02 October 2014

Be Brave

Say what you wanna say
And let the words fall out
Honestly I wanna see you be brave
With what you want to say
And let the words fall out
Honestly I wanna see you be brave


Tahu penggalan lirik di atas?
Kata-kata di dalamnya mengingatkan saya akan suatu kejadian yang kerap terjadi di sekeliling kita. Iya gitu? Iya banget! Emangnya kaya gimana? Gini nih ....

A : Eh, nanti sore sibuk ngga? Boleh minta tolong anterin ambil barang di rumahnya si D.
B : Hemmmmpp ....
A : Bisa yah? Pleaseeee, anterin lah.
B : Ya udah deh.
A : Oke, Aku jemput jam 3 yah.

Kemudian si B ini cerita sama temennya kalau dia sebenarnya keberatan anterin si A karena satu dan lain hal. Temannya yang mendengarkan pun berasumsi kalau B dipaksa dan kemungkinan besar akan mempunyai persepsi yang negatif terhadap A. Seandainya temannya ini menceritakan kembali kepada orang lain apa yang B rasakan, tentu saja outputnya akan berbeda. Dan seterusnya dan seterusnya ... terus ... terus ... terus sampe mentok #lah.

Atau gini ...

Suka banget sama satu orang, sukanya pake banget! Kerjaannya stalking akun sosmed orang itu. Tahu banget kegiatannya dia mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Pasang status yang menunjukkan proses pendekatan sudah sejauh mana dengan si dia (yang bahkan orangnya aja ngga ngeh kalo lagi di deketin). Sampai akhirnya si dia malah pacaran ama orang lain. (((sakitnya tuh di sini))).

Atau ...

Melihat, mendengar terlebih lagi merasakan adanya perlakuan kekerasan dalam berhubungan. Rasa takut yang menyelimuti akhirnya malah memilih untuk diam dan hanya bisa menangisi keadaan. 

Tiga hal di atas cuma sebagian kecil dari banyak kejadian yang sering banyak dialami oleh saya, hemph kita semua kayanya. Hal-hal seperti itu bisa dihindari atau malah dihentikan jika kita mau speak up alias ngomong dong kalau keberatan, yah bilang kalau ngga suka. Suarakan pendapat kamu jangan cuma di simpan di dalam benak lalu bergumam ke kanan-kiri.

Masih ingat kejadian Mei 1998, puncaknya reformasi di mana semua orang bersatu untuk menyuarakan apa yang ada di dalam benaknya setelah terkukung selama 32 tahun. Yaelah ngga usah serius gitu kali.

Maksudnya ngga usah sampai mengerahkan masa terus demo hanya untuk menyuarakan pendapat. Mulai dari hal yang paling sederhana dulu aja, kamu berani untuk berkata " Tidak"  atau " Iya" tentang sesuatu, apa pun itu. Ngga perlu menggunakan kekerasan dalam menghadapi persoalan. Otot  (terlatih) itu miliknya binaragawan. Ngga perlu ngeluh, ngomel karena kamu merasa ngga punya keberanian untuk mengubah keadaan. Keberanian yang diperlukan dimulai dari belajar berani untuk bicara. 

Yuk ah, coba lihat video dari Sara Bareilles dan resapi liriknya. 
Belajar berani untuk mengeluarkan pendapat!






***

1 comment: