21 January 2015

Tertegun

Beberapa minggu terakhir ini saya mengalami moment of  tertegun, you know what is the meaning of tertegun. Adalah situasi di mana yang terucap hanya kata "Hah" sebab lidah menjadi kelu, seperkian detik otak ngeblank, mata menatap objek kosong, otot sedikit kejang, dan kalau belum makan menimbulkan efek agak gemetar menyerupai penyakit parkinson. Lalu setelah beberapa menit, jam, sampai berhari-hari kemudian baru lah mencari tahu hal yang membuat saya sampai tertegun itu.

Ceritanya begini, di suatu sore kami, sahabat saya dan saya lagi ngopi cantik sambil bercurhat ria.

"Lagi bosen banget nih! Hidup kok monoton yah ngga ada seru-serunya. Gimana yah cara bikin jadi selalu seru tiap harinya? Kerjaan, kuliah, kerjaan, kuliah ... aahhhh ....!" panjang lebar saya mengeluh.

"Seru kali ah hidup Lo itu!" jawabnya singkat.

"Ngga ah! Hemmp ... kita tuh harus bikin gebrakan baru! Iya, bener. Harus beda dari yang lain, yang out of the box gitu! Jangan jadi orang biasa-biasa aja. Harus anti-mainstream. Iya kan?" ujar saya yakin!

"So, where is the box?" tanyanya.

"Hah?"

"You said you have to think out of the box. So, where is the box? What kind of box?"

"HAH?!?"


Ini entah otak saya yang ngga nyampe apa gimana yah?
Tapi pernyataan sahabat saya itu ada betulnya juga loh. Sering kali orang-orang (termasuk saya) menyebutkan dan atau menuntut sesuatu yang berbau inovatif, kreatif, di luar kebiasaan orang banyak dengan istilah out of the box. Pertanyaannya adalah memang ada di mana kotaknya? Kotaknya seperti apa?

Karena percaya ngga percaya, kita itu dibesarkan dengan mengotak-ngotakkan hampir semua hal dalam kehidupan. Contoh paling sederhana, adanya golongan kelas bawah, menengah, kelas atas. Terus, sekolah negeri dan sekolah swasta. Dan hal lainnya yang menjadi pembatas atau pembeda antara satu dengan yang lain. Jadi, kalau dituntut untuk berpikir di luar kotak, yah cukup masuk akal ketika muncul pertanyaan kotak mana yang dibahas? kotak yang seperti apa? Kotaknya siapa? dan kalimat tanya lainnya.

Pernyataan yang membuat cukup tertegun sebab saya belum pernah berpikir sampai sejauh itu. Otaknya belum nyampe kali yah! He he hee ... but it's fun learn something new.

Sekilas info, istilah out of the box itu muncul pertama kali oleh Henry Ernest Dudeney, seorang matematikawan asal Inggris. Kerenlah di Dudeney itu. :P

Lain lagi ceritanya ketika saya dan gebetan (belum sah soalnya) lagi ngopi mesra di suatu tempat yang entah di mana sakin seringnya, lupa. #sengajapamer

Begini ...

"Kadang aku suka bingung sama Tuhan, caraNya menjawab doaku itu hemp entahlah antara cobaan atau ujian." ucap saya sambil menghirup aroma kopi Toraja, kopinya.

"Kamu yang bikin Tuhan bingung kali. Udah dijawab doanya masih bingung!" balas si gebetan.

"Ih, kamu ngga ngerti sih ah!" saya agak kesal.

"Kenapa sih?"

"Masalahnya, aku ngerasa kamu itu jawaban dari doanya aku. Cuma ...."

"Oh yah? Bagus dong!" potongnya.

"Iya .... cuma ...."

"Cuma apa? Beyond expectation yah? Terlalu ganteng buat kamu?"

"Ih, kamu tuh!!! Bukan!" mulai kesal. Saya tarik napas dulu sebelum melanjutkan kalimat selanjutnya, "List calon suami yang aku cari ada di kamu semua, cuma kurang satu, seiman!" finally terucap juga.

"Memangnya kamu pikir saya ngga punya iman?"

"Hah?"

"Kata siapa kita ngga seiman?"

"Hah?!?"


Keledai ngga akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, mungkin saya adalah jelmaan siluman keledai. Mengulang lagi kisah pada orang yang (mungkin bukan) potensial calon suami. Dibesarkan sebagai Kaum Nasrani tentu saja mengharapkan suami yang juga Nasrani. Saya rasa semua agama pun demikian. Eh, kok malah jadi curhat. 

Saya cukup tertegun ketika si gebetan mengeluarkan pernyataan di atas. 
Kerap kali saya mengucapkan calon suami seiman. Ada satu hal yang luput dari pemahaman saya mengenai iman. Iman berhubungan dengan ketetapan, keyakinan hati, kepercayaan akan kebenaran Tuhan. Nah, ini yang menjadi pembeda Tuhan yang dipercaya berdasarkan agama yang dianut. Orang beragama belum tentu punya iman, sedangkan yang beriman pasti beragama. Bukankah memang perbedaan selalu lebih ditonjolkan daripada mencari persamaan?

Perbedaan oh perbedaan bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. 

Sementara dua hal itu sih yang bikin saya tertegun, duduk terdiam, dan berusaha lebih mengerti bahwa segala sesuatu bukan cuma dua sisi. Ada di depan, belakang, atas, bawah. Kita sebagai individu berada di tengah pusaran dari lingkaran yang mengeliingi. Dan kapasitas otak manusia mampu menampung, mengolah, dan mencerna informasi baru dari berbagai sisi. Masih banyak pengetahuan tersembunyi yang menunggu dibuka pintunya. Bayangkan! Ngebayanginya saja lagi-lagi bikin saya tertegun.

Ceritanya ini lagi pose Tertegun

***

Kalau kamu, hal apa yang bikin tertegun?

8 comments:

  1. baru mampir udah suak sama tulisannya :)

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Hahahaa .... padahal tulisan biasa.
      Jangan kelamaan tertegunya yak :P

      Delete
  3. HAH, gitu ya? *muka tertegun*
    eh btw,, itu ilustrasinya lebih ke galau kayanya,,,
    di bayangan saya kalau tertegun tuh mata melongo, mulut terbuka,,, terus satu alis narik ke atas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan tertegun menurut artian penulis. He he he terjemahan bebas.

      Jangan terlalu terbuka mulutnya, ntar dikira gua ama lalat. :D

      Delete
  4. *tertegun......... lama*

    maaf, otak saya belum nyampe. ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whuaa uda lama ngga bca komen dari ponakan ...:D

      Delete