11 January 2011

Cintaku di 6 Kota (Denpasar dan Jakarta) #Part5 #Part6

Setelah dimabukkan oleh durian, kita beranjak ke kota ke-5 Denpasar. “saya, belih”

Minggu, 17 Oktober 2010.

Persiapan kali ini agak terburu-buru karena rentan waktunya hanya seminggu dari kota sebelumnya.

Upaya untuk lebih baik lagi tidak pernah absen dari kami. Namun, kembali lagi kepada pihak lokal yang agak sulit untuk di ajak kerjasama. Yah, setidaknya di Kota Bali ini hal-hal yang sudah terjadi di Kota Medan tidak terjadi lagi. Pihak hotel mau bekerjasama dengan baik, walaupun ballroom yang akan kami gunakan lagi-lagi di gunakan untuk resepsi pernikahan sampai malam.

Inilah akhir dari semua awal. Inilah akhir dari sekian lembar yang kalian baca dan inilah akhir dari apa yang ingin kutulis dan berbagi dengan kalian atas nama suka dan duka selama menjalani event roadshow 6 kota.

Kota terakhir, Jakarta “Kemane, Ncim”

Minggu, 7 November 2010

Di kota terakhir ini, saya akui kami, semua tim berusaha untuk melakukan persiapan dengan lebih baik, lebih detail, lebih terkoordinasi. Bukan karena kami sekedar memperbaiki kesalahan –kesalahan yang sudah terjadi di beberapa kota sebelumnya. Kota terakhir ini merupakan awal dari suatu hubungan yang akan berdampak jangka panjang.
Di kota terakhir inilah, tim kami bener – bener di evaluasi. Hasilnya bagaimana … selain berusaha semaksimal mungkin, kami serahkan kepada Yang Maha Kuasa dan kepada BA nya (Brand Associate.red)
Kita lirik dulu persiapannya sebelum menjajaki hari H.

Jumat, barang – barang yang akan dibawa sudah dirapikan di dalam dus yang telah diberi nama dan jumlah serta dikelompokkan berdasarkan kebutuhan. Ini agar memudahkan kami saat loading dock karena pengalaman yang sebelumnya entah mengapa tidak pernah ada yang terpikirkan untuk berbuat seperti itu atau memang tidak ada waktu. Well, akhirnya kami melakukan itu yang berakibat barang yang akan dibawa menjadi lebih banyak.
Selain barang yang telah tersusun, semua form – form sudah tersusun dan sudah di perbanyak.
Tidak lupa kami sering – sering mengadakan meeting atau lebih tepatnya briefing dengan tujuan saling mengingatkan tugas satu sama lain dan bisa disebut juga saling menambahkan atau mengurangi tugas masing – masing.
Sekedar pengalaman pribadi … jam 11 malam saya masih disibukkan oleh segala macam tetek bengek persiapan di kantor dan masih disibukkan kembali untuk pergi mengejar waktu untuk ngeprint.

Sabtu, baiklah saya membuat checklist untuk saya sendiri dan saya rasa semuanya sudah beres.
Karena saya pergi dengan rombongan anak magang yang menjadi panitia siang hari dengan santai saya pergi ke kantor.
Sesampainya di kantor, niat untuk ricek barang – barang, santai sambil menunggu keberangkatan, saya masih disibukkan kembali untuk membeli perlengkapan saat hari H di daerah Cibadak yang letaknya cukup jauh dari kantor dan termasuk daerah padat merayap. Padahal ini tidak ada di dalam ceklist saya.

Jam menunjukkan pukul 15.00 … sesuai jadwal kami segera pergi. Checklist sudah beres, anak – anak di absen sudah hadir semua. Di tengah jalan, teman-partner-atasan event menelepon dan memberitahu bahwa photographer akan ikut bersama rombongan di dalam bis …?????? Akibatnya bis berhenti di tengah jalan dan menunggu agak lama karena kami sempat makan baso dulu.

Oh iya, satu hal yang ingin saya informasikan adalah kami bisa karaoke.
Malam hari, kami sampai di venue … sesuai jadwal kami akan briefing dan gladi resik.
Kenyataannya kedua hal tersebut tidak dapat dilakukan karena venue sedang digunakan untuk resepsi pernikahan. Lagi – lagi kami dihadapkan dengan resepsi pernikahan. Hal ini yang membuat loading dock menjadi terhambat.

Minggu, jam 05.00 venue masih belum bisa clear area.

Jam 06.00 peserta masih bisa dihitung dengan jari. Padahal di kota – kota sebelumnya jam segitu peserta sedang banyak – banyaknya daftar ulang di meja registrasi
Mc susah di brief .. seharusnya dia hanya menyapa peserta secara personal malah langsung membuka acara.
Akibatnya pihak klien beradu argumentasi. Kami serba salah.
Saat talkshow, peserta pindah ruangan karena ballroom yang kami gunakan terlalu besar untuk kapasitas peserta yang jumlahnya tidak melebihi 50 orang. Jadi selama quis berlangsung, tim kami sebagian menata ulang kembali ruangan sebelah untuk dijadikan tempat talkshow.
Untuk menanggulangi kesalahan di kota sebelumnya, kami menyediakan panitia khusus yang in charge untuk operator sound dan laptop yang memang ahli di bidangnya.
Akhir acara sebentar lagi tiba …

Operator sound sudah stand by. Tim kami yang bertugas memegang konventti sudah stand by di posisi masing – masing.

Peserta yang kebetulan jumlahnya sedikit maju kedepan untuk foto bersama dengan klien dan tim kami. Saat mc memberikan aba – aba …
Sound sudah berjalan … konventti siap diluncurkan.

Saya sengaja duduk di barisan kursi peserta yang kosong di belakang.
Melihat semua peserta, panitia, klien di hadapan saya berjajar … disambut dengan konventti dan sound yang menggelegar … tak terasa tetes demi tetes bertumpuk dipelupuk mata. Melihat mereka semua puas dan tertawa gembira. Kegembiraan mereka merupakan keharuan yang saya rasakan.


Disinilah cinta itu harus berakhir.
Berakhir pula juga lah tulisan Cintaku di 6 Kota.

Setiap event selalu membawa kesan tersendiri. Setiap kota selalu membawa kenangan tersendiri. Semuanya berakhir di Kota Jakarta.

Disini (Kota Tua)

Andai waktu mampu ku putar,
Ku ingin menyingkap dimana rasa salahku yang ku buat?
Tiada kata yang mampu ku sampaikan,
Terlalu indah kurasa,
Terlalu sulit ku lupa..

Maaf atas kekurangan yang ku punya,
Terima kasih yah.
Pernah menguatkan,
Menyejukkan,
Membuatku berarti,
Seperti bidadari,

Namun kini bidadari hanya segelincir debu
tak berarti
Hanya mampu menjadi benalu…
Trima kasih yah.
Pernah memilih aku tuk temanimu,
Meski tak sesempurna yang kau mau,
Tak seindah yang semestinya..

Namun sulit ku berdusta
bahwa aku menyayangimu
sepenuhnya..
meski tidak bagimu..
Dan kini..

Sedang ku nikmati setiap detik tanpamu,
setiap detik saat ku bersamamu.

Disini..
ku sendiri,
yang dulu kita pernah berdua
ungkap asa dan cinta
pada bintang yang bertaburan,
lukisan alam yang semakin mengindahkan

Disini
ku telusuri..
sepanjang jalan saat kita bersama
dalam hening malam

disini
tempat kita berpisah..
terakhir kali ku menggenggam tangan,
menangis lirih..

Dan Disini..
Aku menunggumu..
mungkinkah kan kunikmati lagi???
dalam sudut kota tua..
ada cerita aku kamu dan cinta….

-Puisi dari Disini (Kota Tua) oleh Devin_DCHY-

05 January 2011

Cintaku di 6 Kota (Medan) #Part4

Kota keempat, Kota Medan “Ini Medan, Bung!

Minggu, 10 Oktober 2010.

Ini sudah Kota yang Keempat, idealnya segala kesalahan seharusnya bisa di atasi melihat berbagai kondisi di lapangan. Namun, ternyata yang namanya Human Error itu memang selalu melekat. Mari kita ikuti perjalanan dan segala prosesnya selama saya di sini.

- Pertama, kesalahan saya adalah tidak re-cek jumlah nomor peserta. Nomor peserta ini memang bukan buat peserta jadi seharusnya dikembalikan ke panitia. Yah, namanya juga Ibu-Ibu dan saya tidak melakukan re-cek. Jadi, biaya produksi membengkak gara-gara melengkapi jumlah nomor yang hilang; jumlah yang cukup banyak.

- Kedua, seperti biasa loading dock selalu berbentronkan dengan ballroom yang digunakan resepsi. Masalahnya adalah pegawai hotel ini bekerja dengan sangat-amat-teramat lambat. Acara sudah selesai dari jam 23.00, tapi yah sampai jam 02.00 area belum beres juga. Akhirnya tim kami jadi ikut membereskan karena waktu yang sempit. Entah ini kesalahan siapa?

- Ketiga, Terjadi bentrok segitiga antara klien-kami-hotel. Operator sound tidak muncul juga, dari 2 jam sebelum acara hingga acara dimulai. Kami diberi informasi bahwa jam 03.00 tadi Ayah dari operator sound (saya lupa namanya) meninggal dunia. Posisi digantikan oleh operator lighting yang tidak tahu-menahu tentang mengoperasikan sound. Selama acara operator lighting mengoperasikan peralatan melalui telepon. Dalam masa berkabung, dipaksa untuk mengajar kilat tentang peralatan sound. Sungguh terlalu! Ini kesalahan fatal, sebagai hotel bintang 4, mereka tidak punya tenaga cadangan, dan tidak mau repot untuk mencari cadangan.

- Keempat, masalah mengenai konsumsi. Sudah berkali-kali diwanti-wanti agar tidak berlambat. Sudah pula diberi rundown acara. Jam 06.00 dan Jam 10.00, snack box harus sudah ada di meja registrasi. Jam 07.30 baru datang, Jam 11.00 baru ready namun prasmanan karena akan lebih memakan waktu lagi jika harus dimasukkan ke dalam box. Lagi-lagi kesalahan di pihak hotel berbintang 4.

Pihak klien sangat kecewa dengan hal ini, walaupun kesalahan ditangan pihak hotel, kami selaku tim eksekusi acara tentunya bertanggung jawab akan hal ini karena sudah menganggu jalannya acara. Ini adalah kegagalan kami yang terbesar dari kota-kota sebelumnya.

Tanpa mengurangi rasa hormat, kami selaku tim Event dari klien sangat kecewa atas pelayanan Hotel Aston Medan yang sangat tidak profesional. Bukan bermaksud untuk menjelekkan, setidaknya hal ini menjadi suatu bahan pembelajaran bagi kita semua.


***


Diantara kesalahan, kegagalan, kekecewaan, dan keterpurukan itu, saya menemukan cinta saya di Kota Medan ini.
Cinta yang membuat mabuk kepayang, secara harafiah dan hurufiah.
DURIAN!!!
Rasanya seperti bercinta, menemukan jutaan durian dengan harga yang murah.
Jangan tanyakan rasanya, sudah pasti lezat hingga dibuat mabuk!

Setidaknya saya masih bisa menemukan cinta di Kota ini untuk dibawa pulang ke Bandung.

Sampai bertemu di dua kota terakhir.

FRESH SEAFOOD

FRESH SEAFOOD

Ketika matahari terbenam, sinarnya perlahan memudar.
Hanya terdengar deburan ombak dan raungan mesin tua.
Saat itulah dia pergi jauh dari keluarga.
Hanya terlihat harapan bapa akan pulang bawa nafkah.

Berjuang melawan angin malam yang semakin membawanya ke tengah laut.
Jaring yang sudah dipasang umpan bersama si sulung tadi siang mulai ditebar.
Si sulung dan si bungsu melihat lampu petromak semakin mengecil di ujung sana,
Waktunya kembali kerumah dan tidur. Besok pagi akan menyambut nafkah dari bapa.

Peluh keringat diantara angin yang kencang, si bapa mulai menarik jaring itu.
Sinar bulan menghiasi malam ini, meneranginya untuk melihat isi jaring.
Tiba waktunya untuk pulang karena matahari telah bangun.
Jaring hanya lah jaring, tak ada satu ikan pun yang tersangkut.

Si sulung dan si bungsu sudah menunggu sedari tadi, bapa tak kunjung datang.
Nelayan yang lain sudah pulang dengan muka cekung, jaring kosong.
Begitu pun si bapa, akhirnya pulang dengan jaring kosong, tak ada nafkah.

Di sudut pantai sana, orang – orang yang memakai baju dan sepatu bagus sedang asyik makan.

Kendaraan roda empat dan dua memenuhi tempat itu.

Di depannya samar – samar si sulung yang kelas 4 sd membaca

“GRAND OPENING FRESH SEAFOOD”

04 January 2011

PERNAK - PERNIK 2010

Pernak – pernik kisah 2010

Tahun 2010 adalah tahun yang benar – benar sangat berkesan bagi saya.

Di tahun ini, saya benar – benar mendapatkan apa yang saya inginkan, jauh melebihi apa yang dapat saya impikan malah. Tuhan menjawab setiap doa saya tepat pada waktunya, waktu yang indah.

Jauh sebelum saya mendapat pekerjaan, cita – cita saya adalah lulus kuliah dan sidang tentu saja. Semua mahasiswa tingkat akhir pasti mempunyai cita – cita seperti itu. Saya sebut cita – cita supaya terkesan dapat dicapai. Sebagai mahasiswa yang dilahirkan dan dibesarkan di Kota Bandung, cita – cita saya yang lain adalah melihat bagaimana pernak – pernik di kota lain, di luar kota Bandung dengan mencari pekerjaan di luar kota. ingin rasanya benar – benar menjadi seorang yang disebut ‘anak rantau’.

Cita – cita saya yang lain itu tetaplah menjadi sebuah cita – cita karena akhirnya saya diterima bekerja di Bandung juga. Kisah selengkapnya ada di (http://3v4s-.blomindgspot.com dengan judul kolom kesempatan)

Tetapi, muncullah klien ini yang membuat cita – cita saya terwujud. Tidak hanya kota di luar Bandung bahkan Tuhan dengan berbaik hati membiarkan saya melihat pernak – pernik kota di Luar Pulau.

Dari Bandung, Malang, Manado, Medan, dan Bali.
Manado dan Medan, bahkan saya tidak berani memimpikan hal itu dalam setiap tidur saya.

Tetapi, kenyataannya lain. Tuhan bekerja melalui klien ini,
Kisah – kisah dan petualangan sayang dapat langsung dibaca di (http://3v4s-mind.blogspot.com dengan judul cintaku di 6 kota).

Well, cita – cita yang lainnya lagi adalah become famous person, menjadi terkenal bukan berarti harus menjadi artis lho! Sering banget khan mendengar kutipan “siapa sie yang ngga kenal gueh?” dalam percakapan orang – orang. Nah itu lah sebagian cita – cita saya yang entah bagaimana mewujudkannya.

Dalam lingkup kampus, hal ini termasuk mudah. Aktif di dalam kelas otomatis teman – teman dan dosen akan menjadi kenal dengan kita. Aktif dalam organisasi atau unit kegiatan di kampus otomatis anak – anak kampus dari berbagai jurusan juga akan kenal dengan kita.

Jika dalam lingkup pekerjaan lain lagi ceritanya.
Tetapi Tuhan mempunyai caranya sendiri membuat saya menjadi terkenal dalam artian menjadi contact person. Dari klien yang target marketnya anak – anak di bawah 12 tahun sampai klien yang target marketnya lansia, semua mencari – cari nomor handphone saya.

Yes, saya memang menjadi terkenal untuk kalangan tertentu melalui nomor handphone saya yang tercantum dimana-mana. Mulai dari flyer yang ukuran A5 sampai baliho yang ukurannya 3 x 5 m. Dari satu mall ke mall lain sampai billboard ditengah kota yang kerapkali membuat handphone sering ngehang.

Tahun ini lah titik balik kehidupan saya. Maksudnya saya merasa mampan. Cicilan motor yang sempet tertunggak dua bulan karena nganggur sekarang rutin setiap bulan setor ke nyonya boss yang saya sebut MAMA. Handphone yang dulu harus membuat proposal untuk MINTA dibelikan sekarang saya MAMPU beli sendiri, BLACKBERRY lagi. Setiap ada hasrat untuk menulis saya harus singgah dulu ke WARNET sekarang tidak lagi karena saya sudah membeli VAIO yang selalu menemani disaat hasrat untuk menulis muncul tiba –tiba.

Sedikit menyombongkan diri? Ouh, tidak.
Saya memang sombong kok. Inilah hasil dari proses mengucurkan keringat, diperas, dijemur, lalu dinikmati sendiri.

Tahun 2011, saya tidak berani meminta apa – apa lagi padaNya, karena di tahun 2010 saya sudah diberi banyak kecukupan dan saya sudah sangat bersyukur.
Tapi jika Yang DiAtas berkehendak lain, baiklah ijinkan saya mencicil sebuah atap untuk tempat berteduh dari hujan dan sengatan matahari.
Sampai ketemu di pernak – pernik lainnya …