11 February 2013

Sebab Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

Tiba-tiba ada rasa malu yang menyelinap karena beberapa peserta tiga puluh hari menulis surat cinta menuliskan surat untuk wanita terhebat dalam hidupnya dan aku masih belum juga menuliskannya.

Hari ini kutuliskan sebuah surat untukmu, Mama.

Mam, maaf yah jika aku masih belum bisa bangun sepagi yang Mama harapkan. Iya, iya aku tahu bahwa sudah selayak dan sepatutnya anak perempuan bangun pagi jika tidak ingin rejekinya dipatok ayam. Tapi kan aku sama ayam suka begadang bareng dan sudah membuat perjanjian untuk tidak merecoki wilayah rejeki masing-masing. :D

Untuk urusan masak memasak aku serahkan sepenuhnya sama Mama semua aja deh walaupun Mama kerap kali bilang anak perempuan harus bisa masak biar nanti si suami betah di rumah ngga jajan di luar. Mam, masih ingat saat aku akhirnya mau mencoba membantu masak di dapur. Kacau. Potongan sayur yang terlalu besar atau kekecilan, bentuknya tidak sama dengan yang lain. Bagaimana aku tahu kalau kentang harus dipotong dadu atau wortel yang dipotongnya menyerong. Belum lagi ulekan sambel tak kunjung halus malah belepotan bikin tangan panas. Mama jadi kerja dua kali kan untuk membetulkan hasil kerjaku. Makanya aku bagian beres-beres rumah aja deh. :D

Nah, Mam menyetrika baju adalah bagian dari beres-beres rumah yang paling kubenci! Terkadang aku sengaja pulang larut malam saat kulihat tumpukan jemuran tersenyum penuh arti sebelum pergi kerja. Karena aku tahu Mama pasti ngga tega nyuruh aku yang baru pulang kerja teramat malam tuk setrika baju. Maaf yah Mam. Ngga perlu dimaafin Mam karena nampaknya akan kuulangi lagi untuk jangka waktu yang belum bisa dipastikan. :D

Mama ngga tahu sih ada semacam percikan kebencian yang meletup-letup antara aku dan setrikaan. Sudah berapa kali kucoba mengalahkannya namun sayang dia yang selalu keluar menjadi pemenangnya. Dan akhirnya hanya Bioplacenton yang menghiburku. Mendinginkan jejak kemenangan si sialan setrika itu di tanganku.

Meskipun aku suka mangkir untuk ikut andil dalam urusan beres-beres lantas tidak membuat aku lupa akan makanan kesukaan Mama. Mie Baso. Kan aku suka bungkusin Mama seporsi kalau aku pulang malam dan lupa kasih kabar. :D

Mengenai hal lupa ini memang mengganggu aktivitasku, Mam. Kenapa yah si lupa ini sering kali nempel terus, ngikutin kemana saja langkahku berjalan padahal aku sudah bosan dengannya. Ah, Mama ngga tahu sih banyak barangku yang tiba-tiba raib karena aku lupa menyimpannya dimana.

Selidik punya selidik, kata Embah Putri -Mamanya Mama- dalam suatu acara keluarga pernah cerita bahwa Mama waktu gadis juga susah bangun siang, ngga bisa masak. Ada saja panci yang terjatuh, penggorengan yang rusak, dan yah intinya ngga bisa kerja. Belum lagi Mama juga nyatanya pelupa, suka dimarahin sama Embah karena ada saja barang yang tertinggal entah dimana. :D

Hehehe, konon buah itu jatuh ngga akan jauh dari pohonnya. Berarti Mama ngga perlu khawatir lagi yah Mam karena akan tiba waktunya aku juga akan berubah. Seperti Mama yang sekarang jago masak dan ahli mengurus rumah serta keluarga. Teman-temanku saja nagih sambel buatan Mama yang maha dahsyat super pedasnya sampai bikin kuping mendeking. :D

Suatu saat nanti aku yang akan masak untuk Mama.
Yah nanti nanti lagi tapinya.
Always love you, Mam :*

Tertanda,
-Anak perempuan Mama-


3 comments:

  1. Iya, Mama ngerti kok. Baksonya mana? wkwkwkwk :))

    ceritanya bagus, tante.. jujur dan apa adanya, aku sukakkk!

    ReplyDelete
  2. Sorry, jangan suka sama gueh. Udah punya pacar. Pfftt. He he he iya yah aku memang keren. Lah. Thank u errr yah oke ponakanku :p

    ReplyDelete
  3. yaelah, suka sama ceritanya kaliii bukan suka sama tante. HIH!

    ReplyDelete