Berdasarkan kamus besar Ironi itu adalah sebuah kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir.
Kejadian ini terjadi beberapa bulan kemarin, entah kenapa baru menuliskannya sekarang. (ini udah termasuk ironi ga sih?). Dimulai saat harus menempuh perjalanan cukup jauh, ceritanya dari ujung ke ujung. Ditemanin dengan motor kesayangan, perjalanan pun dimulai.
Ditengah perjalanan, memasuki Jalan Sudirman yang one-way, banyak sekali terjadi pelanggaran-pelanggaran kecil. Mulai dari becak (yang seharusnya bebas becak), motor, bahkan mobil yang melawan arus jalur one-way ini. Jalan Sudirman kan luas yah, tetap saja terjadi kemacetan karena hal-hal yang sudah saya sebutkan tadi. Belum lagi, beberapa kendaraan yang malang-melintang parkir seenaknya.
Dengan sikap so(k)sial yang tinggi, terbangun suatu draft tulisan di dalam kepala saat masih mengendarai motor. Tulisan yang berisi bahwa kemacetan yang terjadi itu tidak selamanya merupakan kesalahan pemerintah semata yang tidak becus mengatur. Toh, semuanya dikembalikan kedalam diri kita masing-masing yah. Peraturan yang dibuat pemerintah pastinya mempunyai tujuan tertentu, tetap saja tidak akan dapat mengurangi jumlah angka kemacetan karena dilanggar terus oleh pemakai jalan.
Sudah berkali-kali dihimbau tetap saja tidak digubris. Yah, mungkin faktor pemerintah daerah setempat juga tidak tegas terhadap pelanggaran kecil yang terjadi hingga akibatnya sudah fatal saat akan mulai dibenahi.
Saya memang bukan salah seorang yang selalu taat peraturan tapi kalau pelanggaran yang terjadi membuat pemakai jalan terganggu itu lain cerita. Inilah yang saya rasakan waktu melewati daerah itu (jarang lewat jalan itu sih). Dengan mematuhi peraturan untuk tidak melawan jalur, berhenti di tempat yang sudah disediakan, dan berhenti saat lampu sudah merah. Rasanya hal itu dapat mengurangi kemacetan, iya ga sih?
Intinya adalah cobalah patuhi peraturan yang ada, khususnya rambu-rambu lalu lintas. Peraturan sekolah, kuliah, kantor, rumah, dan kost itu lain lagi ceritanya.
Nah, ini dia bagian ironisnya adalah .... tulisan di atas itu masih menjadi kerangka di dalam kepala saya. Posisinya kan masih di atas kendaraan karena perjalanan yang jauh, yah lumayan supaya tidak terlalu terasa jauhnya. Dan tiba-tiba, motor saya dihentikan oleh Bapak Polisi yang sedang bertugas.
"Siang, Bu. Boleh lihat SIM dan STNKnya?"
"Iya, sebentar, Pak." dengan perasaan bingung.
"Ibu tahu kesalahan Ibu apa?"
"Ngga, Pak" Yang saya tahu Bapak salah besar memanggil saya IBU.
"Ibu telah melanggar lampu merah"
So, I named this "Ini Sebuah Ironi"