24 January 2013

Cerita Kita

Surat ini untuk kamu, lelaki yang kelak kupanggil dan anakku dengan sebutan Papap.

Pap, kita harus mempersiapkan sebuah cerita untuk anak kita dalam dongeng sebelum tidurnya sambil menepuk-nepuk lembut pantat yang terbalut piyama hello kitty atau mobil-mobilan. Seperti yang biasa dilakukan Ibu sebelum menidurkanku dulu.

Bukan cerita biasa tentang peri kecil di hutan, Pippi si kaus kaki panjang, atau Cinderella bersama teman Disney lainnya melainkan cerita tentang kita. Suatu hari nanti saat dongeng-dongeng sebelum tidurnya sudah habis dibacakan dan mulai merasakan getaran aneh terhadap lawan jenisnya, jangan kaget jika dia bertanya "Mam, ketemu ama Papap di mana?" saat menjelang tidur. Seperti yang juga kutanyakan pada Ibu sebelum menidurkanku dulu.

Terlalu sinetronis ngga kalau aku bilang ketemu kamu di kampus. Saat kamu tidak sengaja menabrakku yang sedang membawa beberapa buku diktat tebal nan berat. Buku-buku jatuh berserakan beserta catatan kecil di dalamnya yang entah bagaimana tertinggal hingga kau harus mencari-cari aku untuk mengembalikannya. Padahal itu hanya catatan hutang belaka. Tak lama kita pacaran dan setahun kemudian menikah.

Terlalu dramatis kah seandainya aku bilang ketemu kamu di dalam angkot/bis/kereta/kapal/pesawat karena kita duduk bersebelahan dan sama-sama melakukan perjalanan sendirian dengan tujuan kemana saja. Saling menyapa kemudian bertukar cerita serta nomor telepon lalu sering-sering main ke rumah dan diakhiri dengan lamaran.

Terlalu kebetulan nampaknya saat aku bilang ketemu kamu di dunia maya. Iseng baca cerpen atau surat di blog kemudian follow twitter, mulai dm minta pin, minta nomor telepon, kemudian menyata dalam pertemuan yang membawa kita ke arah pelaminan.

Terlalu mengada-ngada yah jika aku bilang kita ketemu kamu di sebuah bar. Hingar bingar musik dan minuman keras membawa kita menyepi ke pojokan dan berakhir di kamar melati yang sama sekali tidak ada bunga melatinya. Cinta semalam yang berujung cinta selamanya.

Terlalu romantis jikalau aku bilang ketemu kamu di sebuah coffee shop. Aku yang sering duduk di pojok yang ada colokannya menikmati cappuccino dan laptop seorang diri sedangkan kamu di belakang sana sibuk membuat racikan kopi untuk semua pengunjung. Sampai suatu hari kamu membuat latte art di atas cappuccinoku bertuliskan "Hai cantik, boleh kenalan? :)". Cappuccinoku terasa manis setiap minggunya hingga manisnya meneteskan air mata saat kamu menyuguhkan tulisan latte art "Marry me".

Terlalu tragis sepertinya saat aku bilang ketemu kamu di sebuah rumah sakit. Kasur kita bersebelahan di kelas tiga. Aku dan kamu sama-sama tergolek lemah mendekati depresi mau bunuh diri karena ditinggal mantan kawin. Tiba-tiba saja tercetus "Kita sama-sama single, kawin aja yuk!".

Terlalu memang kamu, lelaki yang kelak kupanggil papap. Apa yang menunda kedatanganmu? Aku menunggu bagaimana awal mula cerita kita. Cerita kita yang akan kuceritakan pada anak kita kelak sebelum dia tertidur sambil mengelus-elus pantat berpiyama hello kitty dan atau mobil-mobilan.

Tertanda
-Your Mam kelak-



Gambar dari sini

No comments:

Post a Comment