27 February 2014

Jalanan

Hai kamu, si pengguna jalan,

Perkenalkan aku yang tadi malam ngomel-ngomel parah agak sedikit memaki kamu. Aku nulis surat ini buat kamu dengan dua tujuan, yaitu :

1. Bentuk permohonan maaf
Maaf, aku nampaknya memang keterlaluan memaki kamu sebegitu hebatnya dan membuat hati kamu terluka. Siapa yang ngga sakit coba dimaki-maki sama orang asing yang mau nabrak pulak. 

2. Bentuk himbauan
Begini loh, Jeng. Zebra cross itu dibuat khusus untuk orang menyebrang jalan. Bukan sekedar hiasan hitam-putih biar ngga monoton. Bukan pula sekedar iseng ngabisin cat. Tapi ada fungsinya! Orang yang punya SIM juga tahu kalau ada zebra cross dahulukan penjalan kaki. Ya ngga tahu yah kalau ada yang ngambil SIMnya di Apotik. Maksudnya kita kan sesama pengguna jalan yah sama-sama punya hak untuk menggunakan jalan. 

Lain kali kalau mau nyebrang lihat kanan-kiri dulu yah. Terus jangan plin-plan, kalau mau nyebrang yah nyebrang dong! Tetapkan pilihan kamu, jangan mundur lagi sambil ketawa-tiwi. Menyebranglah di tempat yang sudah disediakan, kan pemerintah sudah bikinin tuh yang namanya zebra cross, jembatan khusus penyebrangan.

Kalau mau main-main di lapangan sana (ya kalau masih ada lahannya ngga dijadiin perumahan) bukan di jalanan. Ingat hidup di jalanan itu berat, Sist!

Sekian surat ini aku buat khusus untuk kamu yang entah siapa dan di mana.

Salam Jalanan,

Eva, yang hampir nabrak kamu.

Jam Malam

Hai V,

He he he, ya begitulah kelakuanku kalau sudah lihat varian sepatu, model lucu, enak dan nyaman dipakai, ditambah ada embel-embel sale pasti langsung bungkus bawa pulang! Dan agaknya aku lebih suka belanja sepatu sendirian deh. Ngga ada interupsi dari pihak lain. Hihihi. Duh, kamu merhatiin ngga flat shoes warna beige itu memohon-mohon untuk ikut dibawa pulang jugaaaakkkkk aaaakkkhhhh.

Surat sepatu kaca kamu bikin aku tambah ngiler aja pengen beli sepatu model kaya begitu tapi tentu saja bukan dari bahan kaca beneran. Selain harganya mahal, perawatannya juga harus apik, terus terus nanti jadi labu deh kalau jam dua belas malam belum pulang.

Nah, ini nih Bandung beberapa minggu terakhir jadi berasa Kota Mati deh. Kemarin aku pulang dari rumah kamu hemp jam sepuluhan yah gila jalanan sunyi senyap sepi mencekam belum lagi angin malam menusuk nusuk sanu bari. Entah sejak kapan Bandung mulai memberlakukan jam malam, aku ngga terlalu ngikutin tapi efeknya baru kerasa banget kemarin. Pedagang kaki lima juga sudah diurus sama Kang Ridwan sehingga menambah kesan jalanan lenggang. Gelap pekat dan sunyi membuat bulu kuduk meremang.

Di satu sisi tujuannya ada peraturan ini jalanan semakin aman sebab di beberapa titik ada mobil patroli yang mobile. Kriminalitas di jalanan seperti penjambretan, geng motor rasanya akan semakin berkurang walaupun belum ada data statistik yang bisa dipertanggungjawabkan. Atau akunya aja yang malas nyari.

Namun, di sisi stakeholder (penjual jasa) dengan berlakunya jam malam mereka mengalami penurunan penjualan. Biasa last order jam satu pagi jadi jam sebelas malam. Hilang tiga jam, kalau mereka dalam satu jam bisa dapat minimal dua orang dengan pemesanan dua ratus ribu yah hitung saja sendiri totalnya berapa malas aja gue itungin incomenya orang lain. Hih!

Itu baru di bidang jasa tata boganya saja loh! Dago Pakar sekarang jadi salah satu daerah tujuan wisata, wisata malam menegangkan setelah Dunia Lain, Bukan Dunia Lain, Masih Dunia Lain, Aneka Dunia Lain, dan Dunia Lain-Lainnya naik terus ratingnya. Heran nyari "mahluk" kok disebut berwisata?

Sudah yah, sampai bertemu lagi di rumah kamu. Ini dosennya cemburu gegara aku lebih merhatiin menatap layar laptop daripada merhatiin beliau. Bye!

Salam Curi-Curi Nulis Surat di Jam Kuliah,

Eva


24 February 2014

Ngga Tahan

Hai Calon Manten,

Surat Belanjamu membuat gairah untuk belanjaku menyeruak nih. 
Ya mungkin ada kesamaan antara kamu dan aku, bukan tipe cewek yang suka belanja, apalagi sampai seharian menghabiskan waktu di mall. Tiap toko disamperin, dicobain satu-satu, ditanyain harganya, kemudian pergi lagi ke toko berikutnya, dan begitu seterusnya. 

Hemph, akan tetapi selalu ada pengecualian! Kalau kamu kan ngga bisa nahan untuk belanja buku, nah sedangkan aku paling ngga bisa nahan sama yang namanya sepatu. Begitu masuk toko, liat tas, liat baju, liat lainnya masih bisa ah ntar aja deh belum butuh, masih bisa dipake, nunggu ada duit lebih deh. Tapi kalau liat sepatu, ada yang lucu, pas dicobain cocok dan langsung menyatu sama kaki itu rasanya gimana gitu ... ngga rela kalau harus meletakkannya lagi di etalase toko atau kembali ke rak gudang. Harus dibungkus dibawa pulang!!! 

Soalnya dulu pernah udah jatuh cinta pada pandangan pertama tapi ngga dibeli sebab duitnya pas-pasan buat perpanjangan hidup alhasil tiap malam itu sepatu gentayangan datang ke mimpi aku. Eh, pas duitnya ada mau beli ukuran kaki akunya udah ngga ada!!! Nyesek ampe tulang sumsum, rasa kaya ngeceng orang udah lama pas mau nyatain dianya udah punya pacar!!! -_-"

Makanya aku ngga pernah mikir dua kali lagi kalau soal sepatu. Begitu ada yang suka, cocok sama kakiku, langsung bungkus bawa pulang. Hemphh, tapi tapi tapi ada sekitar lima apa enam pasang sepatu yang belum pernah aku pake dari pertama beli sampai sekarang. Ya kali pake boots mau kemane???
Ya namanya juga udah jatuh hati, susah yah? Iya. Kadang suka mikir sik (pas di tokonya) ini aku beli sepatu model begini dipake ke acara apa yah? Tapi lagi-lagi rasa suka menjauhkan akal sehat, sama kaya cinta ini kadang-kadang tak ada logika, kata Agnes. Bodo lah dipake apa ngga, gimana nanti yang penting punya aja dulu. Gitu. 

Singkat saja yah surat balasan ini, masih banyak yang harus kuurusi.
Oh iya, V melalui surat ini aku minta tolong kamu fokus dulu sama persiapan pernikahan kamu yah. Bukan maksud ngelarang apa gimana (secara halus iya) tapi aku ngga mau ada yang miss (lagi). Fokus sama seluruh vendor yang akan terlibat bukan cuma satu vendor saja, dan kalau ada apa-apa langsung kabari aku yah jangan ditunda jangan gimana nanti jangan ada ntar dulu. Ini sudah hitungan hari loh! 

Sama seperti perihal sepatu aku suka ngga tahan untuk ngga beli. Nah, hal lain yang ngga tahan lagi adalah kalau ada yang sesuatu yang bersifat dadakan, out of the plan. I do like surprise tapi kalau soal kerjaan aduh big no no itu yang namanya surprise! Semua harus ter-schedule, ter-plan, ter-struktur, biar ngga berantakan, gitu loh. Makanya preparation itu penting banget! Apalagi ini menyangkut perihal pernikahan.
Momen pernikahan kan ngga bisa diulang, momen seumur hidup. Make your wedding day everlasting, seperti motto WOnya everlasting.


Salam Sepatu,

Eva, WOnya kamu!

22 February 2014

Gang Seribu Punteun

Hai hai hai Icha cha cha maricha ndut eh hei hei hei ....

Selamat Siang Icha,
Sedang break kah dirimu saat membaca surat ini? Atau malah kamu tengah berbaring manis manja di antara tumpukan bantal sambil membaca surat ini lalu sesekali menengok jendela memandangi bintang di langit malam menunggu rasa kantuk menyergap setelah seharian beraktivitas? Jangan datang dulu yah, Kantuk. Biarkan Icha membaca sampai surat ini selesai kemudian tertidurlah. Aku lanjutkan yah, sudah posisi wuenak kah?

Cha, masih ingat kah waktu suatu sore kudatang berkunjung ke rumahmu lalu kita diskusi ngalor-ngidul perihal gang seribu punteun. Damn! Itu seratus persen benar adanya! Beberapa teman terbaikku rumahnya berada di dalam gang-gang kecil -yang hanya cukup satu motor-. Rumahmu, rumahnya Nene, Rumahnya Evi serta kembaran Eva, dan sekarang kostannya Minke. Sejujurnya aku mengalami ketakutan setiap melewati gang-gang kecil itu apalagi jika ada motor dari arah yang berlawanan. Takut ngga bisa jaga keseimbangan, takut nyenggol motorku atau motor orang lain -udah tau ini gang kecil masih aja ada yang parkir di gang sembarangan- takut spion motorku tergores tembok, takut tiba-tiba muncul anak kecil berlarian nyebrang, takut tabrak kucing, takut motor aku dicuri -banyak kejadian motor dicuri di dalam gang sempit justru-, yah intinya ketakutan. Dan sialnya rumahmu yang di dalam gang itu yang paling sering kukunjungi. :D

Etapi dengan seringnya aku main ke rumahmu -yang harus melewati gang- secara tidak langsung mengajari aku untuk menjadi pribadi yang lebih ramah. Bagaimana tidak? Tingkat kepadatan jumlah penduduk jelas lebih tinggi dibandingkan dengan area perumahan. Rumah satu dengan rumah lainnya saling berhimpitan, maka tak heran jika gang depan rumah pun dijadikan teras, area bermainnya anak-anak. Itu sebabnya ketika memasuki pintu masuk gang aku mulai tebar senyuman di mana-mana,

"Punteun", pada Ibu yang sedang menyuapi anaknya.

"Punteun", pada Abang-abang becak yang sedang asyik main catur sembari menunggu penumpang.

"Punteun", pada Mba yang lagi ngejar adiknya main sepeda.

"Punteun", pada Tukang Baso Tahu yang menunggu piring di depan sebuah rumah.

"Punteun", pada Teteh-teteh yang asyik ngerumpi di samping Tukang Cilok.

"Punteun", pada Anak-anak yang beringus sambil menikmati es puter.

"Punteun", pada Mas-Masnya yang parkir motornya terlalu serong ke kanan.

"Punteun", pada kucing yang asyik mengerogoti ikan pindang curian.

"Punteun", pada Ibu-ibu yang lagi nyuci berjamaah. Eh, salah deng! Ini mah pas ke rumahnya Nene.

"Punteun", pada Pemuda yang nongkrong sambil main karambol. Eh, maaf! Ini pas ke rumahnya Evi.

"Punteun", pada Tukang sampah yang gerobaknya mejeng indah di tengah-tengah gang. Duh, maaf salah lagi! Ini pas ke kostan Minke.

Pada akhirnya "Punteun ...... Ichanya ada?".


Selain menjadi pribadi yang lebih ramah dan sopan, aku juga belajar bahwa kehidupan di gang penuh aneka warna cerita. Betapa penghuni rumah saling mengenal dan mengetahui kisah di balik pintu penghuni rumah lainnya hingga rumah ujung gang sekali pun. Perhatian sama kepo memang beda tipis yah? Iya. Over all penduduk yang tinggal di gang cenderung mempunyai jiwa sosial yang tinggi dibanding area perumahan. Yang saling kenal paling pembantu, supir, tukang kebun atau babysitternya doang. :D
Mereka -penduduk di dalam gang- terlihat lebih harmonis dengan para tetangga, yah setidaknya yang terlihat kan aku cuma selewat doang.
Kali waktu aku lewat ada teriakan terdengar di sebuah rumah, itu loh Cha yang pagernya coklat (lah jadi gosip), dari intonasi suaranya sik kayanya lagi berantem hebat. Pernah juga pas lewat ada Ibu yang marahin anaknya karena nilai jelek, Ibu yang ngomel lakinya jarang pulang, Bapak marahin istrinya belanja mulu, pemuda dan pemudi ketawa riang cekakak cekikik mesra di ruang tamu, gosip seru para remaja putri dari jendela kamar yang terbuka, kucing berantem sama kucing, kucing berantem sama tikus, kucing berantem sama anjing, anjing menggonggong kafilah berlalu demikian aku pun melaju dengan varioku. I'm Vario, what about you? 

Rasanya sudah cukup panjang aku menuliskan ini, matamu sudah lelah kah? Kantukmu sudah datang? Tapi aku masih punya satu cerita lagi! Ah, tidak ... tidak ... aku tidak akan menyita waktumu lebih lama lagi. Nanti saja dengarkan ceritaku secara live yah di rumahmu. Have a great weekend. 

Salam Punteun,

Eva


Dari balik jendela, apa yang kamu lihat?
Gang Seribu Punteun! :D

Jadi Begini V,

Hai V,

Iya, terima kasih yah sudah mau menyempatkan waktu untuk membalas suratku. Eh, aku ngga akan nagih loh kalau kamu memang sedang disibukkan dengan persiapan The Wedding Day. #eh #keceplosan #gaapapalahyah. Berita baik memang sudah sepatutnya disebar-luaskan supaya banyak pula yang mendoakan kalian, jamur besar dan jamur kecil mengarungi bahtera rumah tangga. *Jadi ngebayangin rumah kalian dari jamur dan bertaburan jamur-jamur*

Surat Persahabatanmu menarik, layaknya pasangan pun persahabatan dialami oleh dua pihak. Ada take and givenya dalam hal apa pun. Dan akan terdengar sakit hati sik ketika kita bilang Iya dia itu sahabat aku banget eh ternyata si dianya ngga ngerasa sahabatan sama si aku. :|

Menurut aku sih persahabatan itu levelnya lebih tinggi dari pertemanan bahkan pacaran. Bukan maksud hendak sok-sokan mengkategorikan tetapi ada istilahnya kenalan (macam teman di social media), teman sekolah-kampus-les-kursus, teman kerja, teman sekomunitas, teman sepergaulan-seperjalanan-seperjuangan, teman hidup yang dinyanyikan oleh Tulus. #Lah.

Anyway, dengan memberikan label sahabat pada seseorang artinya kita sudah siap menerima segala kekurangannya tanpa mencela dan kelebihannya tanpa mengiri. Tapi tetap aja sik prakteknya nertawain aib orang apalagi sahabat sendiri itu memang lebih ngakak ketawanya. #eh #tapimemangiyasik #hehehe.
Intinya adalah kamu ngga bisa menyeleksi orang untuk jadi sahabat kamu, bak Indonesian Idol gitu pake audisi segala. Ah yang ini nih cocok jadi sahabat aku soalnya punya potensi jadi artis, ah yang itu ngga cocok soalnya bau ketek. Seorang sahabat akan datang dengan sendirinya tanpa perlu diundang (ini sahabat apa kawinan?). Terkadang malah kamu akan telat menyadari bahwa selama ini dia lah sahabat kamu.


Friendship isn't about whom you have known the longest... It's about who came, and never left your side...


Banyak kisah yang menceritakan persahabatan manusia dengan hewan, manusia dengan benda kesayangan, manusia dengan tumbuhan, manusia ini memang suka aneh yah?!?
Yah sudahlah aku masih banyak urusan nih, kusudahi saja surat ini yah. Have a great weekend.


Salam Sahabat,

Your Eva

Cie cie cie yang habis di make up :D

20 February 2014

Teruntuk Nene

Yuhuuuu Nona Nenci

Ne, jam malam di rumah masih berlaku? :D
Ya masa umur udah dua puluh something masih berlaku jam malam sih di rumah? 
Kalau lagi ngumpul bareng kamu suka ganggu deh dengan pamit duluan perihal jam malam ini. Padahal kan kamu sudah dewasa, udah bener dewasa kan yah? Atau .... sila jawab dalam hati aja. :)

Ne, ngga nyangka yah hubungan pertemanan kita udah empat belas tahun lamanya. Berasa baru kemarin sore deh kita upacara bendera bareng tiap hari Senin, naik angkot bareng, latihan dan ngerekam buat pementasan kabaret, naik gunung bareng demi mendapatkan syal kuning, latihan buat pementasan teater, dan kerja bareng. 

Ne, sadar ngga di kaki kita ada benang tipis merah yang saling mengikat, mengikuti ke mana saja langkah kita berjalan. Ketika aku jadi guru privat, aku lempar anak-anak lesku padamu karena aku malas mengajari mereka matematika. Saat aku, jadi guru magang, kamu hadir di kelasku jadi helper salah satu anak muridku, masih kah kau ingat namanya? Duh, kelakuannya bikin aku menyerah sajalah jadi pahlawan tanpa tanda jasa. Lalu, aku kerja di dunia event, kamu pun banyak bantuin aku jadi tim yang sangat aku percaya kerjanya. Sekarang aku terjun dalam dunia wedding, kamu sudah berkutat menjadi guru mengurusi anak-anak batita yang masih belum bisa pipis sendiri. He he he.

Kamu memang pandai dan handal dalam menghadapi batita. Tidak seperti aku, Icha, apalagi si judes ii (semoga dia tidak baca suratku). :)
Aku tahu kamu sangat menikmati pekerjaanmu menjadi guru, dapat kupastikan semua muridmu menyayangimu. Apalagi kamu orangnya kreatif dan pintar menggambar, anak-anak kan lebih menyerap sesuatu dengan visual. Jangan pedulikan dengan teman kerja, masalah administrasi, keuangan, dan hal lainnya yang membuat kamu bosan lalu menyerah. Ingat lagi kelakuan muridmu, canda tawa bahagia mereka saat kamu sudah mulai bercerita tentang dongeng kelinci dan sebuah batu -yang pernah kau ceritakan padaku-. Bukankah kamu merasa bahagia dan tertawa dibuatnya melihat ekspresi murid-muridmu? 
Jadi, pertimbangkanlah matang-matang sebelum memutuskan sesuatu. Oke? Oke!

Yah, kusudahi saja surat ini yah. Siapa tahu kamu sedang sibuk, tak akan kuganggu lebih lama waktumu hanya untuk membaca suratku. Have a sweet Thursday.

Salam Kangen,

Eva

Ssttt, setelah diobrak-abrik kok kita jarang foto berdua yah????

Entah ini foto jaman kapan????

19 February 2014

Lagi Kangen Kamu

Dear You My Riri,

Loha halo ii, gimana Jakarta masih kebanjiran kah?
Masih ngungsi ke apartemen? Duh, kebayang yah nyampe rumah langsung beresin lumpur dan tanah yang melekat pada tembok dan perabot rumah. Hih!

Hei, ii jangan kaget tetiba aku nulis ini khusus buat kamu. Aku lagi ikut program #30HariMenulisSuratCinta, program yang membuat aku (harus) konsisten menulis surat -yang kadang ngga ada cinta-cintaannya- selama 30 hari. Hempph, sudah absen tiga hari sih sejauh ini. Kan yang penting kehadiran 75% bisa ikut ujian. #dikatakuliah.

Ngga ada alasan spesifik mengapa aku nulis buat kamu selain lagi dilanda rasa kangen. Kangen numpahin kopi ke celana atau tas barumu, kangen nyemburin air tepat ke muka kamu, kangen jambak-jambakin rambut kamu yang lebih panjang dan hitam, kangen ngeledekin teman-teman date kamu yang luar binasa, kangen gigitin lengan kurus kamu, kangen mencibir bibir kamu yang kaya tweety, kangen rebutan makan tahu bulat, kangen nginep bareng sambil gulung-gulung kamu di kasur, kangen ngomentarin apa aja tentang kamu, kangen ... pokoknya aku kangen berat sama kamu.

Eh, katanya -entah kata siapa- kalau kita sudah temanan lebih dari tujuh tahun maka akan berlangsung selamanya, everlasting (sama kaya nama WO gue, ii #sekalianpromosi) gitu! Tahun lalu kita berempat baru ngerayain 8th anniversary friendship. Wow! Sudah selama itu yah ternyata. Terima kasih loh buat tart browniesnya yang langsung dikirim ke rumah Icha, alhasil aku cuma kebagian fotonya doang. Duh, kamu kaya ngga tahu aja gimana Icha suka kalap kalau soal makanan (mudah-mudahan dia ngga baca surat ini). :D

Kadang-kadang kalau lagi bengong, suka teringat sama kalian terutama kamu, ii. Kita berempat tuh ngga ada yang sama, beda semua. Dari menu makanan, minuman, musik, film, cowok, pendapat, bahkan cara kita berpakaian. Coba kapan kita pernah sepaham terhadap satu pendapat? Tapi kok yah pertemanan kita masih bertahan hingga saat ini yah? Suka ngga habis pikir atau malas pikir aja sik. He he he.

Oh iya, kamu mau ke Bandung tanggal 8 Maret nanti yah? He he he, akunya lagi ada kerjaan di Jakarta.
Nah, ini satu kebetulan yang mengherankan! Setiap kamu main ke Bandung selalu bertepatan dengan aku yang lagi ada kerjaan di Jakarta. Pffttt! Ganti tanggal aja sik, biar kita bisa ketemuan. Sudah setahun ngga ketemu kan kita?

Ya udah gitu aja lah yah, akunya ngga bisa basa basi. Have a wonderful Wednesday, my ii.

Salam Kangen,

Eva


Lucu yah aku eh kita! :D

18 February 2014

Bersediakah, Tuan?

Selamat siang tu(h)an pohon pemilik akun tuannico,

Hai, apa kabar, Taun eh Tahu eh Tuan? Masih kah Tuan pelihara kumis? Masih kah suka memeluk pohon?
Mungkin Tuan merasa sedikit terkejut mengapa saya mengirim surat ini untuk Tuan, mengapa? Mengapa Tuan? Tanyakan hal ini pada Bose yang memberikan tema khusus ... ya Tuan tahu lah apa itu temanya.

Sebelum surat ini saya lanjutkan, tidak masalah kan saya memanggil dirimu, Tuan? Lebih enak terdengar saja daripada Nico atau Tuan Nico atau tu(h)an pohon atau kamar depan atau ... by the way nama asli Tuan siapa? 

Oh iya, ijinkan saya memperkenalkan diri dulu. Tuan, cukup memanggil saya dengan sebutan Eva ngga usah pake embel-embel lain apalagi sayang. #halah. Melalui gathering 30 hari menulis surat cinta, kita dipertemukan. Dua kali rasanya kalau ingatan saya tidak salah tapi teman-teman bilang saya itu pelupa. Waktu itu memang kita tidak ngobrol banyak hanya sekedar saling menyapa dan kebetulan Tuan membaca surat lamaran saya tahun lalu jadi tukang pos. Kata Tuan, saya nyaris diterima. Dan saya lupa menanyakan mengapa saya akhirnya tidak diterima? Mengapa Tuan? Saya sedih, siapa yang tidak sedih dengan sebuah penolakan? Tapi yah hanya berlangsung beberapa menit entah detik yah sebab kata teman-teman saya itu pelupa.

Tuan, melalui surat yang sedang Tuan baca ini, ijinkan saya kembali melamar oh bukan oh bukan melamar jadi tukang pos, Hah? Apa! Bukan pula melamar Tuan jadi kekasih apalagi suami tentu saja tidak, Tuan! Sebab Tuan sudah memiliki kekasih demikian pun saya. Akan tetapi sebelum Janur Kuning melambai-lambai di depan rumah Tuan, saya masih punya kesempatan mengajak Tuan berjalan-jalan keliling Bandung di sore yang semoga saja cuacanya cerah. Naik mobil Agya hanya kita berdua, berkeliling hingga sampai ke Dago Giri. Kalau cuacanya cerah, kita bisa ngopi sambil menikmati cantiknya senja di sana. Bersediakah, Tuan?

Saya sudah menyiapkan list topik hemph atau pertanyaan yang sekiranya akan kita perbincangkan nanti kalau saya terpilih berkencan bersama Tuan. Ha ha ha, tenang! Bukan soal politik, filsafat atau sekedar kucing tetangga yang mati kemarin sore karena tertabrak motor pemilik kampung sebelah melainkan perkara persiapan pernikahan. 
Sudah kah Tuan mempersiapkan semuanya? Tempo hari Tuan sedang mencari cincin yah? Sudah menemukan yang cocok? Ah, kapan yah cincin tersemat di jari manis saya? #eh. 

Sekian surat lamaran ajakan ngopi ini saya buat di siang bolong teriknya matahari Bandung. Bersediakah, Tuan menerima (ajakan) saya? Saya tunggu kabar baik dan buruknya. Terima kasih atas perhatiannya sudah membaca. Have a lovely Tuesday.


Salam hangat 
sehangat kopi #cheers


Eva, yang kerjaannya 
ngurus pernikahan orang

Sssstt, ini ada sedikit oleh-oleh foto; langit senja.

Senja di Lawang Wangi, Dago Giri

17 February 2014

Napak Tilas

Dear you, My Minke

Hai kamu yang sedang duduk di depan aku.
Sebenarnya ini agak aneh sih yah aku menuliskan surat untuk kamu yang sedang duduk tepat di depanku sehingga aku harus waspada kalau kalau kamu menengok ke arahku.

Sebenarnya surat yang sedang kamu baca ini mau aku kirim tepat pada hari Jumat lalu. Heeh, ceritanya mau beromantis-ria kamu dapat surat dari pacar pas Valentine gitu. Tapi kemudian aku pikir dan ngebayangin kamu pasti bilang "Apaan sik kamu. Pake ngirim surat segala. Pasti ada maunya ini mah". Maka dipending saja deh ngirimnya biar ngga kentara banget ada maunya. Gitu. He he he.

Sebenarnya agak menyebalkan loh ketika kamu bisa menebak dengan tepat apa yang sedang aku pikirkan dan apa yang ingin aku utarakan. Apa memang aku orangnya gampang ditebak yah? Masa sih? Ah, yang bener akh!

Aku masih ngga percaya loh kita ketemu hampir tiap hari sekarang. Masih agak jetlag. Resolusi kamu tahun 2013 kemarin akhirnya tercapai juga yah, pindah ke Bandung. Terus terang aku terkejut saat mendengar keputusan final kamu. Meninggalkan apa yang telah kamu capai untuk memulai sesuatu yang baru di kota yang (masih) asing. Ada kegembiraan di hatiku, akhirnya kita keluar dari LDRUnite. He he he. 
Tapi, selalu ada tapi yah? Iya. Mengapa kabar baik selalu diiringi dengan kabar buruk? Mengapa tidak bisa membiarkan kabar baik datang sendiri dan menghilanglah segala yang buruk. Setiap keputusan itu pasti mengandung resiko dan kamu harus siap dengan segala macam resiko yang akan atau telah muncul. 

Melalui surat ini -yang dari tadi kamu tanyain terus ngirim buat siapa lagi sekarang?- aku cuma mau bilang selamat datang di Kota Bandung. Jangan jadikan aku prioritas atas keputusan kepindahanmu tapi jadikan sebagai langkah awal untuk memulai sesuatu yang lebih besar, hidup baru. Pertahankan terus semangatmu yah. Dan jangan hiraukan omelan-kicauan-bawelan-dumelan-ocehanku tempo hari, mungkin itu disebabkan frekuensi bertemu kita yang keseringan. Biasanya sebulan sekali ini hampir tiap hari kecuali minggu, soalnya kalau libur tutup. #DikateToko

Oh iya, sebelum kuakhiri surat yang bukan cinta ini, aku mau bilang terima kasih banyak karena entah kamu menyadarinya atau tidak kamu telah menjadi sumber terbesar inspirasiku dalam membuat cerpen. Masih ingat saat kita diskusi lagu-lagunya Pearl Jam, kamu minta aku bikin cerpen yang judulnya Black tapi aku malah lebih tertarik dengan Jeremy. Ketika kita sedang berusaha saling mengenal pribadi masing-masing, hasil chat di YM yang tak karuan itu melahirkan Percakapan Penuh Grgrgr. Saat rindu terobati melalui chatting rutin aku menuliskan Selagi Kau Terlelap sebagai penawar rindu. Pertemuan demi pertemuan membuka kedudulan kita masing-masing menjadikan Wanita Dudul Terindah, membuka pikiran kita tentang arti dari Sepasang Kekasih Yang Kesepian, serta hal-hal yang sering kita alami seperti Basah. Kemudian diakhiri dengan Karena Kedai Ini. Itu semua adalah cerpen yang kubuat dengan racikan bumbu hubungan kita. Kamu sadar ngga? Coba deh nanti kalau ada waktu luang kamu baca lagi satu-satu yah. Sekedar menapak tilas hubungan kita, mengembalikan rasa yang agaknya mulai menghambar, mengenal lebih dekat tokoh-tokoh di dalamnya. Selamat Siang My Minke.


Your Eva.

Ini Surat Cinta

Hai V,

Amazing! Sudah dua kali berturut-turut dapat suratmu di siang hari. Mungkin karena semakin hari semakin berbobot isi suratmu menjadikan kamu jadi (agak sedikit) lebih rajin dari biasanya. Problem Kemalasan memang merupakan menjadi masalah bagi semua orang aku rasa. Susah menghindari dari rasa malas. Dan walaupun sudah tahu cara mengatasi untuk tidak menjadi malas tidak serta merta juga membuat kita jadi lebih rajin. Yah seperti diskusimu dengan Mas Yan bahwa malas itu pilihan. Kamu lebih memilih jadi pemalas atau sebaliknya?

Oh iya, selamat hari kasih sayang yah.
Hari ini tepat tanggal 14 Februari di mana seluruh dunia merayakan Hari Valentine. Betulkah?
Ya setidaknya apa yang sedang kita lakukan ini -menulis surat cinta- bukan kah dalam rangka ikut meriahkan hari kasih sayang?

Ada berbagai macam pendapat menanggapi soal hari kasih sayang ini, beberapa memandang untuk apa merayakan hari kasih sayang di hari tertentu seperti valentine jika kita bisa saling berbagi kasih sayang setiap hari. Yang lainnya, sangat antusias dengan hari kasih sayang. Penjualan boneka, coklat, kartu, paket dinner, bunga, balon, kue, lilin, dan lainnya mengalami peningkatan. Bagi yang single merupakan hari yang tepat untuk menyatakan cinta. Di antara pendapat pro dan kontra itu, Valentine merupakan sebuah momen yang tepat untuk memberikan hadiah. Sama halnya dengan hari Ibu, kurasa.

Kadangkala kita sering lupa bagaimana cara mengungkapkan sekedar rasa syukur, terima kasih, rasa sayang kepada seseorang yang hampir tiap hari kita temui. Nah, Valentine mewujudkan momen itu terasa jadi special. 

Melalui surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih atas pertemanan kita yang sejak hempph kapan yah? Aku bahkan ngga ingat. Ada banyak kejadian, pengalaman, dan cerita yang sudah kita lewati. Maaf yah, kalau aku kadang-kadang (kadang-kadang doang kan?) tak sengaja bikin hatimu ngga enak, menyakiti perasaanmu dengan perkataan atau perbuatanku. (Nah ini baru surat cinta #halah). By the way, ini hari kasih sayang apa lebaran yah? 

Dapat hadiah valentine apa dari si pacar yang (ngga terlalu) romantismu itu?

Salam Cinta di Udara,

Your Eva

Pssstt, maaf yah ini surat yang mestinya aku posting tiga hari yang lalu.
Yah, mending telat kan daripada ngga sama sekali. Iya tauk, ini telat banget tapi tapi tapi kan iya gitu deh.

13 February 2014

Surat Untuk Panci

Dear you my Panci

Hi there, how's your day?
In here is so so. You know the routine things. I have been thinking about our last conversations and unfortunately I still haven't knew the solution yet. 

It's been years you know that I never written even spoken in English. So then it's very true practice makes perfect. He He He. By the way, can you find a remote then switch to Bahasa, can't u?

Nah! Much better. 
Pan, aku nulis surat ini untuk kamu bukan cuma sekedar karena ngga ada orang lain yang mau aku kirimin surat melainkan karena yah kepengin aja. Setahun yang lalu aku pernah kirim kamu surat juga kan? Masih ingat ngga isinya apa? 
Ternyata dalam setahun banyak sekali perubahan yang sudah kita lewati. A new year, a new man, a new love, a new thoughts, a new life! 

Dan ah bicara soal cinta memang tidak akan pernah ada habisnya. Namun, dalam setahun ini pemahaman kita (atau mungkin hanya aku saja) telah berubah. Well, entah itu semacam peningkatan atau justru kemunduran, aku tidak lagi memandang cinta sebagai suatu perasaan mendalam terhadap seseorang. Cinta butuh diungkapkan dan dilakukan bukan sekedar kata-kata manis yang menghanyutkan hingga pipi merona dan senyum tersungging. Been there, done that! Sound cynical? 

Be realistic! Memangnya perut kamu kenyang dikasih kata-kata puitis, tagihan kamu akan terbayar dengan bunga-bunga segar aneka warna, masalah melebur seperti coklat yang meleleh di mulut? See?
Money can't buy love but love can't pay the bills.
Emang bedanya tipis sih antara matrealis sama realis. Tapi kayanya hanya pria kere deh yang bilang wanita itu matre. Mungkin, mungkin juga ini yang dirasakan oleh Mamamu, Pan. Kebahagiaan kamu akan jadi kebahagiaannya juga. Walaupun kadang kebahagiaannya belum tentu bakal jadi kebahagiaan kamu.
So, don't be afraid ! Everything is gonna be okay. #kemudiannyanyi. 
Kamu akan menemukan pria yang tepat pada waktunya nanti yang punya cukup cincin dan harta buat modal nikah. #Lah

Salam Tempel Duit,

Your Eva


Gambar dari sini

12 February 2014

(Bukan) Surat Cinta dari Bandung

Dearest Onty Vanda

Vanda, apa kabar ladang strawberrymu? Sudahkah mereka berbuah lebat? Ijinkan aku memetik satu hem dua hemmm tiga oh well sekeranjang buah berry merah segar di sana.

Lucu yah kita? (tapi aku lebih lucu!) Memandang hidup dari cara kita menyukai sesuatu. Aku bilang : Kau tak akan pernah tahu kelembutan dalam cangkir cappuccino, jika kau belum pernah merasakan kepahitan dalam kopi hitam. Kamu bilang : sour or sweet ... that's the story of life we live in, just like strawberry. Percayalah hidup tidak sekedar pahit-lembut, asem-manis. Ada rasa lain yang mengejutkan macam nano-nano, ramai rasanya. 

Maaf aku baru membalas surat cinta manis dan tulusmu, Surat Cinta dari Surabaya yang rasanya teramat renyah. Sakin renyahnya membuatku terdiam sejenak setelah membacanya. Kemudian membacanya lagi dengan amat hati-hati setiap kata yang kau tuliskan. Betapa amat perhatiannya kamu, Onty Vanda.

Benarkah kita dipertemukan oleh program #30HariMenulisSuratCinta tahun lalu? Bagaimana awalnya kita bisa saling mengenal yah? Sebab rasanya kita sudah saling mengenal jauh sebelum itu. 

Meskipun kita belum pernah bertemu secara langsung namun dengan seringnya kita saling mengunjungi 'rumah' satu sama lain menjadikan hubungan kita semakin hangat. Seperti hangatnya coklat kesukaanmu atau cappuccino hangatku. Melalui rangkaian kata di dalam tulisan -baik fiksi maupun keseharian- menjembatani jarak yang terbentang di antara kita. Deretan kisah di dalam tulisan membuka jendela pribadi kita masing-masing bagaimana memandang dunia. Untaian surat (bukan) cinta yang tertuju kepada (si)apa saja mengungkapkan perasaan kita tentang (ke)hidup(an). 

Betulkah demikian adanya? Entahlah, mungkin disebabkan karena aku selalu terhanyut larut bersama (r)asa dalam setiap cerita yang kau hidangkan di 'rumah' ketika aku berkunjung. (Aku bicara soal Jamuan Istimewa). Menggerikan yang bikin ketagihan.

Salam gelas cappuccino dan asbak

Your Eva

Perkara Menunggu

Hula V,

Ahahahaaaa, akhirnya aku mendapat suratmu Selagi Menunggu siang-siang. Peningkatan yang cukup dratis. Wow! Sekali lagi ah, WOW! Surat yang berisi tips tentang hal-hal yang dapat dilakukan selagi menunggu. Brilian! (sebenarnya sebelum kamu kasih tips pun aku sudah sering melakukannya nungguin kamu). :P

Nah, bicara mengenai tips. Aku punya tips yang akan sangat berguna untuk kamu, bagaimana caranya supaya tidak membuat orang lain menunggu. Hemmmm iya banget kan tuh *lirik tajam EPI*. Berikut tipsnya:

1. Cek Jadwal 
Sebelum janjian sama orang; teman, keluarga, apalagi klien cek dulu jadwal di hari kamu bikin janji. Katakanlah besok, cek atau ingat-ingat besok kamu ada agenda apa? Sekira besok padat mending dipending saja di hari kamu bener-bener kosong. Soalnya gini, misal kamu ada janji ketemu temen yang mau curhat jam sebelas siang, jangan bikin janji lain jam dua siang atau jam lainnya. Namanya juga curhat, kamu ngga akan bisa memperkirakan berapa lama teman kamu itu curhat. Belum ditambah adegan buang-buang tissue, puk-puk pundak, dan berpelukan. Bakalan ngga enak hati ninggalin teman kamu yang sedang berurai air mata. Penting banget untuk cek ulang jadwal supaya ngga bentrok dan menghindari orang lain menunggu. 

2. Jangan Pagi-Pagi
Sebelum memutuskan jam berapa kamu ketemuan sama orang, pikirkan lagi soal kebiasaanmu yang NGGA bisa tidur kalau belum jam dua pagi! Kebayang kan kalau kamu janjian sama orang jam delapan pagi, sementara kamu baru bangun jam segitu. Ditambah lokasinya yang jauh dari rumahmu. Bisa-bisa kamu baru datang jam sebelas. Tiga jam V, TIGA JAM V!!! Kalau sama teman atau keluarga sih acceptable tapi klien? :|

3. Pasang Alarm
Rasanya edisi untuk kamu alarm HARUS dipasang dari empat jam sebelumnya deh. Misal janjian jam 13.00 berarti pasang alarm dari jam 09.00. Satu jam untuk tidur lagi. Satu jam untuk ngecek bbm-sms-wa-line-twitter-facebook-email-blog-dll. Setengah jam untuk mandi dan bersiap-siap. Satu setengah jam untuk di jalan. Lama bener? Iya! Memang sengaja! Hei, kamu ngga akan pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan. Amit-amit jabang bayi *ketok kayu tiga kali* tiba-tiba ban bocor (seperti kejadian gathering menulis surat cinta tahun lalu kamu (lagi-lagi) telat dua jam gegara ban bocor), tiba-tiba ada kecelakaan dan macet sepanjang jalan, lupa isi bensin dan pom bensin terdekat tutup belum ditambah no cash lupa ambil uang di atm (oke, perkara lupa itu pengalaman pribadi), tiba-tiba hujan deras dan ngga ada jas hujan jadi masih ada spare waktu untuk berteduh dulu.

4. Info
Dan jika sekira kamu tahu bakalan telat (dan biasanya gitu sik, makanya itu tiga poin di atas diterapkan coba! #emosi) jangan lupa untuk memberi kabar kalau kamu akan telat. Kasih kepastian kira-kira kamu akan telat berapa menit, catet berapa menit bukan berapa jam. Setidaknya orang itu akan tahu gambaran berapa lama lagi dia harus menunggu.

Surat ini kubuat dengan campuran rasa emosional yang terakumulasi gegara nunggu kamu yang selalu telat. Menunggu itu kegiatan yang amat sangat membosankan. Dan iya tips kamu selagi menunggu memang sangat efektif tapi bukan berarti kamu harus terus membuat orang lain menunggu kan? Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan (entah nyambung apa engga) selama bisa tepat waktu kenapa mesti membuat orang menunggu. Menunggu is yah menunggu titik

Salam on time

Your Eva yang ngga begitu suka menunggu.

Gambar dari sini

11 February 2014

Kepada Kalian Yang Berbahagia


Pasangan pengantin di Pelaminan

Kepada pasangan pengantin berbahagia yang duduk di pelaminan,

Hai, surat ini kutujukan kepada kalian pasangan pengantin yang telah menikah 02 Februari lalu. Aku ucapkan selamat berbahagia dan selamat menempuh hidup baru. Mungkin, kalian bertanya-tanya di atas sana,

"Itu cewek, teman apa saudara kamu?"
"Yang mana?"
"Yang itu, yang lagi foto kita?"
"Ngga tahu, kenalan keluarga kamu kali?"
"Kamu ngga kenal?"
"Ngga. Kamu?"
"Ngga!"

Iya, kalian sama seperti aku kok yang tidak saling mengenal. Maaf, aku datang ke pernikahan kalian memang bukan sebagai tamu undangan, pengisi acara, apalagi bikin rusuh. Oh tentu saja bukan, melainkan atas undangan pihak catering untuk test food. :D

Begini, pekerjaan aku sebagai WO (Wedding Organizer) menuntut untuk mengetahui vendor-vendor yang ada di Bandung. Salah satunya vendor catering, agar aku dapat merekomendasikan kualitas mereka kepada klien -yang nantinya akan seperti kalian duduk di atas pelaminan-. Yah, untuk mengetahui kualitas rasa, kerapihan penyajian, keindahan dan kebersihan, dan lainnya adalah dengan datang saat mereka (si vendor) sedang ada acara wedding. He he he. 

Tenang, aku bukan wedding crasher (tamu tak diundang) apalagi wedding crusher (pengacau pesta). Aku selalu konfirmasi dulu ke vendor yang bersangkutan jadi aku datang atas undangan vendor tersebut. Dan soal makanan yah hemmm tidak perlu khawatir pihak catering -yang rekomended- pasti selalu menyediakan lebih dari porsi yang dipesan. :D

Eh iya, waktu itu tamu undangan menumpuk di pintu masuk dan ada jeda lama sekali saat musik berhenti sebelum akhirnya mc mulai bicara. Dugaanku kalian tidak pake wo yah? Kalau kalian pake wo kecil kemungkinan hal-hal tersebut terjadi. Lah, malah promosi. Well, sekali lagi selamat menempuh hidup baru yah kalian. 

Happy Wedding Day,

Eva

10 February 2014

Sabar Menunggu

Hey You, V

Hemmmm hemmmm hemmmm dari kemarin aku baca suratmu Perihal Kesetiaan sampai detik ini aku mau menulis balasannya masih belum juga terpikir bagaimana membalas suratmu dengan cara yang sama manisnya. Seperti saranmu seduh dulu kopi sebelum melanjutkan membaca. Mungkin, ada baiknya aku seduh kopi (lagi) sebelum melanjutkan menulis. Kadang dan sering kali kopi membuat ide-ide mengalir. Sebentar yah, aku seduh kopi dulu.

Damn! 

Kopinya habis ....

Tunggu sebentar, aku tak akan lama ke warung dulu beli kopi. At least persediaan air galon di rumahku tak pernah sampai kehabisan seperti tempo hari saat kuberkunjung ke rumahmu. 

Sebentar yah.

....

...

..

.

Nah, kopinya sudah ada. Mau kah kamu menunggu sejenak, mau diseduh dulu.

..

.

Oke, sekarang aku siap! Hempp (sambil menyeruput kopi) jadi begitu pandanganmu perihal kesetiaan. Kalau aku boleh menyimpulkan jadi kamu akan setia terhadap seorang yang membuatmu nyaman, yang mengerti passionmu, dan yang mengerti serta menaruh kepercayaan padamu. Sebelum kujawab alasan mengapa aku setia sama seseorang, aku mau mengajukan satu pertanyaan dulu untukmu. Bagaimana jikalau orang yang kamu merasa nyaman itu tidak lagi memberikan kenyamanan? Masih kah kamu (mau) setia terhadapnya?

Begini, menurutku kesetiaan bukanlah perkara apa yang kamu tabur itulah yang kamu tuai. Walaupun ada benarnya juga sebab karma muncul di belokan selanjutnya. Kesetiaan itu ketulusan untuk menyimpan satu nama (si)apa pun di dalam hati kemudian berjanji dan berusaha untuk tidak pernah sekali pun ingkar. Prinsipku sederhana tentang perihal kesetiaan, tak peduli seseorang suka atau benci padaku, setia atau ingkar padaku, selama aku masih menyukainya maka aku akan tetap menjaga kesetiaan itu. Rasanya kamu tahu betul apa yang sedang kubicarakan ini? Butuh waktu hampir lima tahun untuk melepas kesetiaan yang begitu melekat untuk seorang yang tak layak mendapatkannya. Ha ha ha. Curhat deh. 

Sederhananya seperti yang terjadi barusan, kamu dengan setia menatap layar monitor, menunggu aku beli kopi ke warung terus menyeduhnya. Ada banyak jenis kopi di rumah tapi bukan coffeemix indocafe. Untuk kopi sachet saja aku setia tidak pindah ke kopi sachet lainnya terlebih lagi untuk seseorang yang aku sukai. Kopiku tinggal teguk terakhir nih, aku tidak mau kamu menunggu lagi jadi lebih baik kusudahi saja yah surat ini. Terima kasih sudah menunggu.

Gambar dari sini

Salam Hangat,

Your Eva

Note :
Manusia memang tidak ada yang sempurna begitu pun dengan pasangan. Tetapi kamu tak perlu menjadi sempurna atau memiliki pasangan yang sempurna untuk menikmatinya.

09 February 2014

For Frontal Admirer, S.

Dear S 

Terharu sungguh saat aku membaca suratmu "Surat Cangkir" untuk "Si Penikmat Cappuccino". Tak kusadari ternyata dari sebuah kalimat "Kau tak akan pernah tahu kelembutan dalam cangkir cappuccino, jika kau belum pernah merasakan kepahitan dalam kopi hitam." mampu menyeretmu dari "zona nyaman".

Tepat sekali apa yang kau tuliskan di dalam suratmu, S bahwa ketika lidahmu belum pernah mencecap rasa pahit bagaimana mungkin kau dapat merasakan manis. Same thing with life. Apakah kamu tahu kamu sedang bahagia sekarang ini, S saat kamu belum mengenal ketidakbahagiaan.

S, terlalu banyak kepahitan yang kulalui hingga akhirnya aku dapat benar-benar menikmati apa yang disebut kelembutan. Baik dalam pekerjaan, pertemanan, percintaan, sampai masalah perkopian. Kopi hitam hanya membuat asam lambung naik. :|

Oh, iya S kamu selalu menyebutkan dirimu sebagai frontal admirer, mengapa S? Apa yang kamu kagumi dari seorang aku? Tidak ada yang luar biasa dariku sebenarnya, S. Justru tulisan-tulisanmu kini semakin baik. Tunggu! Bukan berarti tulisanmu dulu buruk hanya saja kamu lebih teliti dan detail dalam keseluruhan cerita. Tema yang diangkat mulai beragam walaupun rasanya masih percintaan, pintar mengatur plot, dan eksekusi yang cerdas. Ending yang tak tertebak itu mengagumkan loh! 

S, dalam surat ini aku juga mengucapkan terima kasih untukmu. Sebab kamu suka annoying nagih-nagih via twitter, via bbm cuma untuk minta aku update tulisan. He he he. Kesal menggemaskan yang menyenangkan.

Ketika kita nanti pada akhirnya bertemu, mungkin penampakannya akan seperti ini,

Cangkir Cappuccino dan Cangkir Kopi Hitam

Salam Cappuccino,

Your admirer Eva




08 February 2014

Janji(an)

Kepada Yang Terhormat Calon Suami,

Hai, namaku Evaliana. Kamu cukup memanggilku dengan sebutan Eva. Tanpa embel-embel sayang, yayang, yank, hubby, hunny, baby, beb, atau lainnya yang terlintas di kepalamu saat ini. Aku kurang begitu suka tetapi tidak juga benci saat kamu tanpa sengaja mungkin (ingin) memanggilku dengan Eva sayang. Itu kan cuma sekedar kata-kata. Maksudku adalah jika kamu memang benar sayang, buktikan rasa sayangmu itu dengan tindakan. Ini hubungan personal antara kamu dan aku bukan partai yang menggemborkan calon wakilnya dengan segudang janji-janji yang kalau teringat akan dipenuhi (kebanyakan sih pada ngga ingat).

Aku sudah muak dengan segala janji yang terlupakan. Untuk apa menjanjikan sesuatu yang bahkan kamu tidak bisa ingat kalau kamu pernah berjanji. Mengingat janji saja sulit apalagi untuk membuktikannya. Maka dari itu aku tidak mau menjanjikanmu apa-apa, seperti menjadi pendamping yang baik dan setia. Menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak. Membangunkanmu dengan aroma kopi hitam pekat. Memasak makanan kesukaanmu.

Oleh sebab aku tidak (atau belum) tahu siapa kamu. Begitu pun dirimu yang tidak (atau belum) mengenal aku. Apakah kamu juga baik dan setia? Menyukai anak atau anak-anak, kopi hitam, dan yang pasti aku tidak (atau belum) bisa memasak. Buat apa menjanjikan hal-hal –seperti beberapa yang sudah kusebutkan- untuk seseorang yang belum kuketahui keberadaannya? Belum saling mengenal satu sama lain.

Begini, Sabtu depan, aku ada rencana ngopi-ngopi cantik dengan beberapa sahabatku di sebuah cafe kecil di sudut kota. Aku akan memakai baju hitam sebab sebagian besar bajuku warnanya hitam padahal aku suka warna hijau.. Kalau kamu tidak ada acara Sabtu depan, bagaimana kalau kamu temui aku di sana.

Katanya, Tuhan akan mempertemukan kita pada waktunya. Siapa tahu Sabtu depan adalah waktunya kita dipertemukan. Aku akan ada di sana jam empat sore.

Dalam Penantian,

Calon Istri



Gambar dari Google

Mulai Ngelantur

Hai there V,

Hempph, membaca suratmu Soal Percintaan kok rasanya kamu memandang cinta dari satu sudut saja. Ya setidaknya itu yang aku tangkap dari surat kilatmu. Oke, aku perlu tahu dulu siapa itu yang melakukan survey? Jangan-jangan hanya segelintir orang yang diputusin setelah pacaran lima tahun. Akan tetapi, perlu kuakui bahwa dalam suratmu ada benarnya juga. Sebagai (salah satu) pelaku yang menjalin hubungan hampir sebelas tahun, aku setuju bahwa pada akhirnya hubungan percintaan itu jadi sebuah kebiasaan. Apalagi faktor berada di satu kota yang sama. 

Kebiasaan yang sudah terbangun tidak serta merta membuat cinta itu menghilang. Ujungnya klise sih, kembali lagi kepada setiap individunya. Mau apa tidak mempertahankan gairah cinta yang ada. Bukannya mau sok bijak dan menasehati namun dengan saling mengenal kebiasaan masing-masing, kita jadi tahu bagaimana memperlakukan pasangan kita.

Contoh simple, ketika aku sedang kerja jarang banget pegang hp sampai habis baterai pun ngga sadar. Si pacar yang sudah tahu kebiasaanku ini pun mengerti jadi ngga marah-marah saat ngga bisa kontak atau saat aku ngga ngabarin. 

Tahu kebiasaan masing-masing ngga jamin hubungan bakal lancar kaya jalan tol. Jalan tol saja masih sering macet kok #lah. Melainkan saling mengerti kebiasaan dan perlu aku tambahkan kebutuhan masing-masing. Oke kita punya pacar terus bukan berarti setiap akhir pekan dihabiskan bersama si pacar kan? Kita juga butuh bersosialisasi dengan teman, relasi, klien. Belum lagi kerjaan kita jatuhnya di akhir pekan. Kalau LDR gimana? Intinya pandai bagi waktu deh #jawabanaman.

Dan aku sangat tidak setuju katanya cinta yang hidup adalah cinta yang tak sampai. Kisah cinta Romeo dan Juliet, Jack dan Rose Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri salah satu dari sekian banyak kisah cinta tragis sepanjang masa. Tapi pernah kah kamu menonton film The Notebook, 50 First Date, The Curious Case of Benjamin Button, The Vow dan masih banyak tapi (lagi-lagi) lupa judulnya. Itu bukti dari cinta yang hidup hingga ajal memisahkan. Lagipula itu semua kan kisah romantisme percintaan di dalam film. Jadi kita ini lagi ngomongin apa sih? #kemudianemosi.

Intinya, (harus ada kesimpulan) jalanin saja dulu hubungan yang terlah berlangsung kamu sama si pacar. Bukan maksud untuk "lihat nanti" tanpa memperhitungkan segala resiko tetapi untuk apa kamu memusingkan dan ketakutan akan sesuatu yang bahkan belum bisa kalian berdua bayangin. Satu lagi, aku yakin kalau kamu obrolin hal -ketakutanmu- itu sama si pacar, dia akan mengerti dan menenangkanmu bahwa semuanya baik-baik saja. "Ini kan bukan misi menyelamatkan dunia dari alien, Bu. Live long and prosper", ujar si pacarmu. He he he.

Vulcan salute,

Your Eva


07 February 2014

Tersenyumlah

Hatiku pilu melihatmu terbaring lemah di rumah sakit. Balutan perban samar masih mengeluarkan darah dari pergelangan tanganmu. Pil-pil yang tertelan berhasil dikeluarkan tim medis tepat waktu. Kritis sudah terlewati. Namun hatimu telah mengering dan menghitam. Kamu akan kembali baik-baik saja, kuharap.

Hatiku tersayat saat mendengar kabar kamu telah menyayat pergelangan tanganmu. Dadaku sesak dan perutku mual mendengar kamu telah meminum hampir seluruh persediaan pil di kotak obat. Mengapa seorang Sasti yang manis, ceria, lugu, dan cerdas dapat melakukan hal tolol seperti itu? Mengapa Sasti? Ayo buka matamu dan jelaskan padaku semuanya?

Apakah Bowo yang menyebabkanmu jadi begini? Dasar keras kepala, sudah berapa kali kubilang dia bukan orang yang tepat untukmu. Ah, Sasti ...

"Raf, ingat Bowo kan anak Mapala yang suka nongkrong di kantin?"
"He eh."
"Tadi pagi dia ngajak ngobrol Sasti, Raf. Ngajak ngobrol duluan!"
"Ngobrol apaan?"
"Hemm dia bilang boleh pinjem korek."
"Terus?"
"Udah gitu doang, Sasti pinjemin dan dia ambil. Pinjem korek dong?"
"Gitu doang?"
"Iya, Tapi Raf ini awal yang bagus untuk memulai hubungan Bowo dan Sasti."
"Curanrek?"
"Hah? Maksudnya?"'
"Pencurian Korek. Balikin korek-korek gue yang ada di elo. Hubungan macam apa yang diawali dari curanrek?"
Sasti pun tersenyum. Manis sekali.

Kamu selalu mengeluarkan jurus andalanmu, tersenyum, jika sudah merasa terpojok. Jika sudah kalah tetapi tidak mau mengaku kekalahanmu. Jika sudah salah dan berkelit dari kesalahanmu. Senyum yang menghiasi wajahmu meluluhkan seluruh ragaku. Senyumanmu dapat menenangkan otot-otot yang menegang.

Seperti saat kamu menghampiriku dengan penuh semangat membawa oleh-oleh dari sepupumu,
"Raf, Sasti bawa sesuatu untuk kamu."
"Apa?"
"Biji kopi Wamewa asli dari Papua. Ini ...."
"Wamewa? Baru dengar?"
"Katanya pencinta kopi masa ngga tahu! Hih!"
"Setahu gue sih Wamena. Nih tulisannya juga gitu."
"Iya itu." sambil tersenyum. Amat manis.

"Raf, ada lowongan jadi kontributor majalah kampus, ikutan yuk?"
"Elo aja."
"Kenapa kamu ngga mau? Kan kamu bisa nulis soal perkopi-kopianmu."
"Malas ah!"
"Ya udah, abis ini anterin Sasti yah."
"Iya. Elo yakin?"
"Loh kenapa memangnya?"
"Elo kan sering typo! Ntar gue lagi yang repot editin tulisan Lo, seperti biasanya."
"Ngga ah!"
"Oh ya? Ngga ingat yah waktu Elo bikin laporan audit asrama kampus jadi laporan audit asmara kampus? Ngga ingat waktu presentasi tugas ramalan situasi pengunjung jadi lamaran saat kamu baca di depan para dosen? Ngga ingat ...."
"Keselok lidah. He hee ... Eh keseleo lidah. Hee he he he."
"See? Otak sama mulut Elo suka ngga sinkron."
Sasti tersenyum menggemaskan.

Sudah tiga hari kamu terbaring di sana, bunga-bunga pun perlahan melayu. Setiap pagi aku bawa segelas coklat panas kesukaanmu. Dingin, seperti tanganmu yang sedang kugenggam. Di mana keceriaanmu, ke mana senyummu? Ah, Sasti betapa aku sangat membutuhkan senyumanmu sore ini. Bangunlah! Tersenyumlah untukku hari ini. Tidak dapat ditunda lagi, Ribka menunggu jawabanku besok. Jika kamu tersenyum hari ini, aku berjanji akan selalu menemanimu. Akan kusediakan berjuta-juta gelas coklat panas untuk mengusir moodmu yang jelek. Tidak akan mengeluh saat kamu membasahi pundakku dengan tangisanmu, karena aku tidak mau membuatmu bersedih dan menangis.

Sudah lama kupendam rasa ini, Sasti. Tak mampu kuungkapkan ketika melihat binar sinar matamu tiap kali jatuh hati pada pria lain. Tak sanggup kukatakan ketika rinai tawa bahagia dan cerita akhir pekan yang kamu habiskan dengan pria lain. Tak kuasa kulampiaskan sesal ketika kamu datang menangis di pundakku sebab pria lain yang menyakitimu. Tapi kali ini tak dapat kupendam lagi. Tersenyumlah untukku hari ini, boleh?

Sudahlah Sasti, hiraukan saja perkataanku tadi. Rasanya percuma mengatakan ini semua di kala kamu tak sadarkan diri. Namun, ingin kupercaya bahwa kamu mendengar setiap kata. Aku pergi sekarang. Kamu harus jaga baik-baik tubuhmu. Pulang kantor aku ada rapat jadi mungkin agak larut baru datang lagi. Mau kubawakan coklat panas lagi? Atau es krim coklat? Atau sekotak coklat cadburry? 

Tepat sebelum kubuka pintu, kudengar suaramu lirih,

"Rafa ...."

"Puji Tuhan, kamu sudah sadar?"

"Rafa ...."

Hari ini aku bolos kerja, tak peduli hal lainnya. Yang kuinginkan hanya kamu, Sasti.

"Rafa, Sasti ...."

"Jangan pernah ngelakuin hal tolol lagi! Jangan pernah bikin orang khawatir lagi! Jangan pernah! Janji?"

"Sasti ...."

"Jangan pernah ninggalin gue lagi! Sssttt, jangan banyak ngomong dulu." Yang aku inginkan sekarang hanya memeluk erat dan menciummu hangat. Bukan yang lain.

"Sasti mau coklat."

Kan kubawa segala jenis coklat asal kamu tersenyum lagi untukku, Sasti.


***

06 February 2014

Antrilah Di Loket

Dear Ikaff

Ikaaaffffff masih ingat dengan sepenggal lagu dari P Project?

Antrilah di loket untuk beli tiket
Siapkan dompet awas ada copet
Antrilah semua biar disiplin
Walau ’pala pusing
Betis varises asal dapat tiket
Antrilah di loket

Jangan mengerutkan kening karena aku tahu kamu pasti bingung dan bertanya-tanya ada apa gerangan dirimu dengan lagu ini atau apa hubungannya lagu ini dengan pertemanan kita? Yap! Tidak ada. Memang tidak ada kenangan khusus prihal lagu ini dengan kita. Tapi aku, hanya aku! Ulang CUMA AKU.

Seharian tadi lagu ini terus menerobos masuk ke dalam sel-sel ingatanku. Biasanya kan kita (oh well gueh) suka stuck in my head saat mendengar lagu yang terakhir didengar. Tapi tapi tapi masalahnya ngga ada yang puter lagu ini. Tiba-tiba saja ... (ini agak panjang jadi seduh teh dulu gih :D).

Mungkin, disebabkan oleh faktor aku telah mengantri selama hampir dua belas jam. Can you image that? DUA BELAS JAM kurang tiga puluh menit. Pagi tadi, hemph subuh tepatnya jam tiga subuh aku sudah mengantri cantik di depan kantor imigrasi yang bahkan pintu gerbangnya masih digembok Pak Satpam. Yap, aku mau bikin passport.

Apa? Kamu ngga percaya? Nih aku kasih bukti foto antriannya,

Antrian Kantor Imigrasi jam 06.00

Foto itu diambil sama Minke (penting disebut) seminggu yang lalu, datang ke sana jam enam pagi udah panjang mengular antriannya. Alhasil ngga kebagian nomor antrian karena dibatasi hanya 50 pendaftar doang. Katanya sih ada gangguan dari pusat dan blablabla gitu deh. Kirain segala gangguan bakal beres seminggu kemudian. Ternyata tidaaakkk! Walaupun jumlah kuota pendaftar nambah jadi 100 orang dan kita (Minke dan Aku) sudah antri dari jam lima tetep aja ngga kebagian juga. Karena sebagian dari mereka udah ada yang antri dari jam sepuluh malam. ((( JAM SEPULUH MALAM ))). Padahal Kantor Imigrasi bukanya jam delapan pagi. ((( JAM DELAPAN PAGI ))).

Tapi, akhirnya hari ini aku berhasil mendapatkan nomor antrian. HELL YEAH! Sungguh membutuhkan perjuangan keras sampai ngga tidur untuk mendapatkan secarik kertas kecil berisi nomor doang. 
Kegigihan untuk mengantri di loket (yang masih tutup) dari jam tiga subuh.
((( TIGA SUBUH ))). Bikin aku jadi heri, heboh sendiri sakin bahagianya.

Banyak hal yang kupelajari dari soal antri mengantri, seperti; mendapat teman (seperjuangan), melatih sabar, sabar, sabar, sabar, sabar, dan varises persis lirik lagu P Project. Kelamaan berdiri. Dan mengapa aku menuliskan surat ini untukmu? Entahlah tiba-tiba terlintas namamu dan tulisanmu dulu tentang varises. Damn! Ini betis senut-senut parah minta perhatian dipijet. Aku sudahi dulu surat curhatan (agak ngga penting) ini yah.


Salam sambil pijet betis,


eVa

Soal Kebiasaan

Hai V,

Sungguh membaca surat balasan kamu soal seling(kuh)an membuatku tersadar bahwa selama ini yang aku lakukan hanyalah kegiatan berulang belaka. Akhir-akhir ini aku merasa agak aneh dengan diriku sendiri. Mengaku sebagai orang yang cepat bosan namun terlalu takut untuk keluar dari rutinitas. Kamu tahulah bagaimana aku menjalani hari dengan segala tetek bengek kebiasaanku. Begitu mendamba akan adanya perubahan sekaligus takut menghadapinya. 

Ya kalau pun perubahan itu tak terelakan lagi perlu waktu lumayan lama untuk mengubahnya menjadi suatu kebiasaan. Ditambah lagi aku seorang pelupa parah. Makanya suka uring-uringan ngga jelas kalau ada kebiasaan yang hilang, semacam kehilangan pola, ada ruang kosong.

Ingat, ketika kita nge-wo-in klien xxx yang hanya memesan teh untuk coffee break setelah prosesi Akad. Hei, istilahnya juga COFFEE BREAK masa iya there is NO COFFEE. Dan kebetulan sekali venue yang dipilih berada di antah berantah jauh dari warung kopi atau mini market. Dan kebetulan yang aneh karena perbekalan kopi sachetku habis. Kebiasaan ngopi ini sudah menjadi kebutuhan primer dalam hidupku. Walaupun tanpa ngopi aku (dituntut) masih dapat kerja maksimal tetap saja menggelisahkan. 
Sampai akhirnya aku dapat menikmati segelas kopi di depan mini market setelah selesai wedding. Sumpah! Itu kopi yang terenak yang pernah aku minum (padahal kopi sachet biasa, sebab faktor habis kerja dan belum ngopi seharian).

Nah, karena kebiasaan ngopi ini, beberapa temanku (mungkin termasuk kamu juga) memanggilku dengan sebutan cappuccinoholic karena setiap datang ke cafe atau coffee shop baru aku pasti memesan hot cappuccino, selalu! Sebenarnya simple, alasannya karena terlalu takut mencoba rasa yang baru, asing di lidahku. See? Untuk hal sesederhan itu saja aku takut untuk mencoba. Bayangkan sesuatu yang lebih luas, yang lebih besar lagi dari itu.

Jadi ...
Hemmphh, tadi aku lagi bahas apa yah? Kok jadi ngelantur ngomongin kopi? Sungguh si lupa ini sangat menganggu. Ya sudah, nanti akan kukirim surat lagi kalau aku ingat, namanya juga lupa ya ngga ingat.

Sekarang saatnya coffee break dulu, beneran istirahat sambil ngopi. Bukan minum teh karena namanya Coffee Break bukan Tea Time. Gitu. #Cheers


Coffee Break



Salam Kopi

Cappuccinoholic


04 February 2014

Dear Bang Ikal

Dear Faizal Reza Iskandar pemilik akun @monstreza

Bang, aku nulis surat ini khusus buat abang dalam rangka #30HariMenulisSuratCinta untuk selebtwit. Dan sebagai bentuk rasa bangga karena nama kita (dan penulis lainnya) ada dalam satu buku Jakarta Bandung Jogya. Sungguh tak terkatakan bagaimana bahagia dan bangganya bisa berada dalam satu buku dengan penulis idola. Cerpen-cerpen Bang Ikal ditulis dengan sangat sederhana dan penuh makna serta rasa cinta. Selalu terbawa suasana dan hanyut di dalam ceritanya. 

Bang Ikal lagi sibuk bikin antologi baru yah? Antologi mulu? Kapan bikin cerpen solonya? Aku pasti beli, Bang, pasti beli!!! Kan aku udah bilang aku itu ngepens! Ulangi, AKU NGEPENS.

Kemarin sempat happy syalalalaaaaa dapat email dari Bang Ikal, kirain apaan gitu. Eh, ternyata email berjemaat. :D
Lucu yah kita selalu bertemu dalam acara launching buku (selalu??? dua kali doang padahal). 
Masih ingat saat launching Solemate, ditengah hingar bingar (biar kesannya crowded beut) kita duduk berdua. Bang Ikal dengan sebotol bir, aku bersama cangkir cappuccinoku. Ngobrol tentang (si)apa saja. Menyenangkan, sungguh! Ada begitu banyak pertanyaan yang belum sempat kutanyakan, sekedar memuaskan rasa penasaran yang berkecamuk. Daripada kepoin terus temlennya Bang Ikal kan mending tanya langsung sambil ngopi-ngopi cantik yah? Iya.

Ini bukan surat cinta, Bang. Aku pun percaya seperti kicauan Bang Ikal, kalau cinta itu tersirat bukan tersurat. Ini cuma surat biasa untuk orang yang (dianggap) luar biasa. 

Salam (00)9

Monstrezaers


Faizal Reza Iskandar
Wajah sangar Hati Hello Kity

03 February 2014

Bahagia itu Bersamamu Sore Ini

Duduk, diam, memandang sekitar. Sepi. Sudah lewat jam makan siang dan masih jauh memasuki jam makan malam. Bandung hari ini diguyur hujan lagi sedari pagi tadi. Begitu dingin, adem layaknya Bandung tempo dulu. Aku di sini bersamamu.

Entah sejak kapan aku mulai menyukaimu, teramat menyukaimu. Rasa suka yang menimbulkan rindu mengelisahkan. Rindu yang tak akan habis walaupun baru saja menyesapmu. Sudah banyak tulisan tentangmu yang kubuat sebagai bentuk bukti rasa suka yang tak berkesudahan.

Duduk, diam, memandang sekitar. Masih sepi. Di luar hujan sudah mereda, lalu lalang kendaraan mulai memadat. Aku masih di sini bersamamu, menghirup aroma khasmu, memandangi penampilan indahmu, menikmatimu. Kubiarkan kerjaanmu menumpuk, untuk dapat bersamamu. Jenuh terhadap suasana kantor, jenuh terhadap semua hal. Yang kuinginkan saat ini adalah seperti sekarang yang kulakukan. Duduk, diam, menikmati sore bersamamu, hanya denganmu.


Kamu, tahu? Rasa suka ini membuatku ketagihan, ingin lagi dan lagi. Aku mencarimu ke segala tempat. Aku mengejarmu sampai ke sini, ke tempat  yang menyajikanmu dengan teramat memukau cantiknya. Aku tidak peduli lagi dengan apa pun sebab bahagia itu dapat bersamamu di sore ini.

Cappuccino Noah Barn

Salam Cappuccinoholic,

Evapuccino

Berpacu Dengan Adrenalin

Yuhu V....

Ahahahaa bentar ketawa dulu ha ha ha.
Membaca suratmu Main Game, Yuk! Benar-benar mengingatkanku akan masa lalu, ulang, tahun-tahun kemarin. Masa lalu kesannya belasan tahun. Sakin terobsesinya menamatkan zombie vs plant, kerjaanku banyak yang ngga beres. Belum lagi game online di Facebook, ha ha ha, sering banget ketangkap basah sama si Bos, dan tetep ngga kapok juga. Jadi ketawa-tawa sendiri deh ini. Seru aja gitu diam-diam main game di jam kantor pake fasilitas kantor. Memacu adrenalin jadi semakin seru mainnya. He he he.

Nah, bicara mengenai adrenalin agaknya memang orang-orang –(mungkin) termasuk kamu dan aku- butuh ‘sesuatu’ yang dapat memacu adrenalin. Pikirkan! Jangan dibayangin soalnya kamu suka lama kalau ngebayangin sesuatu. Pikirkan, rasa deg-deg-degan yang timbul saat sedang atau akan melakukannya (entah ‘nya’ itu kata ganti kerja untuk apa?).

Misalnya saat lagi proses pedekate atau ngeceng, degup jantung akibat deg-deg-degan yang ditimbulkan bikin lutut tak bertulang. Disebabkan perkara bersentuhan tangan yang tak disengaja. Atau pas lagi enak bawa motor ngebut tiba-tiba ada orang nyebrang (korelasi kurang pas sik antara ngebut dan tiba-tiba orang nyebrang, bodo!) langsung ngerem. Pasti deg-deg-degan parah! Atau atau tetiba ngidam mangga tetangga kampung sebelah, saat mau ngambil mangganya itu deg-deg-degan abis! (rasanya sih kalau minta baik-baik juga bakalan di kasih) atau atau atau diam-diam memandang orang yang duduk di kursi sebelah, pas orangnya sadar dan balik menatap, whuuaaa langsung deg-deg-degan. Dan atau atau yang lainnya. Intinya orang tuh butuh rasa deg-deg-degan. Sesuatu yang menegangkan yang dapat memacu adrenalin, biar (agak) semangat.

Mungkin itu juga yang menyebabkan banyak orang selingkuh,  sekedar mengingat dan merasakan kembali deg-deg-degan yang pernah ada. #apadeh. Anyway, kayanya kamu harus cari sesuatu yang menegangkan, yang memompa adrenalin kamu biar jenuhmu hilang.


Salam Degdegdegan

Your Eva (..)9