28 February 2013

Tersadar

Bekerja sebagai wedding planner, mengurus persiapan tetek bengek pernikahan dari A sampai Z membuat ruang lingkup saya dipenuhi oleh satu kata kunci "nikah". Untuk seorang yang masih berstatus single dan bekerja sebagai wedding planner atau wedding organizer agaknya memang dipandang sebelah mata. Entah mata kanan atau kiri. Beberapa orang berpikir dan mulai mempertanyakan bagaimana mungkin seorang yang belum pernah mengalami pernikahan dapat mengurus pernikahan orang? Dan pertanyaan berikutnya adalah "Jadi kamu kapan nikah?".

Oke, kita tangguhkan dahulu jawaban dari pertanyaan di atas tanpa mengesampingkan efek yang ditimbulkan dari pertanyaan tersebut. Awalnya mungkin hanya ditanggapi dengan seulas senyum manis manja namun kemudian menjadi alis yang mengkerut dan bibir yang mencibir saat berhadapan dengan cermin. Jadi kapan saya akan menikah?

Pekerjaan ini ah sungguh sangat menyenangkan sekaligus nyesek di dada. Menyenangkan melihat binar mata bahagia kedua calon pengantin membuat konsep dan menjadikan nyata pernikahan impian mereka. Menyenangkan mendengar kisah cinta di antara mereka sampai akhirnya memutuskan ke jenjang yang lebih serius. Nyeseknya adalah lagi, mengulang pertanyaan yang sama, Jadi kapan saya akan menikah?

Tiba-tiba tersadar bahwa mempertanyakan pertanyaan itu terus menerus untuk diri sendiri tidak akan ada gunanya. Selain menambah rasa sesak, uban di rambut dan uring-uringan tak berujung. Lagipula, dengan masih menyandang status sebagai single tidak mengurangi jumlah klien dan klien yang sudah ditangani sejauh ini testimoninya memuaskan. Tentang kisah cinta dan jenjang yang serius yang terjadi dengan klien biarkan menjadi semacam kisah cinta yang menginspirasi karena kisah cinta saya akan datang secara misterius pada waktunya. Jadi kapan saya akan menikah? Nanti jika saya sudah siap.

__

Ikut serta terlibat penuh dalam perencanaan pernikahan calon pengantin memang terkadang meninggalkan kemelut tersendiri. Seperti saat mengantarkan calon pengantin ke tempat wrapping mahar. Kalian harus lihat betapa bentuk maharnya teramat lucu dan unik. Saya share beberapa fotonya yah.

Mahar Loro Blonyo

Mahar Sepeda

Mahar Burung Merak

Mahar Masjid

Nah, pada gambar terakhir yang berbentuk Masjid ini membuat saya sedikit berangan-angan. Jika nanti tiba waktunya saya menikah, maharnya ingin dibentuk Gereja. Di kepala mulai tersusun bayangan Gereja kuno di Roma. Ah, tapi bentuk Vespa juga lucu. Kayanya lebih unik kalau dibentuk cangkir cappuccino secara saya penikmat cappuccino. Atau senja di pinggir pantai. Semuanya berkelebatan di dalam kepala. 

Dan kemudian saya tersadar hanya Umat Muslim yang memakai mahar sebagai syarat pernikahan.

***

8 comments:

  1. That's so cool, tan (as always) :D

    ReplyDelete
  2. aaahhh..
    epaaahh..
    tulisan ini mengharukan :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengharukan yah? akibat terlalu banyak gaul dengan pengantin nie. Pfftt :D :D

      Delete
  3. tadi gue pikir lo sedang ngomongin kerjaan (lagi), ternyataaa.. :')

    ReplyDelete
  4. Mahar tidak perlu dijadikan syarat. Kesadaran pengantin cowok ajalah hehehe

    ReplyDelete
  5. Ouhhh ..... iya semoga si calon pengantin pria yang entah ada dimana itu tersadar.

    ReplyDelete