Prolog
Narrator : (suara wanita)
Hidup itu penuh makna akan jalan cerita. Salah satu jalan cerita yang menarik adalah cinta. Cinta bisa membuat mabuk kepayang namun cinta pula dapat mematikan. Itu semua tergantung manusia yang membuat jalannya cerita karena manusia adalah sutradara, karena manusia adalah sang aktor, karena manusia adalah sang penonton.
Babak 1
Adegan 1
Wanita : (seorang wanita sedang mementaskan monolog dalam sebuah panggung sandiwara). Aku tegar akan cinta namun aku lemah pada cinta yang melekat padamu. Aku bahagia atas nama cinta namun aku terpuruk akan kasih sayangmu. Kau begitu indah dihatiku namun prilakumu amat rendah dimataku. Ingin ku berlari menjauh darimu namun langkahku terlalu lemah untuk melangkah. Karena cintamu yang begitu besar terus menerus menghentikan langkahku. Inilah aku yang terpuruk dalam kubangan cintamu. (menundukkan kepala dan memberi hormat pada penonton).
Penonton : serempak tepuk tangan
Mc : iya, itulah sebuah pementasan monolog dari seorang wanita untuk wanita. Terima kasih sudah menyaksikan pementasan ini. Kita jumpa lagi dengan pementasan – pementasan selanjutnya. Sekian untuk hari ini. Saya wanita, undur diri. Terima kasih untuk semuanya.
Wanita : itulah aku di atas sebuah panggung yang rapuh karena digerogoti rayap. Itulah aku di atas panggung yang di elu-elukan oleh penonton setiaku. itulah awal aku berjumpa dengannya, salah satu penonton setiaku yang akhirnya memberanikan diri berkenalan denganku.
Lelaki : dia berkata “pementasanmu selalu bagus! Aku selalu menontonmu dan tak pernah kulihat penampilanmu buruk. Apakah kau selalu mempesona seperti itu”
Wanita : Bagus atau tidaknya suatu pementasan itu tergantung sudut pandang penonton, bukan? Jika kau bilang begitu, maka aku harus berterima kasih karena telah menonton penampilanku dan memujinya.
Lelaki : dia berkata “kau memang memukau di atas maupun di luar panggung. Bolehkah aku mengundangmu untuk makan malam sebagai wujud penghargaanku atas luar biasanya penampilanmu malam ini?”
Wanita : mengapa aku harus menolak untuk penontonku yang selalu setia. Ini wujud rasa terima kasihku.
Adegan 2
Wanita : setelah undangan makan malam itu, selalu ada undangan makan malam di hari – hari yang lain. Makan malam, makan siang, bahkan untuk sarapanpun selalu bersamanya. Mungkin ini terlalu awal untuk katakan bahwa aku menyukainya. Tapi setelah kita melewati hari – hari bersama, dia memang pribadi yang menyenangkan. Hingga sebulan setelah malam itu ..
Lelaki : dia berkata “wahai kau wanita yang selalu mempesona hatiku. Ijinkan aku untuk selalu menjaga hatimu. Aku berjanji akan berada disampingmu, melindungimu, dan mencintaimu sepenuh hatiku.”
Wanita : mengapa kau ingin menjagaku? Aku bisa menjaga diriku sendiri. Mengapa kau ingin selalu berada disampingku? Apakah kau akan terus mengikuti kemana kumelangkah? Mengapa kau ingin melindungi aku? Melindungi dari apa, karena aku tidak merasa terancam. Mengapa kau mencintaiku? Apakah aku memang layak untuk kau cintai? Tidak perlu bermulut manis denganku, tidak perlu kau limpahkan semua janjimu. Aku menerima cintamu apa adanya.
Adegan 3
Wanita : kami pun bersama selalu setiap hari. Terkadang aku jenuh akan keseharianku yang selalu dipenuhi oleh dirinya. Dia masih pribadi yang menyenangkan hanya saja ada yang salah namun aku tidak dapat menemukan letak kesalahannya. Hingga pada akhirnya kami berselisih pendapat. Kuutarakan apa yang menganjal selama ini, terkadang aku ingin sang waktu hanya untukku sendiri, bukan untuk kita.
Lelaki : dia berkata “sudah kusampaikan berapa kali, aku sudah berjanji padamu sang wanita yang kupuja bahwa aku akan menjagamu, aku akan selalu bersamamu, aku akan melindungimu, karena aku mencintaimu!”
Wanita : aku tahu kau mencintaiku dan aku pun mencintaimu. Namun, aku pun perlu mencintai diriku sendiri. Telah lama kutinggalkan panggung sandiwara yang membawamu padaku, tidak bolehkah sesekali aku kembali?
Lelaki : dia berkata “aku tidak mengerti mengapa kau harus mencintai dirimu sendiri? Apakah cintaku tidak cukup berarti untukumu selama ini?
Wanita : malam itu, kami bertengkar hebat .. dia sang lelaki yang memujaku, dia yang mencintaiku sepenuh hati, dia dengan kepribadiannya yang menyenangkan hati .. memakiku dan pergi begitu.
Sehari setelah itu, saat aku terbangun dari tidurku. Ada sekuntum mawar putih di depan pintu. Ini bukan hari ulang tahunku, ini bukan hari jadi kita berdua, ini bukan hari valentine.
Lelaki : dia menulis “untuk wanita pujaan hatiku, mawar putih ini perlambang suci dan abadinya cintaku padamu. Maafkan aku sang lelakimu!”
Wanita : dia sang lelaki memang pribadi yang menyenangkan. Mawar putih ini membawa harum semerbak yang harumnya membuatku terlupakan akan makiannya yang pernah terlontar.
Adegan 4
Lelaki : dia berkata “menikahlah denganku wahai sang wanita pujaan hatiku? Agar aku dapat menjagamu sepenuhnya. Agar aku dapat selalu bersamamu hingga akhir memisahkan kita. Agar aku dapat melindungimu hingga akhir hayatku. Agar aku dapat mencintaimu melebihi apapun di dunia ini.”
Wanita : kata – katanya terlalu indah untuk didengar. Prilakunya terlalu manis untuk dilihat. Semuanya terlalu sempurna untuk aku hingga aku tidak menyadari adanya kesalahan dari kesempurnaan. apakah terlalu cepat jika kukatakan aku mencintanya? aku pun menambatkan cintaku padanya sang lelaki.
Adegan 5
wanita : katakanlah aku memang mencintainya apa adanya. Katakanlah aku menyerahkan seluruh hidupku dengannya, hanya dengannya. Karena dalam hidupku hanya ada dia, sang lelaki yang memujaku. Tidak ada orang lainnya, tidak ada kehidupan lainnya selain dia.
Entah, apakah aku harus bahagia akan cintanya?
Entah, apakah aku harus menderita akan cintanya?
Malam itu, saat kami sedang berdua – duaan seperti malam – malam sebelumnya. Aku mencoba merayunya, aku ingin bekerja! Aku ingin seperti teman – temanku yang lain yang mengejar cita dan angan.
Lelaki : dia berkata “tidak kah penghasilanku cukup untuk kita berdua? Apa yang ingin kau beli? Akan kupenuhi semuanya!”.
Wanita : ini bukan perkara cukup atau tidak! Aku hanya ingin adanya suatu pengakuan bahwa aku dapat bekerja! Bahwa aku ada di luar sana, bukan hanya di duniamu!
Berbagai alasan telah kukemukakan, namun semuanya berlalu begitu saja saat tangannya melayang pada wajahku.
Pagi hari, mimpiku terusik oleh harumnya mawar putih. Hari ini bukan ulang tahunku, hari ini bukan hari jadi pernikahan kita, hari ini bukan hari valentine. Aku terbangun dengan sebuket mawar putih dan note kecil.
Lelaki : dia menulis “wahai sang pujaanku, maafkan aku atas tanganku yang diluar kendali. Ini semua karena aku terlalu mencintaimu. Seperti janjiku padamu yang akan menjagamu, selalu bersamamu, melindungimu.”
Adegan 6
Wanita : wanita manapun pasti akan merasa bahagia jika mengetahui didalam dirinya ada mahluk kecil, hasil dari buah cinta. Tidak ada yang lebih bahagia dari sepasang suami istri jika pernikahan mereka membuahkan sebuah janin bayi.
Tetapi, dia sang lelakiku, sang suamiku …
Lelaki : dia berkata “sudah kubilang berulang kali bahwa aku mencintaimu! Aku akan menjagamu, aku akan melindungimu, aku akan selalu mencintaimu, tanpa adanya orang lain! Siapapun dia!”
Wanita : aku tidak mengerti! Ini adalah hasil dari cintanya! Cintanya padaku, hanya padaku!
Dia berkata mencintaiku, tapi tangannya menamparku.
Dia berkata akan menjagaku, tapi tangannya memukulku.
Dia berkata akan melindungiku, tapi kakinya menendangku.
Dia berkata akan mencintaiku selamanya, tapi kakinya menginjak-nginjak perutku.
Dia yang mencintaiku hingga akhir hayat, akhir hayatku.
Pagi ini, aku mendapat berjuta-juta buket mawar putih hingga taman kecil diluar rumahpun tak sanggup lagi menampungnya. Hari ini bukan hari ulang tahunku, hari ini bukan hari jadi pernikahan kita, hari ini bukan hari valentine. Karangan bunga bertuliskan
“turut berduka cita”
3v@_Cute
30 April 11
22.56