08 July 2011

FOBIA



“ Pah, Mamah udah telat tiga minggu nie! “
“ Akh, yang bener Mah? Besok kita periksa ke dokter yah? “

Lalu pasangan muda ini pun melebur harapan kebahagiaan dalam pelukan.
Bagi pasangan muda yang sudah menikah tentu saat telat datang bulan akan mendatangkan suatu kebahagiaan, dimana akhirnya cinta mereka membuahkan suatu hasil, buah hati.

Jika pasangan muda ini belum menikah? Tentu reaksi dan responnya akan berbeda, betul?
Tidak! Saya tidak akan membicarakan lebih lanjut tentang bagian ini apalagi menghakimi perbuatan mereka.
Yang akan saya tulis disini adalah suatu pengalaman yang saya rasakan dan alami sendiri.

Kalian punya fobia? Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia
Hal disini bisa berbagai macam dari benda – benda sampai binatang.

Nah, ayah saya mempunyai fobia terhadap anak – anak. Mulai dari anak ayam, anak kucing, anak tikus, sampai dengan anak manusia, bayi. Hal ini bukanlah menjadi suatu perkara yang besar saat dirinya masih melajang. Tetapi setelah mempunyai pacar dan melanjutkan hubungan yang lebih tinggi sampai tingkat pernikahan lalu istrinya yang tak lain adalah ibu saya dinyatakan positif, hamil. Disitulah hal ini menjadi suatu permasalahan.

Saat ibu saya hamil, semua berjalan dengan lancar dan indah tidak ada ketakutan apa pun yang dirasakan hanyalah kebahagiaan. Memasuki usia tua kandungan, samar – samar ketakutan itu muncul.
Detik – detik saat si jabang bayi yaitu saya akan keluar, ayah saya sangat kuatir. Kuatir karena ini istrinya akan melahirkan untuk yang pertama kali, kuatir karena tak ada yang mendampingi, kebetulan orang tua alias nenek dan kakek saya sedang berlibur, kuatir karena si bayi sumber ketakutannya akan keluar.

Setelah saya menghirup udara di dunia ini, masih merah dan kecil, ayah saya masih belum dapat melihat dan memegang buah hatinya. Saat itu tentu saja saya tidak sadar, tetapi dia berusaha mengalahkan rasa takutnya sendiri. Beberapa bulan kemudian, saya digendong, dibelai, dan dicium oleh sang ayah yang berhasil keluar dari cengkraman ketakutannya.

Tidak ada dokter atau ahli terapis, tidak ada buku sebagai panduan, tidak ada terapi, tidak ada dukun, tidak ada hipnotis, tidak ada obat … rasa ketakutan itu hilang dan sembuh dengan sendirinya … karena si bayi si sumber ketakutannya itu adalah anaknya sendiri.


Dan kalian tahu? Fobia itu ternyata menurun pada saya. Saya amat sangat takut melihat ibu – ibu yang sedang hamil tua, saat perutnya membesar dan seluruh badan menjadi bengkak. Saya tidak sanggup membayangkan ada mahluk hidup disana. Bergerak –gerak sesuka hati terkadang menendang dengan kerasnya hingga menimbulkan kesakitan. Pola makan dijaga dan diatur, tidak boleh kecapaian, harus banyak jalan, tidur susah, bergerak menjadi tidak leluasa, dan masih banyak lagi aturan - aturan demi menjaga si jabang bayi. kerap kali terdengar keluhan dari mereka.


Menulis kata – kata ini saja sudah membuat saya mual dan sakit kepala. Tidak, saya tidak bisa membayangkan hal itu. Semuanya diluar logika kamus saya.
Mungkin, hal ini akan sembuh dengan sendirinya saat saya benar – benar mengalaminya. Persis seperti apa yang ayah saya alami.

No comments:

Post a Comment