06 February 2013

Secangkir Cappuccino



Surat kali ini hanya untukmu, secangkir cappuccino hangat.

Entah sejak kapan tepatnya aku mulai menaruh hati padamu. Rasa pahit espresso yang dicampur dengan manisnya susu dan buih foam agak asin namun lembut langsung memadamkan gemuruh yang berkecamuk dalam dada. Rasanya begitu sempurna.

Aku berhenti meminum kopi hitam karena hanya menawarkan rasa pahit dan atau manis. Seperti hidup dalam batasan hitam dan putih. Sebab ada warna lain. Layaknya Cappuccino tidak soal sekedar pahit dan atau manis, ada rasa yang lain. Iya, aku jatuh cinta padamu.

Kamu seperti kehidupan yang selaras nan serasi juga seimbang karena takaran kopi, susu, dan foamnya harus sama satu per tiga. Jika ada rasa yang mendominasi dari ketiganya tentu akan mengubah cita rasamu. Terlalu banyak susu akan tercipta Caffee Latte dan foam yang berlebihan menjadikanmu Flat White. Tidak, tidak aku lebih memilihmu. Sudah pasti. Semua yang ada dalam dirimu pas!

Kamu menjadikan aku seorang Cappuccinoholic, Cappuccino Hunter. Addicted. Setiap datang ke cafe atau coffee shop aku pasti mencarimu, menikmati kelembutan yang selalu kau tawarkan, belum lagi Latte Art yang menghiasi tubuhmu. Ah, begitu menggairahkan!

Saat melihatmu kutemukan keindahan. Aroma semerbakmu mendamaikan. Mengecapmu adalah sebuah kenyamanan bagaikan kehangatan dalam dekapan.

Menikmatimu menjelang senja di pinggir pantai dalam kesendirian adalah kebahagiaan bagiku. Bahagia itu sederhana. Sesederhana cintaku padamu, Cappuccino.

Tertanda,
- A Cappuccinoholic-

No comments:

Post a Comment