Resah dilanda sepi mengarahkan aku kepada keramaian. Di tengah keramaian sepi semakin bersemayam, seperti menemukan rumahnya.
Penat sebab tidak terbiasa dengan kerumuman akhirnya aku memutuskan minum segelas kopi dingin. Kopi dingin yang disajikan dalam gelas plastik yang tertera namamu. Seperti mengingatkan kembali siapa dirimu.
"Saya ulang yah, Caramel Frappuccino tall satu. Ada lagi?", tanya si barista.
"Itu saja, Mba."
"Atas nama?"
"Sasti."
Sengaja kupilih tempat di luar agar dapat menangkap pemandangan hiruk pikuk. Mencoba untuk menyatu dan peka kembali terhadap lingkungan. Ah, rasanya tadi dengan jelas kusebut namaku Sasti, mengapa tertulis Asti?
Menikmati sore dengan udara hangat, kuedarkan pandangan. Mataku tertuju pada pasangan berseragam di sana. Dua remaja pulang sekolah berpacaran di mall. Ah, kisah kasih di sekolah.
Ingatanku jadi melayang pada masa yang lalu, ketika masih memakai rok abu-abu.
*
"Sasti!", teriaknya sambil berlari kecil memeluk bola basket. Ujung rambutnya basah karena keringat.
"Ada surat untukmu." Kertas daur ulang dia keluarkan dari saku celananya, "Nih, maaf agak lecek dan kotor." Dia serahkan padaku sambil tersenyum kikuk. Menunggu.
"Aku harus baca sekarang?" tanyaku.
"Iya, Bowonya nungguin." tegasnya sambil sesekali melihat ke belakang.
"Bowonya mana?" tanyaku sambil ikut melihat arah matanya.
"Di kantin. Malu dia. Ayo, bacalah!" mintanya cepat-cepat.
Kubuka surat dari Bowo, mengulum senyum ...
Ini cuma akal-akalan dia supaya bisa ngobrol.
Kalau mau, bilang kamu mau aku antar pulang!
"Terus?" desaknya.
"Bilang Bowo, aku tunggu di depan gerbang." Dia pun berbalik lari secepat kilat ke arah kantin, terdengar teriakan yes!
*
"Bowo mana?" tanyaku saat dia menghampiri dengan sepeda motornya.
"Aku saja yang antar kamu pulang, Bowo lupa ada jadwal latihan basket. Maaf yah, Bowo suka seenaknya. Yuk!" sambil menyerahkan helm.
*
"Makasih yah, Donny." kataku setelah sampai rumah.
"Besok aku antar pulang lagi mau, yah?" pintanya sambil garuk-garuk helm.
"Iya, mau." jawabku malu.
"Kalau jadi pacar aku, mau ngga?" tanyanya sambil melepaskan helm.
Pipiku langsung merona merah, tersipu malu.
"Sasti, kamu suka Bowo yah?" ucapnya karena aku diam.
"Iya, suka." jawabku lirih.
"Oh ... sorry yah. Sorry banget."
"Bowo kan sepupu aku."
"Hah? Kampret! Eh, jadi?"
"Iya, besok antar aku pulang yah!"
*
Sungguh aneh tapi nyata tak kan terlupa
Kisah kasih disekolah
Dengan si dia
Tiada masa paling indah
Masa-masa disekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah-kasih disekolah*
"Asti ... Asti yah?"
Lamunanku akan kisah masa lalu kembali membawaku ke masa ini saat namaku disebut.
"Sendiri? Boleh saya duduk?"
Kupandangi orang asing didepanku. Kulihat minumannya tertulis Yonny.
"Silakan, Yonny."
"Oh bukan, saya sudah bilang tadi Donny pakai Y jadinya Yonny. Hahahaa. Donny!" mengulurkan tangannya.
"Sasti bukan Asti!" membalas uluran tangannya dan kami pun tertawa.
Begitulah dua gelas Yonny dan Asti bertemu membuat sepi enggan untuk tinggal, setidaknya untuk sore ini.
***
Gambar dari sini |
*Lagu Kisah Kasih di Sekolah oleh Chrisye
Enggg.. Aku agak kurang paham. Mereka dulu satu SMA terus ketemu lagi? Kok kenalan lagi?
ReplyDeleteNo .. No ... It's different Donny. :D
DeleteAhahahhahahahahha... kisah kasih di sekolah.. ahahahhahahah *huft
ReplyDeleteJadi inget masa lalu yah..
Ngga juga sih .... ini gara-gara lagi ngopi terus diputerin lagunya Chrisye dan di meja sebelah anak abegeh lagi ngegosipin kekesalannya waktu ngongkrong di st*arb*ck barista salah tulis nama. He he he
DeleteHuaaa cerpen ini bikin geregetan. Aku sukaaaa ^^b
ReplyDeleteHi hi hi ..... akhirnya di baca juga
DeleteMakasih yah cantik :*