29 August 2012

Hari Terakhir


“Jadi hari ini terakhir?” tanyaku seakan tidak mempercayainya.
“Iya, hari ini adalah hari terakhir.” jawab mereka serentak.

Sebenarnya aku baru saja berkenalan dengan mereka lima belas hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Agustus 2012. Berawal dari sebuah link yang sudah di-RT orang-orang hingga akhirnya muncul di timeline. Rasa penasaran dengan tagar #WriterChallenge membawaku ke sebuah blog, kuamati dan kuresapi saat membaca. Sebuah Proyek #WriterChallenge yang mengajak kita semua untuk mulai membiasakan menulis. Setiap hari akan diberikan tema yang berbeda, begitulah kira-kira keterangan yang ada di blog. Semangat menantang diri sendiri langsung menyelimuti hingga tidak menyadari bahwa Proyek ini hanya berlangsung lima belas hari.

Baiklah, aku mulai memikirkan kerangka tulisanku agar sesuai dengan tema yang diberikan. Bagiku mengikuti ajang menulis bukan sekedar melatih menulis, mengasah ide, menambah teman, memperluas wawasan dengan membaca karya orang lain, tapi juga menaikkan jumlah kunjungan di blog. 
Akhir-akhir ini blogku hanya dikunjungi oleh segelintir orang, ya salah satu faktornya memang tidak ada tulisan yang baru. Lumayan kan, sekali mendayung dua-tiga pulau terlewati, begitu kata pepatah. 
Menulis setiap hari mudah, menulis sebuah cerpen dengan tema yang sudah ditentukan itu luar biasa. Baru saja akan memulai ketidak-percayaan-diri melintas. Berburu dengan waktu dan sesak napas karena kehabisan ide. Entahlah, apakah aku bisa melaluinya. Lebih baik menyesal setelah mencoba daripada menyesal karena tidak berbuat apa-apa, begitulah kata pepatah.

Akhir Cerita Cinta justru mengawali tulisanku dengan ketulusan yang larut dalam tiap katanya. Papan Catur mendapat tanggapan yang bagus sehingga aku ditantang untuk bermain catur bersama mereka. Menyuarakan Hari Merdeka untuk Bangsaku, Negeriku, Indonesiaku. Kemudian Perempuan Asing dengan segala kepedihan yang tertinggal di hati seorang Ibu dan Anak. KatakanlahSekarang, sebuah puisi usang dalam kertas HVS yang menjelma dan menggugahkan hati seorang gadis untuk mengambil keputusan. Hati Untukmu dimana kerinduan mungkin tidak mendapat ruang, tidak terpisah jarak, dan abadi. Sebab SecangkirTeh membuaimu, meluluhkan hati hingga akhirnya menemukan kepahitan di dalam daun teh setelah semuanya terlambat, mungkin. Ditutup dengan sebuah Sarapan diTaman yang tidak akan pernah berakhir.

“Bagaimana mungkin ini berakhir? Ini belum selesai.” Aku bertanya sekali lagi.
“Sudah lima belas hari kita bersama.” Rini menjawab lembut.
“Tidak mungkin!” sahutku.
“Ini sudah hari terakhir.” Indri menyakinkanku.
“Dan ‘Akhir’ menjadi Tema hari ini.” Teguh menjelaskan.
“Tapi aku baru menulis delapan cerita, bukankah seharusnya ada lima belas? Tidak mungkin ini hari terakhir!” Rasa ragu menghampiriku.
“Jadi kemana saja kamu selama tujuh hari????? Dan iya hari ini adalah Hari Terakhir” Jawab mereka serentak.

***

No comments:

Post a Comment