29 October 2012

Selagi Kau Terlelap


Jam menunjukkan angka 02.00 pagi di tempatmu.
Kau pasti sedang membereskan sisa-sisa abu rokok di atas meja kerjamu.
Mengumpulkan dan menyatukannya ke dalam asbak bersama puntung rokok lainnya.
Membuangnya ke tempat sampah di belakang,
Untuk kau bakar pagi nanti beserta sampah yang lainnya.
Mematikan komputer setelah menutup jendela rapat-rapat.
Keluar dari ruangan sambil membawa cangkir yang hanya berisi ampas,
Meletakkannya di tempat cuci piring begitu saja.

Jam menunjukkan angka 02.00 pagi di tempatku.
Gelas kopi tanpa ampas masih setengah gelas.
Berkutat dengan kata-kata yang kadang mengalir deras,
Kadang tersedat, kadang terbendung,
Mencoba merangkainya menjadi kalimat yang utuh,
Dan akan kupersembahkan untukmu.

Jam menunjukkan angka 03.00 pagi di kamarmu.
Kamar yang hanya berisi lemari baju dan kasur.
Tidur meringkuk ke arah kanan,
Menghadap tembok.
Tangan kirimu memeluk guling,
Tangan kananmu tersembunyi dibawahnya.
Seakan ingin menggapai (si)apa di sana.

Jam menunjukkan angka 03.00 pagi di kamarku.
Kopi dalam gelas sudah tandas.
Kantuk belum juga datang.
Kedua tangan masih menari di atas keyboard.
Berharap segera terlelap,
Merasuki alam mimpi dimana kau sudah menunggu.

Jam menunjukkan angka 04.00 di kamarku.
Sayup-sayup adzan subuh memanggil,
Jiwa-jiwa yang haus akan kebutuhan padaNya.
Kantuk masih enggan datang,
Ada yang menunda kehadirannya.
Mungkin, kantuk tahu
Tulisan ini harus terselesaikan.

Jam menunjukkan angka 05.00 di kamarku.
Sebersit sinar menyeruak melalui jendela,
Yang kubiarkan tanpa tirai.
Malam telah direnggut.
Suara ayam menyambut pagi.
Kantuk sudah di pelupuk mata.
Kumatikan laptop.
Gelas kubiarkan di atas meja.
Menyusup masuk dalam selimut,
Meringkuk ke arah kiri,
Tangan kanan memeluk guling,
Tangan kiri tersembunyi dibawahnya.

Jam menunjukkan angka 07.30 di kamarmu dan kamarku.
Wajahku mengarah ke kiri,
Wajahmu masih menghadap ke kanan.
Karena jika kau membuka mata nanti,
Ada aku di hadapanmu.
Dan di bawah guling ada tangan kita saling menggenggam.

Tiada yang lebih indah dan manis,
Saat dua manusia terbangun dari lelapnya malam,
Dengan rambut acak-acakan,
Wajah mengkilap,
Tubuh berkeringat,
Menyapa, “Selamat pagi kamu, bau acem.”
Tersenyum sambil mengecup kening.

***

2 comments: