Sabtu, 10 December 2011 merupakan momen paling berharga bagi saudara sepupu saya. Iya, dia menikah dengan seorang pria (tentu saja) yang baru saja lulus kuliah. (BACA: baru saja lulus kuliah dan sudah dipastikan belum bekerja).
Mungkin karena faktor usia mereka mempercepat hari pernikahan. Bagi sebagian orang, seorang perempuan yang sudah berumur 25 tahun harusnya sudah menikah dan beranak pinak. Untunglah saya dan keluarga saya bukan termasuk sebagian orang itu. Heu.
Resepsi diadakan di sebuah gedung serba guna yang kecil, dilengkapi dengan kapasitas kipas angin dua buah saja. Undangan yang di sebar (katanya) menyampai 1200 orang.
Alhasil, ruangan yang begitu sempitnya (biasa digunakan warga untuk rapat) menjadi padat merayap bercucuran keringat termasuk penganten dengan kebaya kebanggaannya. Baru satu jam acara berlangsung makanan sudah hampir habis.
Stand ice cream dan puding dikerubuti oleh anak – anak kecil. Suasana menjadi tidak kondusif dan sayangnya beberapa tamu kehabisan makanan.
Ini kan momen kebahagiaan mereka yang ingin dibagi dan dirayakan bersama – sama. Bagaimana para tamu bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka jika kondisinya seperti itu.
Justru malah membuat para tamu menjadi menggerutu dan mengeluh. Heheheh termasuk saya ngga kebagian es krim.
Eh, saya menulis ini bukan maksud mau menjelek – jelekkan dan berprinsip menikah itu harus dirayakan secara besar – besaran luar biasa. (kalo duitnya ada sie kenapa ngga :P).
Tujuan saya menulis ini sebenarnya ingin bilang bahwa “Hey, pernikahan itu bukan akhir dari segalanya!”
Jujur saja, saya terkadang merasa tergelitik saat mendengar beberapa orang ingin cepat - cepat menikah dengan segala keterbatasannya. Buat apa memaksakan suatu pernikahan dengan utang kesana – kesini.
Menikah itu jelas membutuhkan biaya yang berjuta – juta.
Kalau memang belum mampu lantas untuk apa dipaksakan?
Memangnya setelah menikah keadaan menjadi tiba – tiba baik – baik saja!
Setelah menikah, lalu melahirkan ... kemudian punya anak.
Memangnya melahirkan dan mengurus anak ngga pake biaya? Mau utang lagi?
Mau sampai kapan hidupnya dililit utang terus?
Maaf, bukan bermaksud untuk sinis tapi mencoba untuk menjadi realistis!
Sekali lagi Pernikahan itu bukan akhir dari segalanya!
Masih ada kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikul bersama!
Hehehheee ...
No comments:
Post a Comment