15 January 2012

Sang Perokok

Dear Perokok,

Saat ini pasti kau sedang menatap layar monitor, tangan kananmu sibuk dengan menggerakkan mouse sementara di tangan kirimu terselip satu batang rokok.

Husshh ... Hembusan asap yang keluar dari mulutmu seperti kabut yang menyelimuti pagi hari.
Crttt ... Percikan api menjalar saat kau hisap tembakau.
Tskk tsskk ... Asbak penuh dengan abu sisa rokokmu dan puntung – puntung yang bercengkrama. Kadang mengotori keyboard, meja, kursi, karpet, bahkan celanamu sendiri.

Sesaat setelah kau bangun, kau langsung mengambil cangkir dengan kopi di dalamnya lalu menyalakan rokok . kau tidak pernah menyapaku dulu!

Setelah kau kenyangkan perutmu yang kau cari pertama adalah rokok. Kau tidak pernah mencariku dulu!

Selepas pulang kerja dengan beban kerjaan yang membuatmu penat, hal pertama yang kau tanyakan “mana rokokku?”. Kau tidak pernah bertanya tentang aku

Selalu yang kau cari rokok untuk menenangkan pikiranmu, untuk menghilangkan penatmu, untuk menghiburmu. Kamu lupa masih ada aku yang akan menemani di hari – hari beratmu. Tapi kau malah memilih dia, si rokok.

Sengaja aku membuat tanda ini agar kau bisa sekejap saja berhenti dan mulai memperhatikan aku!


Sia – sia, ternyata ... kau lebih memilih menjadi buta huruf daripada berpisah dengannya, si rokok.

Seberapa berharganya kah dia, si rokok itu? Apakah aku harus jadi perokok juga agar aku tahu bahwa dia, si rokok memang berharga?



Saya tunggu balasan suratmu yah perokok ...

No comments:

Post a Comment