Hai kamu Kota Kelahiranku ...
Malam ini, tiba – tiba saja aku merasa tersentil dan jadi sentimental karena rindu padamu. Ikut serta dalam proyek #30harimenulissuratcinta ditengah pekerjaan yang banyak itu suatu tantangan tersendiri bagiku dan apalagi hari ini tema yang diangkat oleh @PosCinta yaitu surat cinta untuk kota. Kota apa yang paling berkesan selain kota kelahiranku sendiri. Yah karena aku tidak pernah berkunjung ke kota yang lain ... kenangan demi kenangan langsung berseliweran di dalam pikiranku. Aku akui, dulu memang ingin segera pergi dari sini. Aku bosan dengan orang – orang yang sama, lingkungan yang sama, kehidupan yang sama, aku bosen tinggal di sini.
Saat aku SMA, ingin rasanya nanti bekerja di Ibukota dengan menggenakan kemeja ber-blazer, rok sepan, sepatu high heels dan melenggang lenggok keluar masuk gedung – gedung pencakar langit. Menginjak Kuliah rasanya Ibukota terlalu berat, Bali merupakan prioritas utamaku. Tidak pernah ada kata cukup untuk berlibur di sana, terlalu banyak tempat hiburan yang ditawarkan, rasanya bahagia jika aku dapat kerja di sana, lagipula kau tahu kan, banyak wisatawan asing di sana. Siapa tahu saja salah satu dari orang asing itu adalah jodohku.
Setelah aku bekerja sekarang, semua cita – cita itu tinggal angan belaka saja. Aku masih tetap tinggal di sini, bekerja di sini, di kota yang melahirkan dan membesarkanku. Jenuh! Kota ini terlalu kecil, aku akan bertemu siapa saja dimana saja. Bertemu teman baru pun terkadang masih ada hubungan dengan saudaranya ini, saudaranya itu, temannya ini, temannya itu. Tampaknya semua orang saling mengenal. Aku ingin keterasingan.
Yah, dan ternyata Tuhan menjawab doaku beberapa tahun kemudian. Aku mendapat project cukup besar yang mengharuskan aku untuk bekerja keliling 7 Kota selama 1 bulan. Kau tak akan pernah tahu betapa luar biasa senangnya aku. Bayangkan 1 bulan di kota A lalu 1 bulan lagi di kota B dan seterusnya sampai 7 kota. Kota – kota yang hanya aku lihat di televisi, di koran, di internet ... dan sekarang aku menuju kesana ..... akhirnya.
Jakarta, adalah kota yang pertama. Melihat gedung – gedung perkantoran seakan membawaku ke masa lalu dimana aku menjadi bagian di dalamnya. Untunglah, keinginan itu tidak tercapai. Aku tidak bisa menjadi bagian dari mereka – mereka mahluk metropolitan. Kehidupan disini selalu dikejar – kejar oleh waktu, mereka diburu oleh waktu bahkan pada saat jam makan! Gedung – gedung itu memang memukau dan aku selalu terpukau namun diantaranya masih ada perkampungan kumuh dengan gang – gang yang tertutup sampah. Aku kira kehidupan di sini tidak akan jauh berbeda dengan kamu, kota kelahiranku. Keterasingan ternyata rasanya tidak sebahagia dalam pikiranku, menjalani hidup sendiri di Kota yang asing ini adalah sebuah perjuangan.
Hari ini adalah hari terakhir aku di sini sebelum menuju kota kedua, Surabaya. Melelahkan sekaligus menyenangkan. Tapi, aku sudah terkena sindrom homesick. Rasanya aku kembali sebentar saja untuk melihat keadaanmu. Aku rindu menghirup udaramu, rindu makan peuyeum, rindu makan batagor, rindu makan molen kartika sari, rindu minum cendol, rindu pada vikingku dan menjadi bobotoh, rindu belanja berdesak – desakan di pasar baru, rindu jalan – jalan di Cipaganti yang walaupun selalu macet namun teduh karena masih ada rindangnya pohon, rindu nongkrong di cafe dago pojok, rindu padamu kota kelahiranku, Bandung.
No comments:
Post a Comment