15 January 2012

Akhir Januariku

Dear Januari,

Kedatanganmu selalu disambut dengan meriah. Semua orang bertahan untuk tidak terlelap demi memeriahkan kedatanganmu. Pesta kembang api di langit malam, suara terompet yang bergema di seluruh tempat, makanan yang tidak ada habisnya di atas meja, berbotol – botol minuman berserakan di lantai. Mereka menantikan kedatanganmu dengan berpesta pora.

Kedatanganmu selalu dihiasi dengan rinai air hujan, beberapa tempat kewalahan menerimanya sehingga mereka harus mengungsi. Maaf, mereka yang mengungsi tidak dapat menyambut kedatanganmu dengan meriah, tapi aku tahu kau akan tetap datang.

Malam ini, Aku menyambutmu dengan berlutut disamping tempat tidur, melipat tangan, dan menutup mata. Setidaknya itu yang diajarkan ibuku saat aku menginginkan sesuatu. Berdoa.

Aku berdoa padamu Januari ....

Terima kasih kau telah datang tepat waktu.
Terima kasih aku masih diberi kesempatan untuk bisa melihatmu, Januari.
Aku datang padamu ... aku ingin terus bersamamu hingga Januari – Januari – Januari mendatang.
Aku tidak bermaksud kurang ajar, hanya saja aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, selalu. Setidaknya ijinkan aku bersamamu, sampai akhirmu Januari.

Lututku mulai kram.

Sekali lagi terima kasih Januari.

Aku harus segera berbaring kembali di tempat tidur. Sebelum tubuhku lunglai dan ketahuan Ibu. Walaupun Ibu sudah bilang berkali – kali bahwa aku bisa tetap berdoa sambil berbaring tapi aku tidak mau, demi menghormatimu, Januari.

Cape sekali rasanya.

Hari ini aku merasa cape sekali padahal yang aku kerjakan hanya berbaring dan berbaring. Mungkin karena secara tidak sengaja tadi siang aku mendengar percakapan Ibu dan Dokter. Mereka berbisik – bisik dan akhirnya pergi karena tahu aku menguping. Tak lama Ibu kembali dengan sisa airmata dan hidung yang merah. Tersenyum, tak menjelaskan apa – apa dan hanya bertanya

“Hari ini kamu ingin makan apa? Apa saja yang kau mau nanti Ibu belikan”.
“Ibu, sudah lama aku ingin makan pizza, spagetti, martabak, ramen, sate kambing, gulai kambing, makanan padang, aku juga ingin minum yoghurt, asinan salak – mangga ..”
“Iya Ibu tahu, satu – satu yah masa kamu mau makan semuanya dalam sehari..”

Lalu kami pun tertawa bersama walaupun aku tahu Ibu masih menangis di matanya dan aku bertanya – tanya.

Apakah sudah tiba waktuku? Aku tidak akan keberatan kok jika memang ini sudah waktuku.
Saat teman – teman lainnya sudah masuk kuliah aku malah terkapar berbaring disini. Aku pun sudah lelah menjalani hal ini, sudah dari lahir aku di diagnosis mempunyai Talasemia memang sudah waktunya aku rela ... ehmp tapi bolehkah aku menikmati hidup ini sampai akhir Januari nanti.

Sudah malam, saatnya aku tidur sebelum suster – suster itu datang dan memeriksaku. Semoga aku bisa melihatmu yah sampai akhir Januari nanti.

Sampaikan salamku pada Januari untuk bangunkan aku besok jika aku terlelap terlalu lama.

Selamat malam dan selamat tidur.

No comments:

Post a Comment