30 January 2015

Menikmati Sore di Tebing Keraton

Kota Bandung merupakan salah satu destinasi yang paling diminati, khususnya yang berasal dari Kota Jakarta. Menurut data dari Jasamarga, jumlah kendaraan yang masuk ke Bandung dari pintu tol pasteur menjelang weekend rata-rata mencapai 20.000 kendaraan. Bayangkan!!!

Daya tarik Kota Bandung bagi wisatawan memang terletak di wisata belanja dan kulinernya. Sedangkan wisata alam dan wisata pantai justru letaknya sebagian besar di Kabupaten Bandung. Salah satunya yah Petualangan si Kuning Mengejar Sunset Pantai Jayanti beberapa waktu yang lalu.

Sebagai warga Bandung (asli), menjelang weekend dengan padatnya kendaraan dari luar kota membawa dampak jadi betah di rumah. Malas menghadapi macetnya di jalanan. Dampak dilematis, soalnya malas juga di rumah. 

Nah! Ada alternatif lain untuk keluar rumah tanpa bermacet-macetan, sekaligus dapat menikmati pemandangan perbukitan Bandung. Ada sih sedikit macet ... dikit aja kok. :D

Petualangan sepatu kali ini giliran si silver. Langsung intip petualangan si silver, yuk!


Makan Nasi Merah Sangkan Hurip, Punclut

Sebelum memulai perjalanan, si silver mampir dulu untuk makan siang di Punclut yang memang terkenal dengan masakan khas Sunda dan nasi merahnya. Nasi merah itu bagus banget loh buat yang lagi diet. #infopenting

Setelah kekenyangan, si silver memulai perjalanannya menuju Tebing Keraton. Petualangan yang sekarang tidak sejauh yang pertama (117 KM), hanya 11 KM sekitar 30 menitan. :D

Peta menuju lokasi

Perjalanan menuju Tebing Keraton

Nampak pemukiman Desa Ciburial

Jalanan mulai jelek, sakin jeleknya fotonya pun blur #alibi

Si silver ama partner adventur, si coklat

2014-08-05 17.49.11
Papan petunjuk 

Pemandangan menuju Tebing Keraton

Semakin mendekati lokasi, semakin banyak bebatuan di jalan 

Tiket Masuk Tebing Keraton

Warung tempat istirahat


Akhirnya sampai juga di Tebing Keraton. Ada beberapa hal 'wow' dan 'wew' dalam petualangan si silver.

Wow itu ketika di perjalanan si silver disuguhkan dengan pemandangan bikin mata jadi segar. Justru pas memasuki kawasan Tebing Keraton malah mendapati padat pemukiman, ini yang bikin rasa 'wew'. Kalau dilihat dari sisi ekonomi, jelas dengan adanya Objek Tebing Keraton, penduduk setempat mendapatkan manfaat tambahan penghasilan. Mereka bisa berjualan, jadi tukang ojek, tukang parkir, penjaga pintu masuk, bahkan guide lokal. Akan tetapi, jika tidak disertai dengan manajemen yang baik hasilnya malah jadi terkesan kumuh.

Loket pintu masuk hanya berupa satu tenda terpal dengan satu meja dan banyak kursi. Mungkin, penjaganya ngga mau kesepian jadi yang nemeninnya banyak. :D

Pintu Masuk Tebing Keraton

Sekilas tentang Tebing Keraton, atau ada juga yang menyebutnya Tebing Karaton adalah sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Letaknya di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa barat.

Tebing Keraton berada di ketinggian 1.220 mdpl. Menurut informasi setempat, Tebing Keraton ini baru diresmikan pada Mei 2014. Dinamakan dengan Keraton karena identik dengan kemewahan, kemewahan dalam arti dapat menyaksikan pemandangan menakjubkan di daerah patahan lembang.

Walaupun baru diresmikan Mei tahun lalu, objek wisata Tebing Keraton banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal. Jumlah wisatawan yang datang saat weekdays sekitar 500 orang sedangkan weekends bisa mencapai 2000 orang. Wow!

Si silver ngga bisa ngebayangin ada 2000 orang di sana, pasti harus sabar menunggu untuk mendapatkan foto dengan latar pepohonan pinus tanpa ada sekelebat orang lain. :D


Jalur masuk

Foto jalur masuk di atas merupakan salah satu hasil dari pengembangan Tebing Keraton yang dikelola oleh Kepala Balai Tahura. Terlihat masih baru! 

Papan Informasi mengenai Tebing Keraton

Informasi mengenai objek wisata yang dikunjungi itu penting, sayangnya papan informasi mengenai Tebing Keraton hanya berupa spanduk yang ditempel di papan kayu. Dan wisatawan yang kurang menghargai hal itu malah menorehkan kata-kata yang sebetulnya ngga perlu. Sangat disayangkan.

Satu hal dari berbagai hal lain yang sangat menggangu dalam suatu objek wisata adalah sampah! Wisatawan sadar lingkungan pasti akan buang sampah pada tempatnya. Masalahnya ada ngga tempat sampahnya?
(Sebenernya bukan masalah juga sih, kan bisa disimpen dulu sampahnya, begitu ketemu tempat sampah baru dibuang. Seharusnya begitu kan yah? Iyah!)


Tempat sampah ala kadarnya :D

Area Tebing Keraton cukup luas dan si silver cuma nemu SATU tempat sampah di dekat area tebingnya. Mungkin, masih dalam tahap perencanaan pengembangan kali yah? He he he.


Tempat dia (seharusnya) bukan di situ


Botol minuman kosong ditemukan tergeletak di atas dedaunan. Ngga cuma botol minuman, bungkus snacks, bungkus rokok, dan puntung rokok juga banyak ditemukan di sela-sela pagar pengaman. Padahal jarak sampah-sampah itu hanya sekitar lima-enam langkah doang dari tempat sampah! :(

Terlepas dari permasalahan sampah yang tak akan habis dibahas, pihak pengelola nyatanya sudah terbukti melakukan rencana pengembangannya dengan adanya retribusi, zonasi warung, area parkir, pintu dan tiket masuk, pagar pengamanan, tangga di jalur masuk. Dan mungkin fasilitas lainnya seperti infrastruktur masih dalam tahap pengembangan, yah maklum lah umurnya kan belum setahun. :D

Anyway, menikmati sore dengan hamparan pepohonan pinus di tengah kota Bandung itu aaaahhh ... sungguh menenangkan raga sampai jiwa. Rongga dada pun penuh, takjub akan keindahan alam yang diciptakanNya.


Jejak si silver di Tebing Keraton

Jejak si coklat, temen petualang


Enjoy the view!



Panorama Tebing Keraton

***


4 comments:

  1. emang susah banget buat nyadarin org supaya buang sampah di tempatnya ya mbak, dimana-mana problemnya pasti sampah, di Sumut juga gitu. btw, bagus tempatnya, ntar kalau saya main ke Bandung, pengen kesini ah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sampah selalu jadi masalah yang gampang-gampang susah untuk diatasi.
      Kalau main-main ke Bandung, kabarin yah nanti aku ajak ke sana.
      Terima kasih udah mampir. :)

      Delete
  2. Tempatnya syik untuk traveling ya kak.

    ReplyDelete