Hai hai hai Icha cha cha maricha ndut eh hei hei hei ....
Selamat Siang Icha,
Sedang break kah dirimu saat membaca surat ini? Atau malah kamu tengah berbaring manis manja di antara tumpukan bantal sambil membaca surat ini lalu sesekali menengok jendela memandangi bintang di langit malam menunggu rasa kantuk menyergap setelah seharian beraktivitas? Jangan datang dulu yah, Kantuk. Biarkan Icha membaca sampai surat ini selesai kemudian tertidurlah. Aku lanjutkan yah, sudah posisi wuenak kah?
Cha, masih ingat kah waktu suatu sore kudatang berkunjung ke rumahmu lalu kita diskusi ngalor-ngidul perihal gang seribu punteun. Damn! Itu seratus persen benar adanya! Beberapa teman terbaikku rumahnya berada di dalam gang-gang kecil -yang hanya cukup satu motor-. Rumahmu, rumahnya Nene, Rumahnya Evi serta kembaran Eva, dan sekarang kostannya Minke. Sejujurnya aku mengalami ketakutan setiap melewati gang-gang kecil itu apalagi jika ada motor dari arah yang berlawanan. Takut ngga bisa jaga keseimbangan, takut nyenggol motorku atau motor orang lain -udah tau ini gang kecil masih aja ada yang parkir di gang sembarangan- takut spion motorku tergores tembok, takut tiba-tiba muncul anak kecil berlarian nyebrang, takut tabrak kucing, takut motor aku dicuri -banyak kejadian motor dicuri di dalam gang sempit justru-, yah intinya ketakutan. Dan sialnya rumahmu yang di dalam gang itu yang paling sering kukunjungi. :D
Etapi dengan seringnya aku main ke rumahmu -yang harus melewati gang- secara tidak langsung mengajari aku untuk menjadi pribadi yang lebih ramah. Bagaimana tidak? Tingkat kepadatan jumlah penduduk jelas lebih tinggi dibandingkan dengan area perumahan. Rumah satu dengan rumah lainnya saling berhimpitan, maka tak heran jika gang depan rumah pun dijadikan teras, area bermainnya anak-anak. Itu sebabnya ketika memasuki pintu masuk gang aku mulai tebar senyuman di mana-mana,
"Punteun", pada Ibu yang sedang menyuapi anaknya.
"Punteun", pada Abang-abang becak yang sedang asyik main catur sembari menunggu penumpang.
"Punteun", pada Mba yang lagi ngejar adiknya main sepeda.
"Punteun", pada Tukang Baso Tahu yang menunggu piring di depan sebuah rumah.
"Punteun", pada Teteh-teteh yang asyik ngerumpi di samping Tukang Cilok.
"Punteun", pada Anak-anak yang beringus sambil menikmati es puter.
"Punteun", pada Mas-Masnya yang parkir motornya terlalu serong ke kanan.
"Punteun", pada kucing yang asyik mengerogoti ikan pindang curian.
"Punteun", pada Ibu-ibu yang lagi nyuci berjamaah. Eh, salah deng! Ini mah pas ke rumahnya Nene.
"Punteun", pada Pemuda yang nongkrong sambil main karambol. Eh, maaf! Ini pas ke rumahnya Evi.
"Punteun", pada Tukang sampah yang gerobaknya mejeng indah di tengah-tengah gang. Duh, maaf salah lagi! Ini pas ke kostan Minke.
Pada akhirnya "Punteun ...... Ichanya ada?".
Selain menjadi pribadi yang lebih ramah dan sopan, aku juga belajar bahwa kehidupan di gang penuh aneka warna cerita. Betapa penghuni rumah saling mengenal dan mengetahui kisah di balik pintu penghuni rumah lainnya hingga rumah ujung gang sekali pun. Perhatian sama kepo memang beda tipis yah? Iya. Over all penduduk yang tinggal di gang cenderung mempunyai jiwa sosial yang tinggi dibanding area perumahan. Yang saling kenal paling pembantu, supir, tukang kebun atau babysitternya doang. :D
Mereka -penduduk di dalam gang- terlihat lebih harmonis dengan para tetangga, yah setidaknya yang terlihat kan aku cuma selewat doang.
Kali waktu aku lewat ada teriakan terdengar di sebuah rumah, itu loh Cha yang pagernya coklat (lah jadi gosip), dari intonasi suaranya sik kayanya lagi berantem hebat. Pernah juga pas lewat ada Ibu yang marahin anaknya karena nilai jelek, Ibu yang ngomel lakinya jarang pulang, Bapak marahin istrinya belanja mulu, pemuda dan pemudi ketawa riang cekakak cekikik mesra di ruang tamu, gosip seru para remaja putri dari jendela kamar yang terbuka, kucing berantem sama kucing, kucing berantem sama tikus, kucing berantem sama anjing, anjing menggonggong kafilah berlalu demikian aku pun melaju dengan varioku. I'm Vario, what about you?
Rasanya sudah cukup panjang aku menuliskan ini, matamu sudah lelah kah? Kantukmu sudah datang? Tapi aku masih punya satu cerita lagi! Ah, tidak ... tidak ... aku tidak akan menyita waktumu lebih lama lagi. Nanti saja dengarkan ceritaku secara live yah di rumahmu. Have a great weekend.
Salam Punteun,
Eva
Dari balik jendela, apa yang kamu lihat? Gang Seribu Punteun! :D |
No comments:
Post a Comment