Hari ketiga ini hari yang melelahkan. Pffttt, menghela napas dulu.
Tadi malam setelah bincang-bincang serius nan santai bersama seluruh keluarga akhirnya dengan berbesar hati saya akan menemani Oki (Baca: Ade) untuk daftar ke beberapa kampus swasta. Soalnya dia gagal SBMPTN, gagal masuk UGM seperti yang selama ini dicita-citakannya. Sedih yah? Iya :(.
Ada ujian gelombang dua sih tapi pengumumannya baru akan keluar tanggal 30 Juli nanti. Ya kalau lulus Puji Tuhan ya kalau gagal lagi mati kutu karena universitas lain pasti sudah tutup pendaftarannya.
Oke, setelah ngelist daftar kampus swasta yang tersebar di Bandung berdasarkan ini dan itu terpilihlah dua kampus. DUA SAJA dari sekian banyak. Maklum, dia memang selektif banget orangnya termasuk dalam hal cari pacar. Pantesan jomblo.
Pertama, kami daftar ke UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) sejauh ini enggak ada masalah yah layaknya beli formulir biasa.
Kedua, kami daftar ke STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung) yang juga dikenal dengan NHI (Baca: Enhai). Dan ternyata hari ini adalah pendaftaran terakhir. Ulang PENDAFTARAN TERAKHIR!!! Sedangkan kami ehmp lebih tepatnya dia enggak menyiapkan dan membawa dokumen apa-apa yang dibutuhkan untuk kelengkapan administrasi. Alhasil, kami pulang ke rumah untuk mengambil berkas-berkas lalu kembali ke sana. Lumayan tuh memakan waktu dua jam bolak-balik dari STPB ke rumah belum lagi ke potong istirahat dan Sholat Jumat. Haaaiiisshh.
Akhirnya jam tigaan beres juga. Pffttt banget yah.
"Ki, kamu lapar?"
"Banget, Kak!"
"Ya udah mau makan apa?"
"Terserah."
Niat saya sih makannya di rumah saja biar hemat bukan pelit tapi perjalanan pulang masih lama dan rasanya Ade saya sudah mau pingsan belum lagi arus kendaraan lagi macet parah. Eh tapi ini kan puasa yah banyak rumah makan yang tutup. Ada sih yang buka macam fast food dan cafe standar bintang tiga *lirik dompet*
Nemu satu cafe yang tulisannya "Open". Pfftt, finally. Kami juga bertanya ke satpam untuk menyakinkan ini cafe buka abisnya sepi banget. "Buka kok, Mba", kata Satpam penuh keyakinan. Kemudian parkirlah kami.
"Mba, buka?" Tanya saya sekali lagi ke pelayannya.
"Buka, Mba." Jawabnya sumringah.
"Sini, Ki buka." Seru saya kepada Si Ade yang lagi nyimpen helm.
"Ehmm, mau makan di sini?" Tanyanya si pelayan masih sambil sumringah.
"Eunngg iyaaaa ..."
"Oh, maaf kalau makan di sini baru bisa jam lima."
"...."
Sudahlah darimana muter-muter enggak jelas kami memutuskan makan di rumah saja. Sehat, iya. Gratis, iya. Berjuang di antara padatnya arus kendaraan, semua orang mengejar buka di rumah. #Yaiyalah #MenurutNgana.
Mampir dulu beli es buah ah seger kayanya nih.
Taraaaa
Es Buah Deket Rumah |
Potongan aneka buah, agar-agar, nata de coco, dengan kuah susu rasanya melumerkan keringat-lelah-letih seharian mondar-mandir ngurus ini-itu keperluan si Ade. Bak minum air dingin di padang sahara, nyesss adem banget gituh terasa di tenggorokan. Semoga saja Ade saya tidak salah pilih jurusan sama seperti saya yang tidak salah pilih beli es buah nan menyegarkan mantab aduhai ini. :D
***
jadi, ini cerita soal es buah?
ReplyDeleteoke, saya ketipu judul "puasa". untung bacanya pas udah buka *hakdess*
ehe ehe eheeeeeee :*
DeleteMelamun buka puasa pake es buah #glek #MenelanLudah
ReplyDeleteJangan dilamunin dong tapi diicip. Mangga loh fotonya sudah tersedia kok. *dududududud* :D
Delete