Dear my Evi,
Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih atas suratmu beberapa hari lalu sebagai salah bentuk perhatian tulusmu untuk aku ... Belahan Jiwa. Maaf, aku baru bisa membalasnya hari ini.
Sungguh surat yang agak bikin sentimentil! Ada beberapa tetes yang jatuh tak tertahankan, mungkin karena lama terpendam atau memang sengaja dipendam. Biarkanlah tugas si hujan saja yang menetes-netes ... walaupun efeknya membawa musibah. Iya kan? Iya!
Eh, bentar efek musibah banjir itu bukan karena perkara hujannya kok! (sebagai Dewi Hujan agak ngga rela disalahin). Tapi lebih kepada ada sesuatu yang tertahan hingga aliran air tersendat.
Apa yang menahan? Siapa yang membuat itu jadi tertahan? Nah!
Sama halnya dengan aliran air yang tertahan ... mungkin hatiku pun begitu, tertahan. Ada sesuatu yang menahan hingga akhirnya ditahan yang kemudian menyebabkan si hati tertahan dalam menemukan belahan jiwa.
Jadi pertanyaannya bukan lagi "Kapan nikah?", "Kapan nyusul?", nampaknya akan lebih mengena jika diganti, "Kenapa belum nikah?", "Kenapa belum nyusul?", "Apa yang membuat kamu belum nikah atau nyusul?" ....
Lucu yah, kadang kita tuh terlalu fokus pada masalahnya, bukan terhadap akar dari inti masalahnya sampai akhirnya menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Dan masalah yang sedang aku hadapi bukan soal pernikahanku saja. Justru itu berada di urutan sekian. Masih banyak yang ingin aku raih di usia yang katakankanlah tidak muda lagi. Terlalu banyak kesempatan yang aku lewatkan, waktu yang terbuang percuma tanpa ada hasil nyata! Entah mengapa bisa begitu? Kenapa baru sadarnya setelah sekian lama membuang waktu?
Ada sesuatu yang menahan hingga gerak-gerikku pun tertahan. Ini yang sedang aku lakukan, Vie ... mencari sumber inti dari apa sih yang menahan gerakanku?
Soal belahan jiwa ... biarkan saja si belahan jiwa mencari jika memang dia ingin mencari. Aku lelah mencari dan menunggu untuk ditemukan.
Semakin berpikir kritis dan realistis, terkadang malah bikin jadi skeptis. He he he
Oawaaalaah, sampai lupa tanya kabarmu?
Sehat? Jumat kemarin kita jumpa tapi tak sempat ngobrol banyak yah?
Banyak kata yang ingin aku tuangkan dalam telingamu.
Kapan aku bisa pinjam telingamu?
With(out) love,
EVAmu
Gambar dari sini |
***