“Jadi hari ini terakhir?” tanyaku seakan tidak
mempercayainya.
“Iya, hari ini adalah hari terakhir.” jawab mereka serentak.
Sebenarnya aku baru saja berkenalan dengan mereka lima belas
hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Agustus 2012. Berawal dari sebuah link yang
sudah di-RT orang-orang hingga akhirnya muncul di timeline. Rasa penasaran dengan
tagar #WriterChallenge membawaku ke sebuah blog, kuamati dan kuresapi saat
membaca. Sebuah Proyek #WriterChallenge yang mengajak kita semua untuk mulai
membiasakan menulis. Setiap hari akan diberikan tema yang berbeda, begitulah
kira-kira keterangan yang ada di blog. Semangat menantang diri sendiri langsung
menyelimuti hingga tidak menyadari bahwa Proyek ini hanya berlangsung lima
belas hari.
Baiklah, aku mulai memikirkan kerangka tulisanku agar sesuai
dengan tema yang diberikan. Bagiku mengikuti ajang menulis bukan sekedar
melatih menulis, mengasah ide, menambah teman, memperluas wawasan dengan
membaca karya orang lain, tapi juga menaikkan jumlah kunjungan di blog.
Akhir-akhir
ini blogku hanya dikunjungi oleh segelintir orang, ya salah satu faktornya
memang tidak ada tulisan yang baru. Lumayan kan, sekali mendayung dua-tiga
pulau terlewati, begitu kata pepatah.
Menulis setiap hari mudah, menulis sebuah
cerpen dengan tema yang sudah ditentukan itu luar biasa. Baru saja akan memulai
ketidak-percayaan-diri melintas. Berburu dengan waktu dan sesak napas karena
kehabisan ide. Entahlah, apakah aku bisa melaluinya. Lebih baik menyesal
setelah mencoba daripada menyesal karena tidak berbuat apa-apa, begitulah kata
pepatah.
Akhir Cerita Cinta justru mengawali tulisanku dengan
ketulusan yang larut dalam tiap katanya. Papan Catur mendapat tanggapan yang
bagus sehingga aku ditantang untuk bermain catur bersama mereka. Menyuarakan
Hari Merdeka untuk Bangsaku, Negeriku, Indonesiaku. Kemudian Perempuan Asing
dengan segala kepedihan yang tertinggal di hati seorang Ibu dan Anak. KatakanlahSekarang, sebuah puisi usang dalam kertas HVS yang menjelma dan menggugahkan
hati seorang gadis untuk mengambil keputusan. Hati Untukmu dimana kerinduan
mungkin tidak mendapat ruang, tidak terpisah jarak, dan abadi. Sebab SecangkirTeh membuaimu, meluluhkan hati hingga akhirnya menemukan kepahitan di dalam
daun teh setelah semuanya terlambat, mungkin. Ditutup dengan sebuah Sarapan diTaman yang tidak akan pernah berakhir.
“Bagaimana mungkin ini berakhir? Ini belum selesai.” Aku bertanya
sekali lagi.
“Sudah lima belas hari kita bersama.” Rini menjawab lembut.
“Tidak mungkin!” sahutku.
“Ini sudah hari terakhir.” Indri menyakinkanku.
“Dan ‘Akhir’ menjadi Tema hari ini.” Teguh menjelaskan.
“Tapi aku baru menulis delapan cerita, bukankah seharusnya
ada lima belas? Tidak mungkin ini hari terakhir!” Rasa ragu menghampiriku.
“Jadi kemana saja kamu selama tujuh hari????? Dan iya hari ini adalah Hari Terakhir” Jawab mereka
serentak.
***
No comments:
Post a Comment