Ketika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, apa arti kebanggaan bagi saya? Terus terang saya agak mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Ada banyak kejadian yang membuat saya merasa harus bangga pada diri sendiri. Pasalnya adalah saya termasuk tipe orang yang sederhana, yang cepat puas terhadap kinerja diri sendiri kemudian membanggakannya kepada orang lain.
Contoh, saat pertama kali naik angkutan umum sendiri ke sekolah, saya luar biasanya bangga atas keberanian dan kemandirian saya. Namun, respon teman-teman ketika mendengarnya menganggap hal tersebut adalah sepele, tidak ada yang patut dibanggakan dari seorang anak yang naik angkutan umum.
Mereka berpendapat seperti itu karena tidak tahu latar belakang saya yang terbiasa diantar-jemput oleh supir jemputan sebelumnya.
Nah, bayangkan seorang anak yang mau sekolah tinggal menunggu jemputan datang ke rumah, duduk manis di mobil, lalu sampailah ke sekolah. Begitu pun ketika pulang sekolah diantar hingga ke rumah.
Sampai ada kejadian, supir jemputan mendadak sakit, tidak ada satu orang pun yang dapat mengantarkan ke sekolah. Masa iya jadi tidak sekolah? Sejujurnya, ya lebih baik bolos karena ketidaktahuan jalan menuju ke sekolah belum lagi ketakutan tersesat, diculik, dan sebagai sebagainya. Namun, ada sesuatu yang menggerakkan si anak ini untuk bisa ke sekolah bagaimanapun caranya.
Jadi, sudah sepantasnya saya merasa bangga pada waktu itu berani naik angkutan umum dan sampai di sekolah dengan selamat walaupun sedikit telat. :D
Contoh lain, ketika tulisan saya dikritik habis-habisan oleh teman yang kebetulan berkecimpung dalam dunia kepenulisan, yang mengatakan bahwa tulisan saya jauh dari layak, entah dari segi karakter, cerita, diksi, tanda baca, pokoknya tidak ada satu bagian pun yang terlewatkan untuk dikomentarin. Satu hal yang terbersit dalam pikiran saya, bagaimana pun caranya tulisan ini -yang dia bilang tidak layak- harus lolos seleksi!
Dan nyatanya tulisan saya, "Kopi Jingga" lolos seleksi kemudian dijadikan buku Antologi "In The Name Off Love". Siapa coba yang tidak merasa bangga jika karyanya diapresiasi oleh orang banyak? Sudah selayaknya saya merasa bangga, lagipula ini merupakan buku Antologi pertama saya. Silakan cari di toko buku terdekat kalau mau baca, lah malah jadi promosi :D. Iya dong sebagai salah satu bentuk bangga akan hasil karya sendiri.
Kesimpulannya, kebanggaan bagi saya sifatnya personal. Setiap orang pasti punya standarisasi kebanggaannya masing-masing. Perbedaaan standarisasi inilah yang membuat satu kejadian menjadi momen membanggakan atau kejadian lumrah, yang berlalu begitu saja. Ada rangkaian proses sebab-akibat yang menjadi titik awal sebelum kita melakukan suatu perbuatan atau usaha. Perbuatan atau usaha yang hasil akhirnya tentu saja membanggakan.
Jika kita tidak bangga atas jerih payah usaha kita sendiri bagaimana orang lain dapat menghargai dan ikut merasa bangga juga?
Jika kita tidak bangga atas jerih payah usaha kita sendiri bagaimana orang lain dapat menghargai dan ikut merasa bangga juga?
Seperti tokoh Lena dalam Buku Cine Us berharap dapat memenangkan Lomba Festival Film Remaja agar bisa membanggakan dirinya pada teman-teman yang tidak percaya akan kemampuannya.
Sebagai penutup tulisan, mari kita tonton Cine Us Book Trailer :D
Sebagai penutup tulisan, mari kita tonton Cine Us Book Trailer :D
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel CineUs Book Trailer Bersama Smartfen dan Noura Books. Cek di sini untuk lengkapnya.