24 February 2011

OUTBOUND KALI INI ...





OUTBOUND kali ini …

Outbound kali ini memang terasa berbeda. Mengapa berbeda? Kita ungkap satu persatu …

Senin, tiga hari menjelang outbound.


Dipagi yang cerah itu kami semua terkaget – kaget karena ada selembaran foto copyan yang beredar dikantor. Isinya hanya pemberitahuan bahwa akan ada acara outbound yang diselenggarakan disuatu tempat pada tanggal dan hari serta jam yang sudah ditentukan. Berikut ada tiga kolom kelompok lengkap dengan ketua kelompok dan nama – nama personilnya.

Semua yang menerima kertas itu wajib untuk ikut dan mengikuti peraturan yang ada titik. Tidak ada informasi lain titik.

Selasa, dua hari menjelang outbound.

Beberapa sudah menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari persiapan ketua kelompok mengkoordinasikan personilnya. Mulai dari personil menyiapkan keperluan – keperluannya. Mulai dari Tanya sana Tanya sini. Mulai dari cari – cari alasan untuk tidak ikut outbound. Segala sesuatunya memang sudah dipersiapkan, bagi beberapa orang. Sayangnya, saya bukan termasuk kedalam beberapa orang itu.

Rabu, satu hari menjelang outbound.

Semua anak – anak kantor dikumpulkan dalam ruangan meeting yang entah mengapa selalu terasa angker di dalam sana. Kami diskusi bersama tentang persiapan untuk besok yang diakhiri dengan persidangan. Bagaimana tidak? Karena satu persatu ditanya kesediaannya untuk dapat ikut atau tidak, serta jelaskan jika memang tidak bisa ikut. Alasan yang paling masuk akal akan diberikan toleransi tingkat tinggi.

Kebetulan, saya termasuk orang yang beralasan tidak bisa ikut. Bukan! Bukan karena alasan pribadi! Tapi ini menyangkut urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Keputusannya adalah saya diperbolehkan untuk tidak ikut outbound.

Hasilnya adalah saya sengaja menunda pekerjaan saya untuk besok, karena sekali lagi saya berpikir bahwa besok saya tidak akan ikut outbound.

Ternyata, saat waktu menunjukkan hampir tengah malam (baca: 22.00 wib) atasan saya (baca: Jured) menelepon dan memberitahukan perihal perubahan rencana. Saya tetap ikut besok dan semua pekerjaan saya dialihkan kepada atasan dari atasan saya (baca: Ste) …

Kamis, Saatnya Outbound.

Jam 01.00 masih sibuk di depan layar Komputer.
Jam 02.00 posisi di atas kasur dengan mata yang tak bisa terpejam
Jam 03.00 posisi masih sama dengan kondisi merem melek
Jam 04.00 saya terbangun karena alarm
Jam 05.00 saya mulai meluncur
Jam 05.16 saya sudah ada dalam barisan kelompok satu bersama kelompok – kelompok yang lain
Jam 05.30 semua alat komunikasi, dompet, makanan dan minuman dikumpulkan ke pengawas masing – masing kelompok. Dilanjutkan dengan pembagian checklist barang yang harus dibawa
Jam 06.00 kami semua sarapan bersama
Jam 06.30 kami berpencar sesuai dengan kelompok masing – masing dan belanja keperluan yang ada di checklist itu
Jam 08.10 kami berangkat menuju lokasi yang sudah ditentukan (baca: Kampung Gajah)
Jam 08.45 kami sudah berada di lokasi yang ditentukan
Jam 09.20 kami, khususnya kelompok satu memulai perjalanan ke garis finish (baca: Villa Istana Bunga) dengan berjalan kaki Karena kelompok kami yang paling terakhir sampai ke lokasi
Jam 11.00 kami akhirnya sampai di garis finish dengan muka terbakar matahari, dilanjutkan dengan memasang tenda yang tiada selesai, dan memasak makan siang yang tak kunjung matang juga.
Jam 12.00 kami makan siang bersama
Jam 13.00 kami ‘bermain’ treasure hunt. Yang berbeda adalah bukan harta karun yang kami cari, tetapi kertas yang bertuliskan IDR 2.000 diseluruh penjuru Villa Istana Bunga
Jam 16.00 kami semua tiba dilokasi. Yang berbeda adalah, jika tadi yang terbakar hanya kelompok satu, sekarang semua orang mukanya terbakar. Setelah evaluasi singkat, ‘permainan’ dilanjutkan dengan membuat proposal penjualan.
Jam 17.00 sidang kelompok satu (detailnya terpisah)
Jam 20.00 semua kelompok presentasi proposal penjualannya
Jam 21.00 saatnya untuk unjuk bakat masing – masing kelompok dengan yel – yel dan kabaret

Setelah selesai acara lomba unjuk bakat itu, kami kelompok satu, khususnya saya merasa amat sangat terpuruk. Bagaimana tidak, sejak awal kelompok kami sudah drop fisiknya karena harus berjalan dari lokasi menuju garis finish dengan medan yang semakin menanjak. Selain fisik yang drop, kondisi mental kami juga down melihat kelompok lain yang menggunakan kendaraan ke garish finish.

Saat di sidang, kelompok kami di evaluasi apa yang menjadi sumber dari kekalahan kami. Nilai kelompok kami paling rendah dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Alhasilnya, kelompok kami tidur di dalam tenda dengan alas sleeping bed sedangkan kelompok lain tidur beralaskan kasur. Sebagian, malah menikmati fasilitas lebih di lantai dua.

Ini hanyalah sebuah ‘permainan’, bukan! Tetapi justru karena ini ‘permainan’ saya tidak mau kalah dalam permaianan ini!
Semangat untuk maju dan mengalahkan yang lain sangat membara tetapi melihat kondisi teman sekelompok yang sudah kelelahan untuk terus maju membuat bara itu padam juga.
Jadi, kami akhiri malam itu dengan briefing ringan, berdoa, dan tidur.

Jumat, saat Outbound masih berlangsung.

Pagi – pagi buta suara gemerisik dan gemuruh mulai terdengar. Orang – orang berebut untuk mandi dan siap tepat waktu! Jam 05.00 teng Wib.
‘permainan’ kali ini lebih serius dan lebih menantang! Saat inilah dimana kami menjalankan proposal penjualan yang sudah diajukan kemarin.
Mencari pasar tradisional di daerah yang asing untuk membeli bahan baku penjualan, bukanlah hal yang mudah dan cepat. Proses ini memakan waktu dan tenaga.

Bahan baku sudah diproses tiba saatnya mengolah menjadi bahan jadi. Untuk mengolahnya pun kami memerlukan tempat. Lagi – lagi ini bukanlah hal yang mudah.
Setelah melewati proses itu semua, minuman ice cute lemon tea pun siap dipasarkan.
Sayangnya, saya hanya mampu menjual 4 gelas karena saya harus mengerjakan pekerjaan lain.

Saya yakin pada kelompok saya yang dipimpin oleh Rangga dapat menjual ice cute lemon tea, setidaknya modal yang kami keluarkan dapat tertutupi.

Malam menjelang, saya dapat kabar bahwa keyakinan saya terbukti. Kelompok kami mendapat profit paling banyak dengan kelompok lainnya. Sebagai reward dari perjuangan kami, kami pun mendapat compliment makan malam gratis di The Peak.
Malam ini kelompok kami makan enak, dan tidur enak. Tidak ada lagi sleeping bed yang ada hanya kasur spring bed dan selimut tebal.

Sabtu, hari terakhir Outbound.

Pada hari terakhir outbound ini, kami merasa lebih dekat satu sama lain. Bukan! Bukan hanya dalam satu kelompok tetapi dengan kelompok lainnya. Kami berbagi minum, makan, rokok, canda tawa, dan cerita. Sedikit banyaknya satu persatu mulai membuka diri dan memperlihatkan karakter aslinya.

Hari ini kami habiskan ‘bermain’ bersama.

Tidak ada lagi kelompok satu, dua, atau tiga. Yang tersisa hanya kelompok creasion. Diantara peluh dan keluh terselipkan gelak canda tawa.
Diantara kekalahan dan kemenangan terselipkan kerendahan hati.
Diantara satu, dua, dan tiga terselipkan yoy yoy, ucukowow, dan …

Memang Outbound kali ini berbeda…

3v@_Cute
23 feb 11
22.44