05 August 2013

Puasa Day#25 : Sahabat

Rasanya saya tidak perlu menjabarkan arti sahabat itu apa? Kalian dapat mendefinisikannya sendiri secara gamblang menurut persepsi dan atau pengalaman masing-masing mengenai sahabat, persahabatan. 
Punya banyak teman, teman dekat, belum tentu memiliki seorang sahabat. Kadang kamu menganggap seseorang adalah sahabatnya kamu sementara orang itu hanya menganggap kamu teman biasa, ada. Pun sebaliknya. 
Bagi saya pribadi, sahabat mempunyai peringkat paling tinggi dibandingkan teman dekat. Bukan bermaksud untuk mengotak-ngotakan pertemanan. Hanya saja ada kalanya sesuatu (apa pun itu) tidak bisa diungkapan kepada seorang teman dekat apalagi sebatas kenalan. 

Sebelumnya saya pernah menuliskan "Kisah Empat Sahabat" di sini. Sebuah tulisan tentang para sahabat dan saya sendiri dalam proses pencapaian resolusi 2012 lalu. Tak terasa persahabatan kami sudah delapan tahun. Namun, setiap kami berkumpul berempat (jarang banget kami dapat berkumpul utuh, empat-empatnya ada) selalu saja menemukan hal baru atau hal yang baru tahu kami ketahui.
Seperti Riri yang ternyata alergi terhadap seafood.
Seperti Nene yang ternyata perfeksionis dibalik sifat lugunya.
Seperti Icha yang selalu mempunyai paham pemikiran di luar kebanyakan orang.
Dan sepertinya mereka engga pernah sadar kalau saya alergi kacang.

Kebetulan Sabtu kemarin Riri datang ke Bandung dan kami bertiga sedang tidak ada acara lain. Momen yang jarang sekali ditemukan ini tidak akan kami sia-siakan.
Jujur, kami berempat adalah empat kepribadian yang berbeda dan saling mendominasi. Berbeda dalam cara pandang, pola pikir, pekerjaan, tipe cowok, jenis film-musik, makanan, segala hal pokoknya. Soal pemilihan makanan misalnya dapat memakan waktu lama dan saling gontok-gontokan untuk mencapai kata mufakat.

Riri : Lapar. Pecel lele enak kayanya.
Icha : Pengen yang berkuah.
Nene : Sushi aja!
Saya : Engga suka sushi!
Nene : Ada ramen, ada bento, ada yang berkuah juga. Hayu lah!
Riri : Pecel lele!
Saya : Ada cappuccinonya engga?
Riri : Kopi item?
Icha : Coklat?
Nene : Errrr! Kalian makan atuh! Ngopi aja sik!
Icha : Hayu atuh!
Riri : Yuk ah!
Saya : Ennngg, tapi tapi tapi
Nene : Udah hayu ikh!!!

Jadilah kami ke apa tuh namanya kalau engga salah Tako Ichi setelah berdebat setengah jam. Nene pesan sushi. Icha pesan misu tohu, Riri dan saya pesan ramen setelah memandangi menu beberapa menit lamanya. Eh, maaf ada satu orang engga kesebut; Reni, Adiknya Riri yang memesan sushi juga. Duh! Heran pada doyan makanan mentah. (..")

Pesanan kami :D

Menyenangkan bersahabat dengan mereka (ya kalo lagi pada happy) sekaligus mengerikan sebab kalau kalah suara bakal jadi pihak yang dibully. Ternyata ada begitu banyak perbedaan yang signifikan di antara kami tapi justru itu yang membuat kami bisa dekat dari dulu hingga sekarang. Kalau kata Icha, kita adalah potongan-potongan puzzle yang berbeda sehingga jika disatukan akan membentuk satu kotak utuh. Intinya adalah penerimaan sebagaimana baik-buruknya karakter sahabat kita. Dengan catatan, jangan pernah sungkan untuk menegur jika buruknya sudah kelewatan. Gituh! :D

Eva, Nene, Icha, Riri :D

Nah, kalau kamu apa pengalamanmu dengan para sahabat?

***

2 comments: