Pagi Ambu ...
Entah sejak kapan dimulainya aku jadi memanggil dirimu Ambu juga ... terbawa suasana mungkin. Bagaimana tidak, semua orang kantor memanggil Ambu, dirumah pun dirimu dipanggil Ambu, dan ternyata di luar sana teman, rekan, relasi, satpam sampai tukang jualan langganan pun memanggilmu Ambu juga. Jadi yah supaya seragam aku ikut memanggil Ambu juga daripada Mba Sheila yang terkadang membuat dirimu agak kikuk jika dipanggil begitu. Awalnya agak aneh, tidak biasa. Tapi, lama – lama terbiasa dan jadi kebiasaan. Lagipula dengan memanggil Ambu berasa hubungan jadi lebih intim, iya ngga sie, Mbu? (Respon Ambu : Menurut L?)
Ngomong – ngomong, kenapa mesti Ambu? Ngga Emak ajah sekalian (eh, jangan deng senior aku yang dulu panggilannya Emak) atau bunda biar terkesan gimana gituh.
Anak – anak kantor sempat kasih jawaban “Kan, Ambu ibunya anak – anak. Kita kan anak – anaknya ambu.” Agak kurang memuaskan sie. Aku tanya langsung pada Ambu, Ambu hanya jawab “Teuink atuh” ehmpp baiklah oke!
Masih penasaran, aku coba tanya om google ajah dech, walaupun terkadang ngga menjawab dengan jelas juga sie tapi setidaknya si om suka kasih referensi yang lain. Dan hasilnya adalah;
Sunan Ambu adalah sosok perempuan gaib penguasa khayangan dalam kepercayaan Sunda Buhun. Namun peranannya lebih dari itu, karena sosoknya juga dianggap sebagai “Ibu” dari kebudayaan Sunda. Arti Sunan Ambu sendiri di dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai “Ratu Ibu” atau “Dewi Ibu”, yang di dalam mitologi masyarakat Sunda yang bermakna sebagai “Ibu” yang merawat tanah air serta lingkungan hidup yang harus dimuliakan.
(source : http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Ambu )
Ehmphh *sambil garuk-garuk*
Pertama kali mendengar kata Ambu itu dalam Filmnya kabayan, suaminya Abah. Kabayan kan film dengan Tatar Sunda yang pastinya berasal dari Sunda, Jawa Barat. Dihubungkan dengan arti kata Ambu (menurut wikipedia) ternyata berasal dari seorang perempuan bernama Sunan Ambu dalam kepercayaan orang Sunda.
Ehmppp *menarik*
Ternyata nama Ambu yang terdengar kolot dan kuno (my personal opinion yah :D) menyimpan nilai sejarah pada kepercayaan Sunda sekaligus mengandung arti yang luar biasa. Ambu dirimu adalah Ratunya Ibu, Dewinya Ibu yang dimuliakan. Tugasmu pada jaman dulu merawat tanah air dan lingkungan agar tetap bersih dan terjaga.
Kalau jaman sekarang susah Ambu, Ibu – Ibu yang merasa dirinya gaul ngga sempat melakukan tugas seberat dan semulia itu. Mereka lebih memilih menghabiskan waktunya dengan arisan dan belanja, apalagi yang sedang mengalami puber kedua, lebih memilih mengurus berondong daripada menjaga anaknya sendiri. Anaknya malah di urus sama babysitter.
Tetapi, Ambu lain ... yah walaupun ada babysitter yang membantu tapi untuk keperluan anak semuanya tetap Ambu lakukan sendiri, dari mandiin sampai antar - jemput kaka. Predikat menjadi Ibu Rumah Tangga tidak mengurungkan niat Ambu untuk bekerja tanpa meninggalkan kaka sendirian dirumah terlalu lama. Tak terbayang dech rasanya menjadi Ambu, mengurus keluarga (suami dan anak), mengurus bisnis Wedding Planner (Janur Kuning Wedding Planner –tssah *promosi), ikut bantu - ikut riweuh pula kalau Apap Dada lagi ada event (iDNA Creative Communication Agency –tssah *promosi lagi), dan kami – kami (apalagi saya) yang selalu menunggu Ambu datang ke kantor tepat pas jam makan siang. Kami juga kan perlu di urus, Ambu. <---- data-blogger-escaped-i="i">saya mewakili suara – suara lirih di kantor *dilemparibarangpecahbelah*
Akhir kata, (dengan balutan perban bekas dilemparin) terima kasih Ambu sudah mau memungut aku di timeline twitter jadi anaknya Ambu. Melalui twitter kita dipertemukan dan melalui twitter pula lah aku kirimkan surat pernyataan kekagumanku pada Ambu. (ini pun kalau #tukangposku @hurufkecil berbaik hati mengirimkannya ke @PosCinta).
Tertanda,
Si Putri (Baru) Ambu
(Respon Ambu : ApaSihVa???????)
No comments:
Post a Comment