30 January 2015

Selalu Setia

Dearest kalian,

Hari pertama menulis surat cinta ini aku tujukan khusus untuk kalian berdua. Entah sejak kapan aku begitu amat sangat menyukai sekaligus bergantung pada kalian. Kalian memang tak terpisahkan dan aku pun tak ingin memisahkan kalian.

Berada bersama kalian merupakan kebahagiaanku, bahagiaku kan sederhana! Dan kalian tahu pasti hal itu! Kita kan memang soulmate!

Melalui surat ini, aku mengucapkan terima kasih kepada kalian yang senantiasa selalu setia menemani di saat kondisi emosiku labil maupun stabil. Banyak orang mengaku mengerti tapi mereka tak cukup pengertian akan kebutuhanku pada kalian. Dalam kondisi apa pun kalian selalu hadir! Aku tak butuh kata-kata penghiburan atau pelukan hangat di kala emosi drop. Yang kubutuhkan adalah kehadiran. Diam namun ada. Ya itulah kalian!

Masih ingat kan saat aku harus tetap terjaga berhari-hari mengerjakan skripsi? Kalian ada di sana tanpa harus mengucapkan kata-kata penyemangat. Saat aku harus lembur kerja, kalian juga ada tanpa mengeluh dan merasa harus prihatin semata. Ketika aku berada bersama para sabahat bertukar kisah, kalian pun hadir tanpa cemburu. Waktu presentasiku berhasil memikat klien, kalian pun menjadi saksinya tanpa perlu mengucap kata pujian atau merasa bangga. Bahkan ketika asam lambung dan batuk menghadang, kalian tetap ada tanpa meminta perhatian! Kalian memang selalu setia. Belum pernah aku menemukan kesetiaan yang tanpa pamrih seperti kalian.

Sekali lagi, terima kasih yah kalian, gelas kopi dan bungkus rokok!

Tertanda

Aku yang masih butuh kalian.



Gelas Kopi & Sebungkus Rokok

Menikmati Sore di Tebing Keraton

Kota Bandung merupakan salah satu destinasi yang paling diminati, khususnya yang berasal dari Kota Jakarta. Menurut data dari Jasamarga, jumlah kendaraan yang masuk ke Bandung dari pintu tol pasteur menjelang weekend rata-rata mencapai 20.000 kendaraan. Bayangkan!!!

Daya tarik Kota Bandung bagi wisatawan memang terletak di wisata belanja dan kulinernya. Sedangkan wisata alam dan wisata pantai justru letaknya sebagian besar di Kabupaten Bandung. Salah satunya yah Petualangan si Kuning Mengejar Sunset Pantai Jayanti beberapa waktu yang lalu.

Sebagai warga Bandung (asli), menjelang weekend dengan padatnya kendaraan dari luar kota membawa dampak jadi betah di rumah. Malas menghadapi macetnya di jalanan. Dampak dilematis, soalnya malas juga di rumah. 

Nah! Ada alternatif lain untuk keluar rumah tanpa bermacet-macetan, sekaligus dapat menikmati pemandangan perbukitan Bandung. Ada sih sedikit macet ... dikit aja kok. :D

Petualangan sepatu kali ini giliran si silver. Langsung intip petualangan si silver, yuk!


Makan Nasi Merah Sangkan Hurip, Punclut

Sebelum memulai perjalanan, si silver mampir dulu untuk makan siang di Punclut yang memang terkenal dengan masakan khas Sunda dan nasi merahnya. Nasi merah itu bagus banget loh buat yang lagi diet. #infopenting

Setelah kekenyangan, si silver memulai perjalanannya menuju Tebing Keraton. Petualangan yang sekarang tidak sejauh yang pertama (117 KM), hanya 11 KM sekitar 30 menitan. :D

Peta menuju lokasi

Perjalanan menuju Tebing Keraton

Nampak pemukiman Desa Ciburial

Jalanan mulai jelek, sakin jeleknya fotonya pun blur #alibi

Si silver ama partner adventur, si coklat

2014-08-05 17.49.11
Papan petunjuk 

Pemandangan menuju Tebing Keraton

Semakin mendekati lokasi, semakin banyak bebatuan di jalan 

Tiket Masuk Tebing Keraton

Warung tempat istirahat


Akhirnya sampai juga di Tebing Keraton. Ada beberapa hal 'wow' dan 'wew' dalam petualangan si silver.

Wow itu ketika di perjalanan si silver disuguhkan dengan pemandangan bikin mata jadi segar. Justru pas memasuki kawasan Tebing Keraton malah mendapati padat pemukiman, ini yang bikin rasa 'wew'. Kalau dilihat dari sisi ekonomi, jelas dengan adanya Objek Tebing Keraton, penduduk setempat mendapatkan manfaat tambahan penghasilan. Mereka bisa berjualan, jadi tukang ojek, tukang parkir, penjaga pintu masuk, bahkan guide lokal. Akan tetapi, jika tidak disertai dengan manajemen yang baik hasilnya malah jadi terkesan kumuh.

Loket pintu masuk hanya berupa satu tenda terpal dengan satu meja dan banyak kursi. Mungkin, penjaganya ngga mau kesepian jadi yang nemeninnya banyak. :D

Pintu Masuk Tebing Keraton

Sekilas tentang Tebing Keraton, atau ada juga yang menyebutnya Tebing Karaton adalah sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Letaknya di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa barat.

Tebing Keraton berada di ketinggian 1.220 mdpl. Menurut informasi setempat, Tebing Keraton ini baru diresmikan pada Mei 2014. Dinamakan dengan Keraton karena identik dengan kemewahan, kemewahan dalam arti dapat menyaksikan pemandangan menakjubkan di daerah patahan lembang.

Walaupun baru diresmikan Mei tahun lalu, objek wisata Tebing Keraton banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal. Jumlah wisatawan yang datang saat weekdays sekitar 500 orang sedangkan weekends bisa mencapai 2000 orang. Wow!

Si silver ngga bisa ngebayangin ada 2000 orang di sana, pasti harus sabar menunggu untuk mendapatkan foto dengan latar pepohonan pinus tanpa ada sekelebat orang lain. :D


Jalur masuk

Foto jalur masuk di atas merupakan salah satu hasil dari pengembangan Tebing Keraton yang dikelola oleh Kepala Balai Tahura. Terlihat masih baru! 

Papan Informasi mengenai Tebing Keraton

Informasi mengenai objek wisata yang dikunjungi itu penting, sayangnya papan informasi mengenai Tebing Keraton hanya berupa spanduk yang ditempel di papan kayu. Dan wisatawan yang kurang menghargai hal itu malah menorehkan kata-kata yang sebetulnya ngga perlu. Sangat disayangkan.

Satu hal dari berbagai hal lain yang sangat menggangu dalam suatu objek wisata adalah sampah! Wisatawan sadar lingkungan pasti akan buang sampah pada tempatnya. Masalahnya ada ngga tempat sampahnya?
(Sebenernya bukan masalah juga sih, kan bisa disimpen dulu sampahnya, begitu ketemu tempat sampah baru dibuang. Seharusnya begitu kan yah? Iyah!)


Tempat sampah ala kadarnya :D

Area Tebing Keraton cukup luas dan si silver cuma nemu SATU tempat sampah di dekat area tebingnya. Mungkin, masih dalam tahap perencanaan pengembangan kali yah? He he he.


Tempat dia (seharusnya) bukan di situ


Botol minuman kosong ditemukan tergeletak di atas dedaunan. Ngga cuma botol minuman, bungkus snacks, bungkus rokok, dan puntung rokok juga banyak ditemukan di sela-sela pagar pengaman. Padahal jarak sampah-sampah itu hanya sekitar lima-enam langkah doang dari tempat sampah! :(

Terlepas dari permasalahan sampah yang tak akan habis dibahas, pihak pengelola nyatanya sudah terbukti melakukan rencana pengembangannya dengan adanya retribusi, zonasi warung, area parkir, pintu dan tiket masuk, pagar pengamanan, tangga di jalur masuk. Dan mungkin fasilitas lainnya seperti infrastruktur masih dalam tahap pengembangan, yah maklum lah umurnya kan belum setahun. :D

Anyway, menikmati sore dengan hamparan pepohonan pinus di tengah kota Bandung itu aaaahhh ... sungguh menenangkan raga sampai jiwa. Rongga dada pun penuh, takjub akan keindahan alam yang diciptakanNya.


Jejak si silver di Tebing Keraton

Jejak si coklat, temen petualang


Enjoy the view!



Panorama Tebing Keraton

***


21 January 2015

Tertegun

Beberapa minggu terakhir ini saya mengalami moment of  tertegun, you know what is the meaning of tertegun. Adalah situasi di mana yang terucap hanya kata "Hah" sebab lidah menjadi kelu, seperkian detik otak ngeblank, mata menatap objek kosong, otot sedikit kejang, dan kalau belum makan menimbulkan efek agak gemetar menyerupai penyakit parkinson. Lalu setelah beberapa menit, jam, sampai berhari-hari kemudian baru lah mencari tahu hal yang membuat saya sampai tertegun itu.

Ceritanya begini, di suatu sore kami, sahabat saya dan saya lagi ngopi cantik sambil bercurhat ria.

"Lagi bosen banget nih! Hidup kok monoton yah ngga ada seru-serunya. Gimana yah cara bikin jadi selalu seru tiap harinya? Kerjaan, kuliah, kerjaan, kuliah ... aahhhh ....!" panjang lebar saya mengeluh.

"Seru kali ah hidup Lo itu!" jawabnya singkat.

"Ngga ah! Hemmp ... kita tuh harus bikin gebrakan baru! Iya, bener. Harus beda dari yang lain, yang out of the box gitu! Jangan jadi orang biasa-biasa aja. Harus anti-mainstream. Iya kan?" ujar saya yakin!

"So, where is the box?" tanyanya.

"Hah?"

"You said you have to think out of the box. So, where is the box? What kind of box?"

"HAH?!?"


Ini entah otak saya yang ngga nyampe apa gimana yah?
Tapi pernyataan sahabat saya itu ada betulnya juga loh. Sering kali orang-orang (termasuk saya) menyebutkan dan atau menuntut sesuatu yang berbau inovatif, kreatif, di luar kebiasaan orang banyak dengan istilah out of the box. Pertanyaannya adalah memang ada di mana kotaknya? Kotaknya seperti apa?

Karena percaya ngga percaya, kita itu dibesarkan dengan mengotak-ngotakkan hampir semua hal dalam kehidupan. Contoh paling sederhana, adanya golongan kelas bawah, menengah, kelas atas. Terus, sekolah negeri dan sekolah swasta. Dan hal lainnya yang menjadi pembatas atau pembeda antara satu dengan yang lain. Jadi, kalau dituntut untuk berpikir di luar kotak, yah cukup masuk akal ketika muncul pertanyaan kotak mana yang dibahas? kotak yang seperti apa? Kotaknya siapa? dan kalimat tanya lainnya.

Pernyataan yang membuat cukup tertegun sebab saya belum pernah berpikir sampai sejauh itu. Otaknya belum nyampe kali yah! He he hee ... but it's fun learn something new.

Sekilas info, istilah out of the box itu muncul pertama kali oleh Henry Ernest Dudeney, seorang matematikawan asal Inggris. Kerenlah di Dudeney itu. :P

Lain lagi ceritanya ketika saya dan gebetan (belum sah soalnya) lagi ngopi mesra di suatu tempat yang entah di mana sakin seringnya, lupa. #sengajapamer

Begini ...

"Kadang aku suka bingung sama Tuhan, caraNya menjawab doaku itu hemp entahlah antara cobaan atau ujian." ucap saya sambil menghirup aroma kopi Toraja, kopinya.

"Kamu yang bikin Tuhan bingung kali. Udah dijawab doanya masih bingung!" balas si gebetan.

"Ih, kamu ngga ngerti sih ah!" saya agak kesal.

"Kenapa sih?"

"Masalahnya, aku ngerasa kamu itu jawaban dari doanya aku. Cuma ...."

"Oh yah? Bagus dong!" potongnya.

"Iya .... cuma ...."

"Cuma apa? Beyond expectation yah? Terlalu ganteng buat kamu?"

"Ih, kamu tuh!!! Bukan!" mulai kesal. Saya tarik napas dulu sebelum melanjutkan kalimat selanjutnya, "List calon suami yang aku cari ada di kamu semua, cuma kurang satu, seiman!" finally terucap juga.

"Memangnya kamu pikir saya ngga punya iman?"

"Hah?"

"Kata siapa kita ngga seiman?"

"Hah?!?"


Keledai ngga akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, mungkin saya adalah jelmaan siluman keledai. Mengulang lagi kisah pada orang yang (mungkin bukan) potensial calon suami. Dibesarkan sebagai Kaum Nasrani tentu saja mengharapkan suami yang juga Nasrani. Saya rasa semua agama pun demikian. Eh, kok malah jadi curhat. 

Saya cukup tertegun ketika si gebetan mengeluarkan pernyataan di atas. 
Kerap kali saya mengucapkan calon suami seiman. Ada satu hal yang luput dari pemahaman saya mengenai iman. Iman berhubungan dengan ketetapan, keyakinan hati, kepercayaan akan kebenaran Tuhan. Nah, ini yang menjadi pembeda Tuhan yang dipercaya berdasarkan agama yang dianut. Orang beragama belum tentu punya iman, sedangkan yang beriman pasti beragama. Bukankah memang perbedaan selalu lebih ditonjolkan daripada mencari persamaan?

Perbedaan oh perbedaan bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. 

Sementara dua hal itu sih yang bikin saya tertegun, duduk terdiam, dan berusaha lebih mengerti bahwa segala sesuatu bukan cuma dua sisi. Ada di depan, belakang, atas, bawah. Kita sebagai individu berada di tengah pusaran dari lingkaran yang mengeliingi. Dan kapasitas otak manusia mampu menampung, mengolah, dan mencerna informasi baru dari berbagai sisi. Masih banyak pengetahuan tersembunyi yang menunggu dibuka pintunya. Bayangkan! Ngebayanginya saja lagi-lagi bikin saya tertegun.

Ceritanya ini lagi pose Tertegun

***

Kalau kamu, hal apa yang bikin tertegun?

16 January 2015

Mengejar Senja Pantai Jayanti

Di tahun 2015 ini, ada label baru bernama Petualangan Sepatu. Bercerita tentang pengalaman si sepatu yang berpetualang ke mana saja. Masih sekitar Jawa Barat sih sampai saat ini. Yah, doakan saja Petualangan Sepatu dapat berlanjut terus ...

Sepatu yang berpetualang kali ini adalah Si Kuning, dalam misi melihat Senja di (antah berantah) Cianjur selatan.

Perjalanan Si Kuning dimulai di sini, 11.10 AM

Memanfaatkan kecanggihan teknologi, si kuning memulai perjalanannya sesuai arahan dari Google Maps. Jarak tempuh sekitar 117 KM memakan waktu 3 jam-an. Berharap penuh pada kekuatan sinyal, ketahanan baterai, serta intuisi keadaan sekeliling. Ini foto peta perjalanan si kuning.

Peta menuju lokasi.

Melewati Tol Padaleunyi
Diluar perkiraan, perjalanan si kuning tersendat oleh kemacetan dari pegawai pabrik pada jam makan siang. Lautan biru di sepanjang jalan kanan dan kiri.

Karyawan Pabrik Kahatex, Cijerah

Kerumitan tadi terbayarkan dengan indahnya pemandangan pesawahan dan perbukitan Bandung Barat. Jalan pintas menghindari Jalan Kopo yang orang Bandung tahu pasti kondisi tingkat kemacetannya bikin emosional. Dari jalan ini tembusnya ke Cigondewah, Soreang lalu Ciwidey.

Jalan pintas yang si kuning lalui memang bukan jalur utama, hanya segelintir orang saja yang tahu. Pemandangan yang teramat jarang bisa dilihat dan dilalui semua orang (sibuk). 

Sudut lain Bandung Barat

Pesawahan di kanan-kiri jalan

Sampai di Ciwidey banyak terdapat objek wisata yang ingin dikunjungi si kuning. Namun, misi utama adalah melihat sunset sehingga perhitungan waktu harus tepat! Rasa penasaran membuat si kuning mampir ke salah satu objek wisata Kampung Cai Ranca Upas.

Objek Wisata Kampung Cai Ranca Upas, Ciwidey

Kampung Cai Ranca Upas berjarak 500 m dari jalan utama Ciwidey, luasnya sekitar 215 ha, dikelola oleh Perhutani. Produk wisatanya ada Penangkaran Rusa, Bumi Perkemahan, Area Outbound dan Paintball, Area ATV, dan Waterboom. Si kuning ingin mencoba semua atraksi yang ada di sana, namun melihat rusa dan memberi makan langsung itu lebih menggoda daripada arena lain.

Harga Tiket Masuk Ranca Upas

Jumlah rusa 22 ekor. 

Rusa yang terdapat di sana adalah Rusa Jawa (Cervus Timorensis) jumlahnya 22 ekor, 5 di antaranya adalah betina. Pengunjung dapat memberi makan rusa dengan wortel yang sudah disediakan seharga Rp 5000. Si kuning pun membeli wortel buat para rusa! :D

Fakta menarik tanduk rusa. Tanduk pertama berbentuk lurus akan tumbuh pada usia 12-14 bulan. Setelah 10-12 bulan kemudian akan terlepas lalu tumbuh tanduk baru dan bercabang. Oh iya, tahu kan kalau hanya rusa jantan yang memiliki tanduk? :D

Si Kuning memberi makan rusa 

Begitu si kuning menuruni tangga, satu persatu rusa mendekati tanpa dikomando. Seperti mereka sudah tahu si kuning bawa wortel buat mereka. Awalnya, takut-takut menggelikan. Si kuning kan belum pernah ngasih makan rusa sebelumnya. Eh, ternyata menyenangkan. Mereka semua berebut wortel yang dibawa si kuning, memakannya sampai habis. Lapar yah, Rus .... sama!

Jejak si Kuning di Ranca Upas

Waktu menunjukkan pukul dua siang, petualangan si kuning melihat rusa pun berakhir. Rusa-rusa sudah kenyang, si kuning lapar berat. Perjalanan harus diteruskan ... dan dalam beberapa menit si kuning mampir ke Situ Petanggang.

Objek Wisata Situ Patenggang

Situ Patenggang adalah danau yang terletak di ketinggian 1600 m, luasnya sekitar 45.000 ha. Jaraknya sekitar 7 KM dari Kawah Putih.

Sekilas tentang Situ Patenggang, patenggang berasal dari  Bahasa Sunda yang terdiri dari kata pateangan-tengan artinya saling mencari. Mitosnya tentang kisah cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis yang terpisahkan. Mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang kemudian dinamakan Batu Cinta.
Dewi Rengganis meminta dibuatkan danau serta perahu untuk mereka berlayar bersama. Perahu yang dibuat Ki Santang menjadi pulau berbentuk hati dikenal dengan nama Pulau Asmara.
Nah, pengunjung (khususnya pasangan) singgah di Batu Cinta lalu mengelilingi Pulau Asmara niscaya akan mendapat cinta abadi seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis.

Si kuning juga ingin ke Batu Cinta, tapi untuk ke sana harus menggunakan perahu sekitar 10-20 menit, lagipula lapar lebih menguasai. Jadi, mungkin lain kali si kuning atau sepatu lainnya akan ke sana ... bersama pasangannya. Mungkin. :))

Penampakan Situ Patenggang sebelum pintu masuk
Tiket Masuk ke Situ Patenggang

Yang di tengah itu Batu Cinta

Makan siang Nasi Timbel Komplit di pinggir danau. Rp. 18.000

Danau Situ Patenggang

Jejak si kuning di Situ Patenggang

Katanya, dan memang terbukti benar bahwa ketika kita senang waktu akan terasa cepat berlalu. Menikmati makan siang di pinggir danau memberi sensasi tersendiri dan si kuning pun terbuai olehnya. Namun, (lagi) ada misi yang harus diselesaikan. Jam menunjukkan pukul 15.30! Harus sampai tujuan tepat waktu sebab senja tidak akan menunggu kehadiran si kuning.

Perjalanan dilanjutkan melewati lautan perkebunan teh, pepohonan, panorama Bandung, air terjun, pedesaaan, dan keindahan alam lainnya. Masih sekitar 80 KM lagi, sekitar dua jam-an untuk sampai di tujuan tepat waktu. Di bawah ini adalah kenangan si kuning berupa foto selama dalam perjalanan.


Si kuning dan si coklat teman petualangan di atas motor

Gumpalan awan nampak seperti marshmallow
Jejak si kuning di arus air pinggir jalan Ciwidey Selatan

Sejauh mata memandang, pepohonan di perbukitan

Pemandangan sepanjang jalan Ciwidey Selatan

Dikelilingi Perkebunan Teh

Beautiful Panorama Kabupaten Bandung Barat

Jejak si kuning di air terjun Ciwidey Selatan

Pemandangan memasuki Jalan Cidaun

Aliran sungai di daerah Cidaun

Memasuki pedesaan

Suasana Pedesaan

Melewati jalan rawan longsor

Memasuki Jalan Raya Cidaun, sinyal melemah, baterai tingga 20 persen, jam menunjukkan pukul 17.44. Terlalu banyak keindahan di jalan yang tak mungkin terlewatkan makanya si kuning singgah untuk mengabadikannya. Di atas sana semburat jingga sudah muncul perlahan tapi pasti, sementara si kuning masih 30-an KM dari tujuan.

Si kuning mulai khawatir senja akan pergi tanpa disaksikan. Kehilangan momen setelah menempuh perjalanan panjang. Tak henti-hentinya melihat arah jarum jam, 17.55. Di kejauhan nampak papan petunjuk jalan "Pantai Jayanti". Perjalanan kali ini memang soal ketepatan waktu! Berlomba dengan waktu agar tujuan tercapai. Dan akhirnya si kuning tiba tepat pada waktunya! :D

Jejak si kuning di tempat tujuan, Pantai Jayanti. 18.10

Pantai Jayanti terletak di Desa Cidamar, Cidaun, Cianjur Selatan, Provinsi Jawa Barat. Berangkat dari Bandung pukul 11.25, berpetualang dan singgah di sana-sini sampai akhirnya tiba pukul 18.10 untuk menyaksikan senja di pinggir Pantai Jayanti.

Adakah rasa yang lebih dari bahagia ketika si kuning merasakan pasir pantai menutupi setengah badannya?
Menginjakkan kaki di pasir dan rerumputan, melihat semburat senja di lautan, gemuruh ombak, aahh tak terlukiskan rasanya. 

Stttt ... Mission Completed!

Tidak ada yang lebih indah daripada ini.

Senja di Pantai Jayanti, Cidaun, Cianjur Selatan


***