sudah delapan tahun. Namun, setiap kami berkumpul berempat (jarang banget kami dapat berkumpul utuh, empat-empatnya ada) selalu saja menemukan hal baru atau hal yang baru tahu kami ketahui.
Seperti Riri yang ternyata alergi terhadap seafood.
Seperti Nene yang ternyata perfeksionis dibalik sifat lugunya.
Seperti Icha yang selalu mempunyai paham pemikiran di luar kebanyakan orang.
Dan sepertinya mereka engga pernah sadar kalau saya alergi kacang.

Kebetulan Sabtu kemarin Riri datang ke Bandung dan kami bertiga sedang tidak ada acara lain. Momen yang jarang sekali ditemukan ini tidak akan kami sia-siakan.
Jujur, kami berempat adalah empat kepribadian yang berbeda dan saling mendominasi. Berbeda dalam cara pandang, pola pikir, pekerjaan, tipe cowok, jenis film-musik, makanan, segala hal pokoknya. Soal pemilihan makanan misalnya dapat memakan waktu lama dan saling gontok-gontokan untuk mencapai kata mufakat.

Riri : Lapar. Pecel lele enak kayanya.
Icha : Pengen yang berkuah.
Nene : Sushi aja!
Saya : Engga suka sushi!
Nene : Ada ramen, ada bento, ada yang berkuah juga. Hayu lah!
Riri : Pecel lele!
Saya : Ada cappuccinonya engga?
Riri : Kopi item?
Icha : Coklat?
Nene : Errrr! Kalian makan atuh! Ngopi aja sik!
Icha : Hayu atuh!
Riri : Yuk ah!
Saya : Ennngg, tapi tapi tapi
Nene : Udah hayu ikh!!!

Jadilah kami ke apa tuh namanya kalau engga salah Tako Ichi setelah berdebat setengah jam. Nene pesan sushi. Icha pesan misu tohu, Riri dan saya pesan ramen setelah memandangi menu beberapa menit lamanya. Eh, maaf ada satu orang engga kesebut; Reni, Adiknya Riri yang memesan sushi juga. Duh! Heran pada doyan makanan mentah. (..")

Pesanan kami :D

Menyenangkan bersahabat dengan mereka (ya kalo lagi pada happy) sekaligus mengerikan sebab kalau kalah suara bakal jadi pihak yang dibully. Ternyata ada begitu banyak perbedaan yang signifikan di antara kami tapi justru itu yang membuat kami bisa dekat dari dulu hingga sekarang. Kalau kata Icha, kita adalah potongan-potongan puzzle yang berbeda sehingga jika disatukan akan membentuk satu kotak utuh. Intinya adalah penerimaan sebagaimana baik-buruknya karakter sahabat kita. Dengan catatan, jangan pernah sungkan untuk menegur jika buruknya sudah kelewatan. Gituh! :D

Eva, Nene, Icha, Riri :D

Nah, kalau kamu apa pengalamanmu dengan para sahabat?

***

02 August 2013

Puasa Day#24 : Parcel

Tadi pagi kebangun gara-gara Miki ngeggonggong tanpa henti, ada tamu! Siapa sih bertamu kok pagi-pagi sambil lirik jam yang menunjukkan pukul 09.00 WIB. Iya, dalam kamus si gue ini masih pagi banget nget. Ternyata kurir yang mengirimkan paket parcel dari Bapak Anu buat Si Papa. Maaf yah Pak Kurir saya menyambut Anda dengan senyum simpul tipis pagi tadi. Bukan kesel karna merasa dibangunin ya well dikit sik tapi belum sikat gigi. :D

Seperti tahun-tahun sebelumnya setiap Lebaran Papa memang sering dikirimin parcel oleh para relasinya. Giliran Natal malah engga ada satu pun yang ngirim. Sama halnya dengan kartu ucapan, banyak yang ngirim kartu ucapan "Selamat Lebaran" daripada "Selamat Natal". 

Dulu, yang ngirim parcel beneran bentuknya parcel. Isinya terlihat karena dibungkus plastik bening lalu dikasih pita-pita cantik. Dan isinya kebanyakan makanan ringan serta minuman sirup dan atau bersoda. Khong Guan itu pasti engga pernah absen! 
Sekarang, tampilan parcel hanya sebongkah kardus yang isinya rata-rata sembako. Minyak goreng, gula, kecap, bahkan ada juga bumbu dapur lalu makanan ringan. Good Times pasti selalu hadir!

Ini parcel dusnya,

Parcel Lebaran

Oh, bukan! Saya bukan mengeluhkan perkara isinya namun telah terjadi pergeseran apa yah namanya, sebut saja tampilannya. Parcel itu kan identiknya suatu barang yang dibungkus rapi dan dihias cantik. Lah kalo kardus tok apanya yang mau dihias? (ini sih menurut gue aja). :)
Lagian kayanya Mama juga lebih senang dikasih parcel dus isi sembako, mengurangi jatah belanja bulanan. :D

Barusan abis bantu Mama dan Papa bungkusin kue kaleng sama sirup buat para anak buahnya Papa yang dinilai berdedikasi tinggi. Dari 40 anak buah yang dikasih bingkisan (isinya cuma dikresekin jadi agak kurang pas kalo disebut parcel) cuma sepuluh orang. Si Papa memang terkenal galak-sangar-menyeramkan di pabrik. Tapi, kalo si anak buahnya rajin-cekatan-gesit-inisiatif tinggi yah hasilnya gini. Tiap Lebaran dapat bingkisan walaupun ala kadarnya plus uang THR-nya dilebihin. Sayang, peranan saya sebagai buah hati bukan anak buah, engga kebagian deh. #eh #ups #lah.

Parcel memang jadi salah satu bentuk cara sebagian orang berterima kasih, atau sekedar membina hubungan baik khususnya dalam pekerjaan.

Sudahkah kamu menerima parcel hari ini? 
Sudahkah kamu mengirim parcel untuk seseorang?

Hah? Apa?
Oh, perlu alamat saya? Boleh nanti saya kirimin alamatnya yah. Ah, engga usah repot-repot loh padahal. :)))

***

01 August 2013

Puasa Day#23 : Iga Bakar

Pepatah yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu ternyata (sebagian besar) benar adanya. Ho ho ho, tidak! Saya tidak menceritakannya antara Mama dan saya tapi ini tentang Embah dan Mama. Nah!

Mama tuh yah kalo minta anter mau beli satu barang, ujung-ujungnya malah belanja banyak barang. Dalihnya mumpung lagi ada di tempat belanja. Setelah selesai belanja pasti nanti mampir dulu ke sini mampir dulu ke situ. Lagi, dalihnya mumpung sekalian pergi. 

Seperti siang tadi saat saya akan mengantar Embah ke optik untuk periksa mata.
Sebelumnya di rumah, Mama bilang, "Jangan mampir-mampir dulu. Abis periksa langsung pulang. Bilang sama Embah mobilnya mau dipake gitu sore." (ini beliau ngomong ama Emaknya loh padahal).
Spontan saya balas, "Ah, Mama juga kalo pergi suka mampir-mampir dulu." Sebelum beliau berkomentar lebih lanjut saya langsung pamit pergi.

Di dalam mobil,
"Hari ini engga kerja?" tanya Embah. 
Ya enggalah kalo kerja gimana caranya bisa anterin Embah (dalam hati).
"Engga, Mbah."
"Abis periksa mata nanti anterin ke Apotik yah mau periksa kolesterol."
"Iyaaaa" (nah kan!)

Periksa mata selesai. Periksa kolesterol selesai.
"Di rumah Embah engga punya buah-buahan. Nanti mampir dulu beli apel yah."
Errrr "Iya, Mbah".

"Mama masak apa di rumah?" tanyanya setelah beli apel.
"Ayam goreng kayanya sih. Tadi pergi belum masak soalnya." jawab saya sekenanya.
'Embah sakit lututnya malas masak. Beli makanan jadi aja. Anterin ke situ tuh dekat anu di gang ini."
Euunnggg "Iya, Mbah."

Selagi menunggu Embah memilih makanan jadi, Mama sms,
"Dimana? Kok lama periksa matanya?"
"Lagi anter beli makanan. Si Embah malas masak."
"Mama juga malas masak. Makan di luar aja. Cepet pulang!"

Akhirnya, sampai juga di rumah. Mandi dan bersiap-siap pergi sambil nunggu Papa datang.
"Mau makan apa?" tanya Papa.
"Terserahlah." jawab Oki dan Saya.
"Lagi pengin makan Iga Bakar Mama mah."
"Ajak Ibu sekalian?" Papa nawarin.

Pergilah kami berlima; Embah, Papa, Mama, Oki, dan Saya ke sebuah rumah makan yang jual Iga Bakar. Ada yang tetiba ngidam soalnya.

Ini dia fotonya. Porsi besar dan yummy banget!

Iga Bakar Coto Makasar
Kenyang bego langsung! Kami semua kekenyangan. Beres makan Embah dan Mama langsung makan obat kolesterol. Ya buah memang engga pernah jatuh jauh-jauh dari pohonnya yah. Takut kesasar kali yah.

***

Puasa Day#22 : Tutut

Tutut Dekat Rumah Epi

Tutut? Pada nanya gitu kan? Iya, beneran ini teh tutut. Keong atuh lah kalo pada engga tau mah (sundanya keluar). Keong kecil atau keluarganya siput atau sekelas bekicot ini banyak ditemukan di area persawahan. Warnanya hijau kehitaman. Paling enak dibumbu kuning. Makannya harus disedot kuat-kuat, kalo sedotan kamu engga cukup kuat minta bantuan garpu, tusuk gigi, peniti, nyuruh pacar atau teman (buat yang jomblo) buat mencongkelnya. Srrooootttttt! :D

Dulu, Mama kalo masak tutut prosesnya lama banget. Direndam berhari-hari dan diganti airnya setiap hari supaya bersih. Binatang ini kadar lendirnya di atas rata-rata, lebay banget deh pokoknya. Setelah itu dipotong buntutnya agar bagian dalam yaitu dagingnya matang saat direbus. Direbus setengah matang lalu disatukan dengan bumbu kuning sampai teng mateng, siap disajikan. Iya, itu dulu! Proses masak yang engga sebanding dengan proses makannya bikin si Mama makan ati. Loh bukannya tadi makan tutut yah? #lah.

Sekarang, tutut banyak dijual di pinggir jalan. Si Mama jadi malas masak padahal kan belum tentu higienis. Kangen juga makan tutut! Kebetulan banget pas tadi sore main ke rumah Evi di dekat rumahnya ada yang jualan. Jadilah kami beli buat menu buka. Kangen terobati!

Ada sensasi tersendiri saat kamu berjuang mendapatkan daging yang nyelip di dalam cangkang. Bibir jadi monyong-monyong seksi aduhai gimana gituh. Belum lagi kuahnya menetes-netes di mulut. Slrrupp.
Apalagi makannya sambil bergosip. Beuh! Makin semangat makin napsu udah.

Note,
Disarankan jangan makan tutut sama gebetan. :D

***