12 February 2013

Bungkam

Dapat melihat sosokmu adalah anugrah dari Tuhan yang dapat kunikmati. Mengenalmu lebih dalam merupakan kebahagiaan tersendiri yang kurasakan. 

Hanya saja aku mengalami sedikit kesulitan dalam berkata-kata. Setiap menatap mata bulat hitammu, rasanya seekor kucing baru melahap lidahku. Setiap melihat gerakan bibirmu yang kadang sampai mayun-mayun dengan sedikit muncrat sakin semangatnya kau membicarakan sebuah topik dan atau bibirmu yang ditekuk membentuk bulat sabit karena kau kesal terhadap suatu perkara, rasanya waktu seakan berhenti menenggelamku bersama bibirmu.

Tanganmu pun menari-nari ke segala arah mengikuti irama bicaramu, kadang menyentuh gelas hingga tertumpah, menyentuh bara api rokokmu sendiri atau bara api rokokku, terlebih secara tidak sengaja menyentuh tanganku dalam hitungan detik. Kita telah bersentuhan. Rasanya ada sengatan listrik mengalir deras di dalam sel-sel darahku mematikan syaraf otakku hingga beku membuat lidahku kelu menjadikanku bungkam seribu bahasa setiap kali berdekatan denganmu.

Aku tidak mau mengecewakanmu dengan mengucap kata-kata yang sudah di ujung lidah yang sudah tak terbendung lagi setiap kali melihatmu. Sebab aku tahu kau mencintai gadis lain. Maka aku memilih bungkam.

***


2 comments:

  1. Baru aja selesai membaca post di atas dengan mimik wajah serius *terhanyur* *kemudian bungkam*
    Nice writing, tante! :))

    ReplyDelete
  2. Beberapa orang memang lebih memilih untuk bungkam. *agak aneh yah klo mendadak ngomong serius ama u* Kiss kiss kiss.

    ReplyDelete